Monday 17 September 2012

kata dari seorang wanita di pohon beringin

saat itu embun pagi masih ketal. tanaman tanama masih basah. tetesan air embun juga masih terus menerus terjun dari ujung ujung ranting dan daun. kokokan ayam terdengar begitu jelas. deras geruman geruman air laut juga masih terdengar mengerikan  dari arah samudra hindia. kicauan burung layak sebuah harmonik dari sebuah alat musik. suasana segar tanpa polusi, terhirup dan masuk dengan langsam tanpa hambatan kedalam paru paru. aku mencoba untuk menggerakan setiap sendi sendi dalam tubuhku. suara benturan benturan tulangku terdengar renyah karena sudah lama aku tak bangun pagi dan berolah raga. kesibukanku tiap malam memaksaku untuk tidak bisa bangun pagi setiap harinya. berkerja sebagai penjaga malam di sebuah toko besar membuatku terpisah dari dunia yang menyejukan ini.

kakiku melangkah pelan, beberapa kali aku menghirup nafas panjang. sedikit dengan lompatan lompatan kecil tubuhku terangkat. dari arah belakangku terlihat rombongan dengan langkah langkah yang tidak lagi diragukan lagi bahwa mereka adalah pelari palari dari kampung sebelah. kakinya panjang panjang dengan balutan sepatu sport berwana putih yang menambah jelas derap langkah kaki mereka. dengan gagahnya mereka menyalipku dengan cepat. lima orang itu berbadan tinggi sekitar 170cm. aku pun mengikutinya walaupun dengan terengah engah.

tiba tiba bulu kuduku merinding, tubuhku menjadi dingin. sosok wanita berambut putih tiba tiba muncul di hadapanku. rambut putihnya menutupi sebagian raut wajahnya yang sudah kriput. aku sama sekali tak mengenalanya dia asing bagiku. kakiku gemetar aku tak bisa mengerakan kakiku untuk berjalan. aku melayang. tiba tiba semua sudut menjadi petang.

aku terjatu di sebuah hutan lebat dengan panorama pagi yang sangat sejuk. sebuah pohon beringin besar dengan daun-daun yang sangat rindang terlihat kokoh berdiri di hadapanku. aku tak tahu dimana aku berada dimana saat itu. segerombolah laki-laki dan wanita berbondong bondong melintas di hadapanku. mereka terlihat serius dengan apa yang mereka kerjakan. dengan baju yag rapi mereka berjalan dengan tegap.

sesosok wanita manis di bawah pohon beringin terlihat tersenyum kepadaku. aku penasaran, sebelumnya wanita itu tidak ada di bawah pohon beringin itu. tapi ketika seogerombolan orang yang tadi lewat ia terlihat jelas melambaikan tanganya kepadaku, seolah ia berkata. "ayo sini bergabung dengan masa depan yang lebih cerah, jangan kau taku hanya karena beberapa masalah yang kau jadikan sebagai alasan untuk tidak bangun pagi dan menggapai matahari"



Saturday 15 September 2012

budaya jawa

<!-- Mengenal Budaya Jawa Code -->
<a target="_blank" title="Mengenal Budaya Jawa" href="http://mengenalbudayajawa.blogspot.com/">
<img border="0" width="200" alt="Mengenal Budaya Jawa" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiUDDUSeZ2ikFWsjxZlluSwwQCs4NqNAYsnmLORN51ECpsy88UWnqkmYTTiDFkrh1cYiCYmUokt_hOntevNZDOO0w5Yv6IqaFOvw6TinrMFWvVBBKoPpn2a9iV_XcmplgGfz1sMjHJYhfk/s1600/mbudayajawaold.jpg"
height="80" /></a>
<!-- Mengenal Budaya Jawa Code -->

Thursday 6 September 2012

cerpenku

DEMAM TEATER

Warna kekuningan dari sang surya sudah mulai hilang. Sorot cahaya kehangatan telah terasa di setiap lapisan kulit. Embun embun mulai berlarian takut dengan kehangatan yang datang menghampirinya. Seorang gadis telah bangun dari tidurnya, dengan mengenakan piama dan rambut yang masih terurai berantakan. Bangun dengan antusiasnya bergegas menegakan badanya. Dengan langkah cepat ia mengambil telefon genggam yang terletak di sebuah meja belajarnya. Senyum di bibirnya terlihat sangat jelas. jarinya membuka tombol handphondnya.
 “1 pesan diterima” sebuah tulisan terlihat dilayar lcd telefonnya. “selamat pagi ifah” sebuah pesan dari itmam yang menambah semangat pagi hidup ifah melonjak. Senyum yang lebar yang tidak bisa ia tahan terus mehiasi wajahnya, badannya bergonyang goyang ia memeluk handphondnya dan segera membalas sms dari ithmam dengan sangat cepat. Bibir tak bisa berhenti tersenyum. “selamat pagi juga itmam”. Benar sebuah pesan yag berisi energi yang membuat ia tak bisa berhenti untuk tersenyum.
Ia masih saja duduk dan tersenyum manis dan memeluk handphond. Matanya memandangi langit-langit kamarnya, ia teringat saat perjalanan touringnya ke jogja bersama itmam, bercanda, bermanja-manjaan, dan juga kejengkelan yang bercampur rasa senang, saat itmam tiba-tiba mengerem motornya mendadak yang mengakibatkan ifah harus memeluk itmam dengan sangat erat. Sambil tersenyum-senyum ia terlena dengan kejadian seminggu lalu yang memang sangat berkesan.
 “ifah bangun ! kamu kuliah kan? pagi ini”  suara yang keras keluar dari dapur, itu merupakan suara ibu ifah yang mencoba membangunkan anaknya. “ia.. mamah..udah bangun kok!” jawab ifah dengan gugup karena terkejut dan mencoba menyadarkan dirinya. ia langsung menyambar handuk yang ada di lemari dan tidak lupa memutar sebuah lagu miliknya viera. Itu merupakan lagu kesukaanya yang berjudul “terlalu lama” untuk menemaninya saat mandi.
Hari ini ia benar benar ceria, walaupun hari-harinya memang ceria tapi tidak seperti hari ini. Ia benar benar- terpesona dengan seorang pria yang hampir setiap hari dalam seminggu ini menemaninya. “hari ini ku akan menyatakan cinta, nyatakan cinta....aaa ,aku tak akan menunggu terlalu lamaaa, terlalu lammma ..aa.!” syair-syair tersebut mesih terdengar dari kamar mandi ifah. “ifah setelah selesai mandi jangan lupa sarapan pagi, ini mama buatin nasi goreng keukaanmu” kata mama ifah yang sangat perhatian pada anak bungsunya. “iya mamah....ku sayang” jawab ifah dengan nada yang manja. “kayaknya anak mama lagi seneng banget hari ini....jangan-jangan” tanya mamah ifah dengan nada meledek. Ifah keluar dengan baju yang sudah rapi dan langsung memeluk mamanya dan mendaratkan ciuman di pipi mamanya sambil tersenyum-senyum dan berlari menuju kamarnya.”
“Dasar anak mama! nanti nasi gorengnya dimakan ya sayang!” mamanya memperingatkan ifah untuk sarapan pagi. Karena biasanya ia tidak sempat untuk sarapan pagi, “ia mama ..!pasti” ibunya langsung menuju dapur untuk menyelesaikan tugas tugas ibu rumah tangganya.  Masih dengan lagu viera yang terdengar merdu dari sebuah handphond berwarna pink yang membalutnya. Ia terlihat bersemangat. Kaus kaki warna merah jambu yang di hiasi warna biru yang tercecer di setiap kain merah jambu ia kenakan. Sepatu putih hitam bermerek tomkins yang menambah anggun setiap langkahnya segera dikenakanya. Tak lupa ia menaburi wajahnya yang merah merona dengan bedak untuk menambah cantik penampilanya. Dengan bergegas ia langsung menyantap nasi goreng kesukaanya yang sudah tersedia di ruang makan. Tak ada lima menit nasi goreng kesukaanya telah tidak tersisa sedikitpun. Ifah mengambil tisyu yang ada di depanya untuk membersihkan minyak yang menempel dibibir merahnya.
Dalam sekejap ia sudah kelihatan di depan pintu untuk segera menuju sebuah motor beat hitam yang sudah nongkrong di depan rumahnya. Tak lupa helm warna merah melekat pada kepalanya yang terbalut kerudung warna ping. Motornya telah berbunyi, helm sudah melekat, sarung tangan, jaket belang merah hitam juga telah melekat pada tubuhnya, tanpa menyalami dan mencium tangan ibunya ia pamit dengan mamah tercintanya, “mama berangkat dulu yah assalamu’alaikum da..da..da..” salam yang halus penuh senyum keluar dari bibir ifah di ikuti dengan lambaian tangan majanya. Motor beat hitam melesat membawa ifah meluncur di jalanan.
§«®»§
Di kampus semua mahasisiwa terlihat sibuk kesana kemari sambil membawa buku dan berdiskusi tentang masalah-masalah mereka. Begitu juga dengan para sahabat ifah yang sudah berkumpul di halaman kampus mereka, inofa, santi, elok dan hanif yang sedang asik berdiskusi masalah tugas rpp dari dosen. Mereka adalah mahasiswa fakultas ilmu pendidikan yang menepuh program studi guru madrasah ibtidaiyah di sebuah sekolah tinggi agama islam nahdlatul ‘ulama Stainu Kebumen. Seorang wanita bertubuh sedang mengendong tas berwarna kuning bergambarkan spongbob mengecapkan bibinya “hanif kamu dah selesai tugas rpp miliknya pak mustolih”
“Udah donk” jawab hanif dengan sedikit menengakkan kepalanya sombong.
Elok yang mengenakan tas bergambar spong bob penasaran dengan tugas milik hanif” eh coba donk lihat, aku belum selesai nih”
“Enak aja, makanya belajar” saut hanif lagi dengan nada bercanda yang agak judes
“aa,,,aaa.... hanif pinjam donk buat reverensi aja” jerit histeria elok dengan nada merayu dan gaya has elok yang lemah lembut dan sedikit cengar-cengir.
” aku juga belum selesai kok lok” potong santi yang bertubuh mungil mengenakan jemper warna coklat. Elok merasa aman dia punya teman senasib “masa sih sant, beneran! coba lihat”. “ia...kurang nulis nama dan identitas ku saja” ledek santi “ aaaaa...santi...! aku marah sama kamu santi,! untuk itu aku harus nyelesai tugas dulu..!, da..da.. aku kekelas ya“  dengan nada seperti orang marah, elok memutuskan untuk menyelesaikan tugasnya. Inova hanya diam dan sibuk mengutak-atik buku keteateran. maklum karena dia adalah salah satu aktris sebuah komunitas teater di sanggar teater gerak stainu kebumen. 
Elok melangkah menuju kelas, baru beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara yang yang sangat familiar diantara kelompoknya tersebut. “hai..semua selamat pagi....” suara yang keras dan halus tiba-tiba terdengar berada di dekat mereka.”hai elok...hai hanif, hai santi, inova muach.! Oh ya sudah menyelesaikan tugasnya pak mustolih belum? yang RPP, oh ya nanti setelah selesai kuliah kita jalan-jalan ke jadi baru yuk, katanya di sana ada sebuah pertunjukan manusia lolyput”. Ifah yang masih berada di atas motornya terus berbicara tiada henti-hentinya. Santi, inova, hanif, hanya terdiam melihat sikap ifah yang berlebihan dan ngga kaya biasaya. sampai elok yang tadinya mau kekelas barhenti dan terkagum-kagum melihat ifah yang over ceria. Jadi baru merupakan sebuah supermarket yang baru baru ini berdiri di kota kebumen.
Ifah terus saja ngoceh dengan segala rencana-rencana yang kayaknya sudah matang banget. “gimana teman teman kog semuanya ngeliatin aku begitu? emang salah ya? emang ada yang salah ya dengan penampilanku? atau ada yang salah dengan ucapakku ? Hanif ? Inova ? Santi? Elok ? ada apa sih !? Ada apa sih kog kalian diam terus?” ifah bingung dan sedikit salah tingkah melihat keanehan teman temanya, sesekali ia memeriksa penampilanya yang memang dari tadi di pandangi teman temanya. “ada apa sih ?” ifah mencoba menyadarkan teman-temannya. Inova yang tadi diam dan sibuk dengan bukunya ikut heran dengan apa yang terjadi pada ifah. ”ifah...kamu pingin tahu ada apa.?..ada yang sedang  jatuh cinta nih” sambil menutup bukunya dan turun dari atas motor inova mencoba menebak apa yang sedang dirasakan ifah. ”suwit,..suiwit ....yang lagi kasmaran“. Tambah elok, santi, hanif “aa...aa” Teriakan manja ifah, dengan muka merah yang menandakan bahwa itu benar terjadi pada dirinya. Inova memalingkan mukanya menuju arah sebelah belakang ifah ”itmam, baru nyampai yah” mendengar inova memanggil nama itmam ifah langsung gugup dan matanya langsung kesana kemari mencari keberadaan itmam yang baru saja di sapa oleh inova. “satu orang telah tertipu” ledek inova. “ aa...aaaa inova..” jeritan manja ifah kembali keluar dari mulutnya. “yuk kita kekelas...dah masuk kayanya..” kata santi. “Eh tapi aku belum selesai” saut elok. “emang kita pikirin” saut inova, santi, hanif serentak. Ifah masih terkesima dan masih masih mencari itmam, matanya memandangi setiap sudut dan beberapa parkiran motor. “ifah...itmam tinggal dulu sekarang kita kekelas..” saut elok. “Emang dah jadi tugas kamu lok” saut inova. “ga papa yang pasti kita masuk kelas he..he..dosen sudah datang”balas elok yang pura-pura  tegas. Mereka berlima masuk kelas.
§«®»§
Sebuah kampus yang tidak pernah sepi, setiap hari, pagi, siang, malam tak pernah sepi dari para mahasiswa yang asyik berselancar di dunia maya, maupun yang sedang merencanakan kegiatan, atau berdiskusi dengan taman-taman mereka. Ifah baru saja keluar dari kelasnya bersama genknya yang beranggotakan 7 orang, yaitu: hanif, inova, elok,  santi, ikha, ratna, dan juga ifah sendiri. Mereka mempunyai sebuah agenda, setiap selesai kuliah mereka harus mengunjungi kantin untuk sekedar minum es, makan mendoan asli kebumen, atau mie ayam bersama. “Ifah agenda pertama kita seperti biasakan...” ucap hanif yang seorang anak kos yang hampir setiap hari ngga pernah sarapan pagi. “ia ..donk han..! agenda pertama kita adalah kekantin pak wardi. Yang kemudian di teruskan dengan berkunjung keperpus, terus ke jadi baru, terus ke alun-alun terus pulang” ifah nyrocos dengan antusiasnya.
Sebuah kantin yang paling terkenal di kampus stainu kebumen, kantin yang menyediakan berbagai macam menu masakan siap saji dari mie ayam, soto ayam, pecel lele, nasi soto, nasi rames, serta berbagai macam gorengan seperti tempe mendo, bakwan, serta berbagai es dari es tawar, es buah, es teh, dan ss ya lainya. Kantin paling di minati oleh para mahasiswa selain karena makanan yang di sajikan enak juga karena sudah sekitar 10 tahun pak wardi dan istrinya berjualan di situ. Pak wardi adalah sosok pejual yang ramah, sopan, populer dan satu lagi dia adalah seorang kejawen atau orang jawa asli yang terlihat dari bahasa sehari-harinya dan kepandaian dia dalam bermain suling, mocopatan, ndandang gula dan masih banyak yang lain. Dia juga merupakan sosok yang penuh inspirasi, terbukti banyak mahasiswa yang di beri motifasi dan berbagai argumen tentang kehidupan.
Ifah dan teman segenknya duduk mengitari sebuah meja yang telah di sediakan oleh katin“Pak wardi kita mau maem mendoan 7, esnya lima rasa sirsak semua dan 2 teh anget” kata ifah. Mendoan merupakan makan paling favorit di katin tersebut, disamping karena sudah beken juga karena kelebar yang dimiliki mendoan yang membuat sensasi bagi siapa saja yang memakan. Pak wardi yang sedang asik memainkan serulingnya langsung mendekat ke rombongan ifah yang ngga jauh dari pak wardi“ siap..malieh nopo mba ifah , soto, mie ayam, pecel lele“ tawar pak wardi dengan sopan santun. ifah“ada yang mau pesen makanan ngga? Hanif, inova, elok, santi, ratna, ikha? ” tanya ifah kepada teman-temannya. Hanif” aku nasi soto satu, pak”. Ikha” aku juga”. “Siap segera datang “ saut pak wardi dengan antusias.
“Mas nurudin, hai...” sapa ifah dengan sopan dan sedikit lebay kepada nurudin salah satu senior ifah di teater gerak stainu. “ hai....ifah, hanif, elok, santi, ratna, ikha” sapa nurudin sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “hanif...dah makan” sapa nurudin kepada hanif. “baru saja mau makan, kenapa? mau mbayarin,” jawab hanif dengan juteknya. “ya kalau mau, saya bayari! tapi kamu harus mau jadi pacar aku” balas nurudin dengan lemah lembut dan sedikit malu malu. “ emang kamu mau jadi pacarku...” sambung nurudin.  “ boleh tapi kamu harus bayarin aku makan setiap hari”. Nurudin terlihat serius dan menatap mata hanif ” pokoknya apapun yang kamu minta pasti aku beri, tapi aku juga punya satu syarat”. Hanif pura pura cuek“ apa syaratnya” dengan sedikit lenggak lenggok dan jaim. nurudin dengan tangan yang di sembunyikan di bekakang tubuhnya, seperti menyebunyikan sesuatu,” syaratnya adalah .....kamu jangan kagetan! hanif ..ulat.......ulat “ . “aaaaaa...aaa” hanif yang kagetan karena ulat bohongan yang di lemparkan ketubuhnya. Kekagetan hanif mengagetakan seluruh teman-temanya. Mereka tertawa melihat tingkah laku nurudin dan hanif saat bercanda dengan beradu akting. hanif adalah sahabat dekat nurudin yang sering beradu akting dengan nurudin, nurudin merupakan salah satu aktor terbaik di teater gerak. Sedangkan hanif adalah anggota baru tahun ini. “ aku kesanggar dulu yah, ada siapa saja disana” pamit nurudin untuk pergi kesanggar teater gerak. “ kang oji sama mufty sama mba iis juga” balas hanif.
Nurudin pun pergi meninggalkan mereka untuk menemui faoji, mufty dan juga iis. Nasi soto yang tadi di pesan pun akhirnya keluar dari kantin pak wardi, mereka terus melajutkan bercandanya, dan kadang kala serius membicarakan masalah kuliah yang berlum mereka pahami. Ifah tetap ceria dan membunyikan mp3 dari hp, seperti biasa ia membunyikan lagu miliknya viera yang memang bila diperhatikan karakter suara yang dimiliki vokalis viera mirip dengan karakter vokalnya ifah.
Santi meminum es yang sudah tersedia di hadapanya ”ifah itmam tu,” ifah sambil melirik kesana-kemari “mana”. “ itu di beakangmu” tegas elok. Ifah salting dan mengekpresikanya dengan cara memukul gemas meja makan kantin yang ada di depanya serta menghentak hentakan kakinya kelantai. Tanpa pikir panjang ia langsung mendekati itmam yang duduk di sebelah belakang ifah yang berjarak sekitar dua meter. Ifah mengeluarkan ekpresi jaim dan langsung mendekati itmam dan menyapanya”itmam hai..sombong-sombong ” sapa ifah dengan manja. Itmam hanya tersenyum tersipu malu dan nerves “gombong?...ngapain kegombong, ke benteng vandervicjk, besok saja ini sudak sore” jawab itmam dengan sedikit memplesetkanya agar telihat lucu. Itmam memang orang yang penuh denga banyolan kocak yang tak terduga.
“Duh....yang baru dari jogja, langsung fill in love” ledek inova. “ biasa aja ya mam yah” ifah mengelak. “Eh ngomong-ngomong kapan jadian nih” srobot elok ” kita tunggu makan-makanya”   tambah hanif serentak dengan santi dan ikha. “ mau tau ajah kita pergi yuk mam, cari tempat yang lebih representatif dan ngga banyak infotaimen berkeliaran” ifah menyangga. Itmam hanya diam dan Cuma memberikan sedikit senyuman atas apa yang telah terjadi saat ini. Gosip yang beredar antara kisah asmara antar ifah dan itmam memang sudah menjadi rahasia umum bahkan itmam juga sudah mengerti dan juga mendengar dari kawan kawannya bahwa ifah itu sangat suka sama dia.
Gosip itu berlangsung dari sebuah acara touring anggota teater gerak ke kota joyakarta yang membawa personil sekitar 12 orang, yaitu nunung yang berperan sebagai lurah teater yang berboncengan dengan fahrul, nurudin berboncengan dengan hanif, terus nano yang berboncengan dengan oji, kemudian inova yang berboncengan dengan lukman,  mba iis dengan mufty, dan ifah yang berboncengan dengan itmam yang telah menjadi gosip hangat beberapa minggu ini. Tapi sebelumnya memang sudah ada tanda-tanda ada sebuah ikatan batin yang terlihat dari kedua sejoli tersebut.
§«®»§
Hari ini suasana terlihat ramai di kampus, motor para mahasiswa sudah banyak yang terparkir di depan tiap-tiap ruangan yang ada, berberapa mahasiswa terlihat sedang berlari karena takut terlambat masuk kuliah. Ada juga mahasiswa yang asyik ngobrol dikantin pak wardi mungkin ngga ada jam kuliah atau lagi bosen masuk kelas pingin cari inspirasi untuk menenangkan pikiran atau sedikit berbincang-masalah kegiatan perkuliahan.
Di halaman kampus terlihat sebuah lapangan folly yang masih terlihat baru, seperti habis diperbaiki, berserta net yang sudah terpasang memisahkan lapangan volly tersebut menjadi dua wilayah. Di sebelah lapangan tersebut juga terlihat seperangkat sound sistem dan beberapa kursi duduk yang mengelilingi lapangan volly bercat hijau. Sebelah kanan sound sistem terlihat ifah dan ratna yang sedang sibuk mempersiapkan beberapa kebutuhan para  peserta lomba untuk daftar ulang. Lomba volle ball yang diadakan oleh dewan eksekulif mahasisa atau yang biasa di singkat DEMA adalah rangkaian kegiatan yang diadakan untuk promosi kampus ke sekolah-sekolah menengah yang ada di kebumen dan sekitarnya.
Dalam rangka promosi tersebut DEMA menugaskan kepada semua UKM atau unit kegiatan mahasiswa yang ada di kampus tersebut untuk mengadakan lomba-lomba yang sesuai dengan bidang yang di geluti  oleh UKM tersebut.  Banyak lomba-lomba yang di adakan seperti lomba volley dari UKM olah raga, lomba outbond dari UKM pramuka, vestival band pelajar yang diadaka oleh UKM musik, lomba puisi kreatif yang diadakan oleh UKM teater. Lomba qiroatul Qur’an, dan beberap lomba yang lainya.
Di dalam sebuah ruanan kelas terlihat itmam dan teman temanya sedang berkumpul “ fatan..kita siapkan ruangan ini untuk ruang ganti para peserta” kata itmam kepada fatan dengan wajah yang terlihat serius karena dia memang menjabat sebagai penanggung jawab lomba voley tersebut. “Amad kamu dan wibi tolong bantu di pensekoran, nano, anggoro, sobir, dan kamu wendi kalian jadi hakim garis” kata itmam dengan bijaksana mengatur semua kelompoknya.
Menit pun berlalu itmam pergi untuk mengurus yang lainya. Ia terlihat menemui seseorang tamu undangan yang untuk jadi wasit dalam permainna volley ball. Para peserta mulai memadati seluruh halamam kampus, ada yang langsung pemanasan, ada juga yang asyik berembug merencanakan setrategi permainan. “ifah sudah siap semuanya, kalau sudah kita persilahkan semua peserta untuk daftar ulang” kata itmam kepada ifah. “hai kamu bantu aku untuk jadi jadi komentator ok” kata itmam pada seorang temannya.
“assalamu’alaikum... kepada para peserta yang belum sempat untuk mendaftar ulang segera menghubungi panitia untuk daftar ulang karena pertandingan akan segera dimulai sebentar lagi, sambil menunggu pertandingan dimulai kita mulai pertandingan pertama yaitu antara MAN 1 gombong melawan MA Ma’arif 1 kebuman” kata ifah yang berperan sebagai sekertaris serta pembawa acara tersebut.
Pertandingan berlangsung sengit, sementara itu itman masih sibuk kesana kemari untuk mengontrol para anggotanya mempersiapkan segala sesuatunya. Sementara ifah masih sibuk melayani para peserta yang datang, sesekali ia menyempatkan diri untuk meliarkan pandangannya untuk mencari keberadaan itmam. Kadang-kadang ia lupa bahwa dia sedang melayani para pendaftar maupun para peserta yang belum paham mengenai aturan perlombaan.
Itmam merupakan seorang yang bijaksana dalam hal menyusun sebuah sekema kegiatan dan juga seorang yang sangat bertanggung jawab dengan apa yang telah menjadi tugasnya. Ia merupakan seorang atlit bola volley yang handal, selain itu dia juga menekuni beberapa bidang olah raga yang lainya seperti sepak bola, bulu tangkis, footsal dan masih banyak yang lainya. Pokoknya segala olah raga ia menguasai, tapi yang paling di tekuni adalah volley ball.
Itmam seorang mahasiswa, bertubuh tinggi, memakai kaos olah raga yang bertuliskan namanya berdiri mengamati jalanya pertandingan. Dengan mata yang melotot tajam, kedua tangannya mengepal terlihat ia sangat menikmati pertandingan tersebut. Kadang kala ia ikut memberika sorakanya” hajar ! sekali lagi” ketika salah satu pemain menembakan bolanya kelawan. Ifah yang hanya berjarak sekitar satu meter di sampingnya terlihat tersenyum kecil ketika melihat antusiasme itmam yang menggebu-gebu. Itmam yang dari tadi menikmati jalanya pertandingan tidak tahu bahwa ia sedang diperhatikan oleh ifah, tapi lama-kelamaan merasa aneh kayak ada yang memperhatikan di sampingnya. Dengan sedikit ragu ia  menengok ke arah sampingnya. Senyum lebar dan malu malu melekat dipipinya setelah tahu bahwa itu ifah. “ ada apa ifah ...?”tanya itmam ragu. “lucu aja ngeliatin kamu” kata ifah dengan senyum lebar dan manisnya. “ lucu.. emang aku bayi apa ?” kata itmam dengan nada  hasnya yang slengekan, kalau berbicara tentang hal yang ngga terlalu penting.
§«®»§
Hari sudah petang, beberapa peserta lomba sudah mengemas barang bawaannya, para panitia penyelenggara pun ikut mengemas seluruh perlengkapan lomba, angin berhembus sepoi-sepoi. Hanif, elok, santi, ratna, dan inova ikut membantu ifah membereskan perlengkapan yang harus di simpan untuk besok, karena pertandingan belum selesai. “capek ya fah?” tanya inofa. “ia capek banget, teman-teman nanti ngumpul di sanggar teater, kita makan-makan” ifah terlihat capek banget. Mereka berjalan menuju sanggar teater dengan membawa perlengkapan yang sudah di kemas.
Sanggar teater merupakan tempat yang indah untuk ngumpul dan ngobrol. Ruangan yang hanya memunyai luas 2,5m persegi tersebut memang selalu ramai pengunjung baik para anggota teater maupun yang bukan. Ruangan yang sempit di tambah peralatan keteateran yang rupek abis itu mempunyai daya tarik sendiri, entah kenapa tapi selalu banyak pengunjung yang datang untuk sekedar beristirahat, mendengarkan musik, mengerjakan tugas atau hanya berkunjung.
Ruangan yang terletak di bagian ujung timur gedung kampus mempunyai sebuah keistimewaan yaitu pemandangan hamparan langit hijau juga ladang persawahan yang dapat dilihat dari luar sanggar dan menghadap ke arah selatan. Sanggar teater juga mempunyai keistimewan lagi diantara ruang UKM yang ada di kampus tersebut, yaitu dekat dengan katin, jika mau kekantin hanya dengan menuruni tangga yang ada di depan ruang teater  maka, akan disambut oleh penjaga kantin dengan segala macam menu yang ditawarkan.
Di sanggar teater telah ada dua anak yaitu faozi bertubuh ceking dan berambut gondrong dan yang biasa dipanggil kang oji atau lebih akrabnya kang ojek dan nurohmah bertubuh agak gemuk dan yang biasa di panggil nunung. Oji merupakan penghuni sanggar dan seorang senior dalam keteateran. Sedangkan nunung adalah ketua UKM teater atau bahasa dalam komunitas teaternya adalah lurah sangggar, dia juga senior di situ.
“mba nunung, kang ojek” sapa ifah dengan nada lemas dan muka cemberutnya. “ hai ifah, hai santi, hai elok, hai ratna, hai hanif, hai inova. “Kok mukanya ga ada yang ceria?” sapa nunung yang sedang mengutak-atik netbooknya. “capek mba nunung” keluh ifah yang langsung masuk dan menyandarkan tubuhnya pada dinding tembok di sebelah samping nunung. Boneka beruang berwarna pink ia pun peluk dengan mesra. “kok capek? Kan sama itmam” ledek nunung. “ ah..ah..mba nunung” jerit manja ifah yang di ikuti dengan memeluk tangan nunung. “ ya kan lok, seharusnya ga ada capeknya jika sama doi” ledek nunung lagi. Elok hanya melemparkan senyuman lugu dengan tangan yang memegang hp.
“makan-makan” terdengar suara itmam dari bawah yang membawa beberapa buah bungkusan-bungkusan nasi dengan kantong plastik warna hitam. “yuk makan-makan, mmm baik banget sih” saut hanif dengan semangat dan manja. “sudah kelaperan ya nif? Yuk buat lingkaran” nunung mengondisikan para temannya. Sudah menjadi tradisi setiap organisasi atau komunitas dikampus kalau makan itu bersama-sama, semua nasi dan lauk berada ditengah dan orang yang mau makan harus duduk mengelilingi nasi tersebut.
Makanan yang telah di sediakan oleh para panitia dan juga untuk panitia loba dimakan secara ramai-ramai. Keringat, rasa capek, berbaur menjadi rasa dan aroma yang menambah indahnya kebersamaan, tak di ragukan lagi segala sesuatu yang dilakukan secara ramai-ramai akan terasa menyenangkan, walaupun hal tersebut sangat ngga enak jika kita lakukan sendiri.
“wooooooeee” datanglah nurudin dengan sapaan pertamanya. “Makan makan din” dengan masih mengunyah hanif menyambut menawari nurudin. “siap kawan” dengan langsung menuju samping hanif untuk ikut berdesak-desakan untuk makan. Seperti halnya sebuah, persahabatan nurudin dan hanif langsung asyik bercanda. Persahabatan yang dimulai dari sebuah  proses latihan drama teater yang mengusung naskah cerita dukun-dukunan karya putut bockhori. Dalam pentas tersebut nurudin berperan sebagai seorang suami yang bernama martabat dan hanif berperan sebagai ibu martabat. Dari proses latihan yang merupakan rangkaian dari workshop teater yang diadakan oleh ukm teater, mereka sangat dakat seperti halnya kakak beradik yang saling menyayangi. Apalagi sehabis pulang dari jogya.
§«®»§
 “wooooooeeeeee! Assalamu’alaikum” sapa nurudin yang baru masuk kepada semua penghuni ruangan. Sebuah kebiasaan nurudin yang tidak bisa di tingggalkan ketika menyapa seorang teman yang baru datang, maupun sebagai sapaan ketika dia baru datang dan baru bertemu seorang yang yang ia kenal. Nurudin seorang yang bertubuh tinggi, berambut lurus panjang, dan mempunyai sifat periang. Tempat tersebut merupakan tempat berkumpulnya para aktifis dalam sebuah organisasi pergerakan mahasiswa yang mempunyai nama PMII. Ruang tersebut memang selalu ada mahasiswa yang menginap atau hanya main atupun berdiskusi.
 “bro dari mana? Dari rumah ?” tanya wibi yang sedang asik mengutak atik netbook kesayanganya. “iya donk, kan aku kangen sama ente-ente semua” jawab nurudin dengan nada sedikit membencong, sambil matanya kedip-kedip seperti halnya waria yang sedang menggoda. “aku juga kangen ama ente din, ada yang kurang kayaknya kalau ente ga ada disini” balas wibi serius. “ masa sih, aku jadi terharu” nurudin masih dengan gaya bencongnya mendekati wibi sambil mengedip ngedipkan mata centilnya. Wibi yang memang orangnya agak serius tidak tahan dengan godaan nurudin yang  lemah gemulai. “ minggir din lah..jijik tau ngga” nurudin yang merasa sukses menggoda wibi terus melanjutkan serangannya. Wibi yang tadinya duduk tenang mulai pindah posisinya ketika nurudin membelai rambut wibi dan mencoba untuk memeluk wibi. “din..! “ nada wibi mulai meninggi. Nurudin terus menggoda, “aku kangen ma kamu” goda nurudin. “din..serius ini!” Wibi mulai merinding. Karena tak tahan menerima serangan dari nurudin wibi langsung menghindari pelukan dari nurudin yang terus agresif melancarkan godaanya.
Wibi seorang yang bertubuh kurus, berambut panjang mengalun, kulit putih kekuning-kuningan, mempunyai hidung yang mancung, mata yang bundar, pendiam, pemikir, dan mempunyai gaya bicara yang sangat diplomatis. Seorang mahasiswa yang tak pernah lepas dari netbook hitam tersayang.
Wibi tertawa bercampur geli karena tak tahan dengan godaan nurudin. akhirnya ia meninggalkan tempat duduk beserta netbook kesayangan yang mungkin tidak pernah di tinggal barang satu menitpun. Labib, amad, ilham yang ada di situ sedang membaca buku Cuma diam dan dan sambil tersenyum-senyum melihat gaya nurudin untuk menggoda wibi. Nurudin yang telah berhasil mengusir wibi langsung menepati tempat duduk wibi untuk buka fb sambil tersenyum-senyum atas keberhasilannya dan atas kegilaan yang baru saja dilakukan oleh dirinya.
Labib yang tadi hanya duduk dan tertawa melihat tingkah laku nurudin tiba-tiba berdiri seperti orang yang akan memerahi. Wibi, ilham, amad, nurudin, memperhatikan labib yang tiba-tiba berdiri. “ wei..berisik!” bentak labib dengan tangan mengepal muka memerah” jangan berisik donk! kita lagi belajar, ok ! kalau masih terus berisik nanti nanti aku cubit, em“ sambung labib dengan lemah gemulai mencoba untuk meniru nurudin dengan gaya yang lain.
Suasana menjadi tegang ketika labib membentak, tapi suasana berubah dratis ketika labib mencoba untuk memerankan bencong seperti halnya nurudin tadi, semua tertawa terbahak-bahak begitu juga ilham juga ikut menirukan labib, dan terus mengulang perilaku tersebut. Labib yang merupakan ketua organisasi yang berada dalam kampus tersebut, juga sangat hobi untuk memerankan seorang waria yang lemah gemulai. Hingga malam tiba gaya lemah gemulai menjadi topik lawak malam itu. Bahkan sampai pagi saat mereka bangun dari tidurnya kejadian malam tersebut masih terngiang dalam pikiran mereka semua.
Perilaku nurudin memang sudang menyebar ke sayaf otak-otak teman-temanya, perilaku yang setiap hari nurudin yang gokil dan sangat tidak bisa di tebak. Ilmu keaktoran yang di peroleh nurudin dari ukm teater telah masuk dalam aliran darahnya. Hingga setiap harinya nurudin selalu mencoba meniru hal-hal yang baru. Kadang juga nurudin tiba marah-marah dengan semua temanya, sampai semua temanya benar-benar takut, tapi akhirnya ya Cuma sebuah tingkah laku untuk memancing tawa semua temannya.
§«®»§
 “Semoga kuliah hari ini bermanfaat untuk kita semua, dan mari kita habiskan sisa hidup kita untuk berpikir, wasalamualaiku wr wb” seorang bertubuh besar megenakan kemeja putih, besrta dasi yang tertempel di bawah leher kemejanya, celana panjang hitam, sepatu hitam mengkilap, berjalan keluar dari ruangan. Seorang dosen ilmu kalam yang telah diakui keilmuanya oleh para mahasiswa serta metode kuliah yang mengasikan. Ruang kuliah sepuluh jelas tertulis di atas pintu masuk yang merupakan tempat di mana itmam dan teman sekelasya melaksanakan kuliah.
Beberapa menit kelas hanya di isi oleh suara-suara yang tidak beraturan di sana-sini. Itmam yang duduk di ujung paling belakang telah mengenakan tas, duduk terlentang di atas bangku berwarna kuning kecoklatan. Matanya memandang langit-langit kelas seperti sedang menghitung berapa meter persegi luas kelasnya. Tangan kanannya memutar-mutar sebuah balpoint bermerek standar, kadang ia mempertemukan kedua tangannya di depan mulut, kadang dia menghela nafas panjang, seperti orang yang sedang mencari inspirasi.
 “duarrrrrrr” sebuah kursi kayu jatuh menghantan lantai keramik. Itmam berdiri dan mencoba mencari apa yang telah terjadi. “itmam ngelamun jorok” teriak salah satu teman laki-laki itmam dari ujung depan, dia memang dari tadi mencoba untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan itmaam.  “ngga tahu orang lagi pening apa?” sambil kembali meletakan tubuhnya ketempat duduk yang baru ia tinggalkan karena terkejut.
Suasana kelas terus meramai seiring dengan berjalanya matahari yang semakin meninggi. “Mam..itmam! kalau kira-kira ngantuk, sebaiknya pulang tidur di tumah, tidur di dalam kelas! Firus ngantuk itu cepat menular” bentak ariani dengan ganasnya yang duduk di hadapan itmam. Itmam tersenyum tak bisa menampih bentakan ariani yang terlanjur mengenai fakta. “biasa aja ngomongnya kasihan itmam tuh! Tak tahan dengan bau mulutmu!” saut ilham yang coba menambah ramai suasana kelas. Ariani yang tadi pede abis meledek itmam tersenyum-senyum dan coba memandang itmam. “emang iya mam, bagai mana enak? Mau nambah! Hah” ariani mendekatkan mukanya dan meluncurkan serangan angin dari mulutnya. Itmam menutup mulutnya dan melesat dari tempat duduknya”bau jamban”. Serentak seluruh kelas tertawa melihat tingkah laku itmam dan ariani yang gokil abis.
“laper-laper! Kekantin kangmas mbayu! Tak bayarin semua tapi pake uangnya sendiri-sendiri” teriak itmam melucu. “sama saja dengan bohong! kang”. Tanggap semua anak teman kelasnya. Itmam memang orang yang berpengaruh di dalam kelas tersebut, bukan karena kepandaianya, tapi kerena rasa kebersamaan dan humor yang setiap hari ia berikan untuk menghilangkan kepenatan pikiran setelah mengikuti kuliah.  
Itmam berjalalan menuju kantin bersama amad dan ilham. Itmam masih saja terlihat kosong pandanganya. Sedangkan ilham dan amad asyik bercanda. Ilham yang bertubuh tinggi besar meledek rambut amad yang kribo, mengusak-usak rambut amad. Amad yang bertubuh kecil ngga bisa membalas mengusak-usak rambut ilham, tapi ia terus berusaha untuk membalasnya dengan cara melompat tapi tidak bisa juga. Kadang mereka berkejar-kejaran seperti anak SD saja. “mam sekarang nama amad bukan amad ansori lagi, tapi diganti menjadi amad tembako, soalnya rambutnya ini yang seperti mbako dari wonosobo” ejek ilham kepada amad yang masih mengejar dan mencoba untuk mengoyak rambut ilham. “kamu jangan macam-macam ham, ini yoda dari stainu” amad membela diri. Itmam hanya tersenyum kecil menanggapi semua lelucon amad dan ilham.
Mereka terus berjalan menuju katin. “Kamu kenapa sih mam, diem terus kaya lagi mikir” emang apa yang sedang ente pikirkan?” ilham mencoba untuk membangunkan itmam yang dari tadi diam. “hanya mencoba memikirkan tentang apa yang pak dosen tadi katakan” itmam memcoba untuk menanggapi pertanyaan ilham. “soal apa?” sambil memandangi sekelilingnya dengan tangan yang terikat di belakang. “Tuhan itu ada dimana-mana, Tuhan itu ada pada segala sesuatu yang ada di dunia ini, dari kalimat tersebut. Apakah Tuhan dalam pertukangan, dan setiap bola yang melambung dalam permainan volley? ”.
“Mungkin jika di lihat secara kasat mata, tidak ada tuhan dalam perkara yang sepele tersebut. Aku sendiri sih belum menemukan di mana tuhan berada” jawab ilham serius. “Ada yang mengatakan bahwa tuhan itu, tidak campur tangan dengan apa yang dikerjakan oleh manusia, ada juga yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan manusia adalah kehendak tuhan. Aku bingung dengan semua itu, yang mana yang benar dan mana yang salah” dengan pandangan mata menatap langit, kedua tangannya masuk dalam saku jaket hitam.”tuhan juga bukan suatu hal yang dapat kita yakini, tapi tuhan juga dapat kita rasionalkan dengan pikiran kita” kopi hitam dua, sama mendoan lima” sambung itmam yang telah duduk di bangku kantin pak wardi”
Itmam masih saja diam tanpa kata, rokok ditangan ia letakan di atas bibirnya, pipinya mengempis menghisap rokok yang tanpa kelamaan ia mengempaskan kembali. Tangan kirinya memegang secangkir kopi hitam yang masih hangat. Ilham dan amad masih asik bercanda, kadang ia menggoda cewek yang berbondong bondong menuju kantin. Itmam mengeluarkan sebuah kertas dari dalam tasnya. Sebuah kalender kecil dari dalam tasnya, ia pandangi kalender tersebut dan menghitung hari yang berakhir pada sebuah angka yang kemudian ia lingkari. Sepertinya ia bingung. Tangan kirinya memutar-mutar rokok yang tinggal setengah, tangan kananya memegang sebuah sepidol. Sepertinya ia mempunyai sebuah pilihan dalam hari itu antara ia dan tidak. Setelah sekian lama ia pikirkan kemudian ia menulis sesuatu di balik kalender tersebut. Dengan tingkah laku seperti terburu-buru kemudian ia masukan kembali kalender tersebut kedalam tasnya.
 “woe! “ sebuah suara dari hadapan dengan diiringi dengan gebrakan meja. Jantungnya berdebar kecang, tanganya bergetar, mukanya sedikit memerah, kakinya pelan pelan bergerak sedikit demi sedikit untuk menginjak kalender kecil yang jatuh saat ia mau masukan kedalam tas. Kado ulang sepenggal kata yang tertempel di belakang kalender yang berusaha itmam tutupi. Ifah tidak sedikitpun curiga dengan apa yang terjadi pada itmam. Di terus meneruskan sapaanya dengan bangga.
“hai...kaget yah, maaf Cuma mau nyapa” pinta ifah dengan senyum-senyuman kecil di wajahnya. Jantungnya berdebar kencang, tangannya gemetar, rokoknya jatuh, kakinya menginjak kalender kecil yang baru saja ia mau masukan kedalam tas. “nyapa-nyapa, tapi jangan pakai nggebrak meja, kasihan mejanya nanti rusak, kalau tangan kamu yang sakit sih ngga papa” celetuk ilham yang juga ikut terkejut dengan gebrakan meja tersebut. Ifah hanya tersenyum kepada itmam, dan pergi menuju teman-temanya yang tadi ia tinggalkan, dengan perasaan gembira dan bungah.
§«®»§
Suasana kelas masih sepi hanya sekitar lima belas orang yang ada dalam kelas. Seperti biasa dosen belum juga hadi untuk mengisi kuliah saat itu. Beberapa orang berkumpul yang membentuk sebuah forum yang tidak beraturan. Salah satu kelompok membicarakan tentang fasion yang lagi ngetren, satu lagi membicarakan tentang kebobrokan mahasiswa di suatu kampus, satu lagi kelompok membicarakan tentang lawan jenisnya, yang tidak mempunyai kelompok hanya melamun ada juga yang sedang pura pura serius membaca buku.
Itmam yang saat itu duduk paling belakang diam kelihatan sedang berfikif. Tak lama kemudian ia berdiri seperti telah menemukan sesuatu yang tadi telah ia pikirkan. Langkah demi langkah itmam lalui dengan tenang hingga sampai ujung bangku yang digunakan untuk duduk telah selesai ia lalui. Tanganya saling bergenggaman di depan perut kecilnya. Kepalanya sedikit menunduk. “maaf menggangu acara diskusi teman teman semua, sebelumnya selamat siang” kepalanya beberapa kali terlihat untuk coba memandang teman teman yang ada di hadapanya.
“eeeeemmm..sekali lagi maaf mengganggu” dengan ragu ragu ia coba untuk memulai pembicaraanya. Beberapa temanya terlihat antusias melihat tingkah laku itmam yang terlihat sangat serius. “ sebelumnya.....” ia kehilangan konsentrasi tanganya mengusap mukanya dan mencoba untuk memberanikan diri. “ sebelumnyaaa...” rasa ragu, bercampur, gelisah sangat telihat dari raut wajahnya yang selalu menunduk. “sebelumnya!, sebelumnya! Sebelumnya! Kapan mulainya sudah pegel nih telingaku, kalau tidak yakin ya udah besok aja kan masih ada waktu.” Suara ariani yang merubah suasana serius menjadi suasana kelas menjadi seperti sedang nonton opera van java. Semuanya tertawa geli menertawakan tingkah laku itmam yang semakin grogi.
Seluruh orang yang ada dikelas itu kembali dalam perbincangan yang hangat hingga tak memperhatikan itmam lagi. Itmam yang terlanjur berada di depan ruang kelas tersebut memulai menyampaikan sesuatu walaupun sebagaian besar dari mereka tak memperhatikan apa yang diucapkan itmam. Satu kata demi kata telah menjadi sebuah kalimat yang berisi sebuah pesan kepada teman sekelasnya. Mereka tetap saja tidak memperhatikan apa yang di sampaikan itmam. Suara itmam itu terkalahkan dengan suara teman temanya yang sedang asik ngerumpi.
Entah apa yang di sampaikan itmam tapi kata yang terakhir yang tidak begitu jelas terdengar membuat seluruh teman yang ada di kelas diam dengan serentak tanpa suara sedikitpun”aku mau pindah kuliah” yang tadinya ia menundukan kepalanya tiba-tiba ia menegakan kepalanya. ia coba memandangi seluruh raut wajah teman teman sekelasnya yang terlihat menggambarkan sebuah ekpresi yang sama. Itmam yang tadinya serius kemudian memperlihatkan ekpresi culunnya, dengan melebarkan sedikit bibirnya hingga membuat sebuah alun pada dinding pipinya saat memlihat ekpresi teman temannya yang terlihat bloon.
Tapi tidak berapa lama teman temanya melanjutkan ngerumpinya dengan suara seperti segerombolan lebah yang keluar dari sarang. Itmam yang tadinya senyum menjadi bingung dan kembali menunjukan ekperesi serius dimukanya karena pernyataannya tidak dianggap serius oleh para temanya. Mereka terus asyik dengan perbincangan perbincangan yang tiada ujung. Hingga berlangsung beberapa menit itmam masih di depan kelas berdiri dengan kepala tertunduk dan sama sekali tidak terlihat raut wajahnya.
Dalam setiap perbincanganya mereka juga sedikit memperhatikan itmam yang masih berdiri di depan kelas, mereka merasa aneh dengan itu semua kemudian mereka serentak berganti haluhan untuk memperhatikan tingkah lakunya sama sekali bukan itmam. Mereka merasa bersalah karena tidak memperhatikan itmam. “ aku mau pindah kuliah. selama lebih dari setengah tahun ini, aku rasa aku lebih kompeten dalam hal olah raga. Dan mulai hari ini aku mau mengurus semua berkas-berkas yang dibutuhkan, dan mungkin juga ini terakhir kalinya aku kuliah bersama kalian semua. Tapi jangan kuatir karena aku bisa kapan saja bertemu kalian tapi tidak setiap hari”
Semua terlihat sepi tanpa ekpresi. Mereka tahu bahwa itmam benar benar serius dengan apa yang baru di katakanya. Itmam masih dengan ekpresi yang sama dengan cara menundukan kepalanya.”mungkin dalam aku bersama sama menuntut ilmu di kelas ini bersama kalian semua, banyak dosa dosa yang aku perbuat baik, itu yang di sengaja maupun yang tidak disengaja, semua yang kulakukan mungkin karena khilaf atau memang sengaja karena aku kesal dengan kalian, mungkin juga semua itu hanya untuk menjadikan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan, atas semua itu aku minta kepada kalian untuk memaafkanya, maaf sedikit memaksa” sambil mendaratkan tanganya kepelupuk mata yang tidak begitu jelas terlihat.
Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah, beberapakali mereka menarik nafasnya dalam dalam. Sungguh mengharukan apa yang telah dikatakan oleh itmam. Memang terasa berat melepaskan seseorang yang telah menjadikan sebuah cerita cerita lucu, dari hal yang paling kecil, sampai dengan hal hal yang sama sekali tidak bisa di bayangkan untuk menjadi sebuah lelucon. Tapi juga kebijaksanaan seorang itmam yang telah menjadikan mereka dapat kuliah dengan semangat. Tapi mereka juga tidak bisa menahan keinginan itmam untuk pindah kuliah di yogya.
“aku merasa bakatku bukanlah disini, aku merasa aku tersesat hingga aku harus kuliah di sini, tapi tidak mengapa, dengan tersesat, aku dapat mengenal kalian semua, teman teman yang baik dan juga sedikit menjengkelkan” sedikit mengubah suasana itmam dengan sedikit senyum di pipi, dilanjutkan dengan memandang semua temannya. Ia merasa iba dengan mereka , mengapa semuanya terlihat tidak rela untuk melepaskan dia. “aku rasa aku berbakat dalam bidang olah raga, sehingga selama lebih dari 5 hari terakhir ini aku berfikir dan akhirnya memutuskan untuk pindah kuliah, terima kasih atas semua kebaikan kebaikan, kasih sayang yang telah aku dapatkan dan telah kalian berikan, semoga kita dapat berjumpa lagi di lain waktu dengan keadaan yang baik dan lebih menyenagkan”. Airmata mengalir deras dimuka itmam setelah melihat kasih keperdulian dan ke tidak relaan semua temanya.

§«®»§
Sebuah gelas berisi segunduk bubuk hitam yang atasnya ditutup dengan butira kristal putih telah dilarutkan dengan air panas. Aroma kopi yang menggoda telah tercium hingga luar kantin.  “Ini kopinya mbak” dengan nanpan yang masih di japit oleh jari dan dengan handuk yang berada dipundaknya pak wardi mengantar kopi pesanan nunung. Perempuan yang bertubuh agak gemuk itu memang termasuk penikmat kopi dari kalangan perempuan. Sebuah kebiasaan nunung yang tidak bisa bisa dirubah yaitu minum kopi pada saat siang hari untuk menghilangkan kantuk yang sering melandanya.
Ifah yang berada di depan nunung terlihat santai memandangi setiap kata yang barusan ia ketik sebagai tugas dari dosen. Sebuah gelas tepat berada disamping netbook ifah terlihat masih utuh. Gelas yang berisi jus alpukat yang menemaninya tidak ia minum sedikitpun. Ia sibuk dengan tugas tugasnya. Seperti biasa dari hpnya terdengar lagu miliknya viera. Halaman kampus kali ini tidak terlihat mahasiswa yang berkeliaran, mungkin karena terik matahari yang sangat panas. Kampus yang berbentuk seperti huruf p itu terlihat tak tahan dengan panas  terik matahari siang itu. Di halaman terlihat debu yang berterbangan, beberapa sampah plastik juga ikut melayang.  Di bagian bangunan yang membentuk sudut 90° terlihat seperti terjadi sebuah bencana kecil, sebuah puting beliung kecil terlihat memutar setinggi 2 meter.
Di sebelah utara kantin yang sedang di duduki ifah terlihat ramai. Ada sekian 50 pasang sepatu berserakan di depan pintu masuk yang berwarna hitam dengan tulisan BUKA di bagian tengahnya, yang menandakan bahwa ruang perpus tersebut sedang bersedia melayani mahasiswa. Beberapa mahasiswa terlihat keluar masuk dari pintu itu, seorang bertubuh agak kecil memakai kerudung ping telah bersusah panyak untuk membuka pintu perpus tersebut, yang memang agak berak. Wanita bertubuh mungil tersebut terlihat sedang terburu buru. Ditanganya memegang beberapa buku serta tangan satunya sedang sibuk memainkan jari jemarinya untuk sms.
“nif dapat bukunya?” tanya ifah yang masih  sibuh dengan tugasnya. “bukunya Cuma ada tiga, padahal pak dosen menyuruh reverensinya minimal 5 buku” jawab hanif dengan lemas. “katanya inova punya satu lagi dirumah” lanjut hanif. “sekarang inova dimana,” tanya ifah balik. Dengan ribet ia coba membetulkan tas yang tergatung di pundaknya, sementara tanganya sibuk dengan bunyi sms yang baru diterima. “ ia masih di mushola” jawab hanif dengan cemas. “aaa payah.....sudah tahu tugasnya belum selesai malah bukunya di tinggal dirumah” dengan geram  ia menyambar hp yang dari tadi mengeluarkan musik kesayangannya, dengan gugup ia memencet tombol dan menempelkan pada telinganya.”inofa kamu sekarang pulang dan ambil bukunya cepat ya?” tanpa menunggu tanggapan inofa, ifah langsung menutup pembicaraan.
“hallo..elok! kamu dimana ? kamu kesini sekarang! Bawa buku kamu yang kemaren” tanpa menunggu jawaban elok, ifah langsung menutup hpnya. Ia tampak gelisah, tangannya di sandarkan pada meja di hadapanya. Jarinya menari nari seperti sedang mengetik pada sebuah keyboard. Kakinya bergoyang kadang ia menegakan badanya. “elok dimana nif..? kok belum kelihatan juga” tanya ifah kepada hanif yang sudah duduk di hadapanya bersebelahan dengan nunung. “ dia kan pulang” ifah kembali mengutak atik handphondnya. “elok kamu dimana sih?”tanya ifah gemas. “aku baru nyampai rumah”jawab elok. “kamu bawa buku yang kemaren miliknya dr E Mulyasa tentang kurikulum ya! Sekarang” tegas ifah. “aku ngga bisa kesitu sekarang, aku ada acara, aku disuruh jadi mc di acara pernikahan tetanggaku, maaf yah, aku bener bener ga bisa soalnya ”. elok memelas“ ya udah ngga papa” potong ifah tanpa peduli alasan elok. “Kalau kamu mau kamu kesini aja ambil sendiri” pinta elok. Ifah yang terlanjur emosi  tak bergitu mendengar apa yang dikatakan elok. Ifah kemudian menutup telefonya.
“tugas buat kapan sih fah?” tanya nunung yang dari tadi bingung melihat tingkah ifah yang agresif. Ifah tidak begitu memperhatikan pertanyaan nunung. Ifah masih bingung mau pinjam buku sama siapa lagi. Sedangkan yang ia tahu, bahwa yang mempunyai buku tersebut adalah elok dan inova. Ia berdiri matanya memandangi setiap orang yang lewat didepanya. Ia mencoba mengingat ingat siapa orang yang mempunyai buku kurikulum pendidikan islam. Ia mondar mandir kesana kesini.
“Sollem” merasa di cuekin nunung mencoba melampiaskan dengan cara mengucapkan kata tersebut. Kata yang biasa diucapkan nunung ketika sedang sedikit marah dengan tingkah laku temannya. Ifah masih saja mondar mandir tak memperhatikan bahwa yang barusan diucapkan nunung itu ditunjukan kepadanya. Mukanya terlihat merah seperti orang orang sedang marah. “ifah...sini duduk dulu! ada apa?, kalau aku bisa bantu pasti aku bantu, jangan kaya orang bingung saja, yang kamu butuuhin apa sekarang?” saran nunung dengan bijaksana.
Tanpa menunggu beberapa menit setelah mendengar perkataan nunung tiba tiba muka ifah berganti ceria seolah dia telah menemukan sesuatu yang berhubungan dengan buku yang ia butuhkan. “oh ia lupa” dengan wajah cengar cengirnya. Wajahnya yang tadinya cemberut tiba tiba berubah menjadi sinar matahari yang sangat cerah. “mbak nunung, mbak nunung punya buku tentang kurikulum pendidikan agama islam ngga miliknya dr E Mulyasa.” Kata ifah yang sedikit malu karena dari tadi mencuekin nunung. Ia baru sadar bahwa disampingnya merupakan seniornya di jurusan yang sama.
Nunung yang merasa sudah di butuhin ia pura pura acuh. “ada ! ambil sendiri di sanggar”. “bener mbak nunung, makasih ya mbak nunung” dengan sedikit manja ifah memeluk  nunung dan langsung melangkahkan kakinya untuk pergi kesanggar teater yang ada di lantai dua di atas sebelah timur kantin pak wardi. Nunung masih melanjutkan ngopi dan ngobrol dengan salah satu penjaga kantin. Kantin yang berukuran lebar sekitar 4 m dan panjang 8 meter itu memang selalu ramai hingga pak wardi seorang pemilik warung tersebut membutuhkan dua penjaga untuk membantunya walaupun sudah ada isteri yang selalu menemani.
§«®»§
Sementara di depan ruang kuliah sebelas, yang tepat persisi dihadapan ruang komsat, terlihat hening. Tak ada tawa, tak ada cerita, semua terlihhat seperti tengah di hipnotis. Pandanganya matanya kosong.ada sekitar sepuluh anak yang terdiri dari enam laki laki dan lebihnya  perempuan. Kelas yang biasanya terlihat ceria, bersahabat, semangat, dan penuh dengan rencana, kini terlihat seperti tanpa penghuni. Walaupun mereka semua ada disitu.
Semenjak itmam mengatakan bahwa dirinya memutuskan untuk pindah kuliah di jogya siang tadi. Semua memang berubah, dari tindakan para penghuni kelas yang seperti kehilang ingatan, sampai kegiatan diskusi kelas yang tak berjalan seperti biasa. Amad, ilham, dan kedua teman dekat lainnya atau bisa di bilang sahabat. Merupakan yang paling terpukul dengan semua itu. Jika di pandang sebagai seorang laki laki mungkin itu berlebihan, tapi bagi mereka tidak, semua itu ada waktu dan tempat yang menentukan, dan bagi mereka persahabatan diikat oleh hati. Karena itulah keempat anak tersebut menangis seperti halnya teman teman yang lain.
Itmam tak terlihat batang hidungnya saat itu. Semantara dari arah selatan terlihat beberapa anak yang juga merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut. Seorang ariani tiba tiba keluar dari kelompok tersebut. Ia berjalan cepat sepeti membawa sebuah berita menyedihkan. Matanya masih terlihat berkaca-kaca. Tangan kanannya menutupi bibirnya. Dengan tubuh besarnya ia mengemparkan para mahasisiwa yang ada di sekitarnya dengan hentakan kaki saat ia berjalan.
“sudahlah kita tak bisa menangisi orang yang tidak pantas kita tangisi. Biarkanlah dia mencari jati dirinya sebagai seorang atlit atau hanya menjadi seorang guru olah raga” nafasnya terengah engah. Dadanya kembang kempis mengikuti tarikan nafasnya. Garis garis bekas aliran matanya masih jelas terlihat di bagian bawah kelopak matanya. Kadang ia menutupi sambil terus bicara kadang ia menutupi bibirnya dan memalingkan mukanya.
“dia memang bakat di bidang olah raga” ia memalingkan mukanya sambil menutupi bibirnya. “kita tak bisa melarangnya, itu juga bagian dari pendidikan pembebasan, ya kan ham”. Matanya memandang ilham yang masih mengerutkan mukanya. “dengan begitu dia akan merasa semangat untuk mengikuti kuliah kuliah yang selama ini membosankan baginya, itu juga bagian dari metode pembelajaran yang menyenangkan yang ada dalam kuliah kita, iyakan! Iyakan! “ matanya melototi setiap pasang mata yang ada di hadapanya seperti menyuruh mereka untuk mau dengan bujukan ariani. Pandangan  matanya seolah menyelidiki setiap mata teman temanya, apakah bujukan ariani berhasil atau tidak.
Masih saja mereka terlihat membisu dan kebingungan dengan apa yang barusan di katakan oleh ariani. Mereka seolah tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh ariani, yang memang hanpir setiap hari berantem omongan dengan itmam dalam hal kegokilan dan mungkin setiap hari ia merasa ada yang kurang kalau ngga berantem dengan itmam. Pandangan mata menyelidiki yang di lemparkan ariani juga di kembalikan oleh mereka. Hampir lima menit ariani memandangi tapi mereka tetap saja tak merespon.
Ariani terlihat seperti putus asa dengan semua itu. Ia terlihat seperti berusaha menenangkan pikiranya, ia manarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskanya. “sudah lah, percuma kalian melakukan semua ini, dia tidak akan bisa kembali, air mata kalian sia sia, dan dia akan” dengan emosi yang masih belum bisa dia atur ia mengatakanya. “ayo kekantin!” sambil menarik tangan rizki. Riski yang masih berdiri terpaku oleh kesedihan hanya mengikuti kemana ia ditarik.

§«®»§
Matahari masih meyengat kulit. Rombongan angin mencoba bergerak memberikan kesejukan. Ceceran sampah plastik yang berserakan terbang terbawa angin, membuat sebuah angin puting beliung kecil di dekat kantin yang sedang diduduki ifah dan nunung. Ifah terlihat serius meneliti setiap bait bait tulisanya. Nunung masih di sibukan dengan kekentallan kopi susu di depannya. Ifah telihat capek setelah sejam lebih mencari buku yang ia butuhkan. Di tambah dengan ia harus mengerjakan tugas kelompok yang memang sudah menjadi kesepakan ifah yang akan mengerjakan. Mereka tidak peduli dengan keadaan sekitar mereka mereka menikmati detik demi detik yang berlalu untuk menikmati apa yang ada di hadapnya.
“hai, sibuk? Wah nunung matap sekali sampean! panas panas gini. kopi hangat di depan mata” ledekan wibi yang telah ada di samping meja mereka. Nunung hanya memberikan senyum kecilnya untuk menanggapi ledekan wibi terhadap tingkah laku aneh yang ia miliki. “ifah sedang apaan,kok serius banget sih”  ia mencoba melempar ledekan pada ifah, setelah ledekan pertamanya hanya ditanggapi nunung dengan senyuman kecil yang mengejek. “iya nih lagi ngerjain tugas” dengan muka yang dilipat ia mencoba menanggapi ledekan wibi serius.
“assalamualaikum” dari arah utara terlihat sosok hitam bertotol totol putih di setiap kain yang menutupi tubuhnya. Serta kain pink berlapis jingga yang sedang berjalan bergandengan. Mata merah mereka tidak jelas terlihat dengan adanya kaca yang menutupi bola mata mereka. Tangan maju kedepan untuk meminta jabat tangan dari nunung dan ifah. Nununng dan ifah pun menanggapi ajakan tersebut. “wang’alaikum salam” dengan serentak mereka mecoba menjawab salam yang tadi belum diucapkan.
Tak lama kemudian dari arah selatan terlihat salah seorang laki laki. Bertubuh layaknya TNI  bergegas mendekati nunung. Ia mengenakan pakaian pramuka lengkap. Mungkin ia adalah teman nunung yang menggeluti ukm kepramukaan. “ ada apa dengan teman temanmu, kayak ada yang meninggal saja, pake acara merenung bersama di depan kelas” dengan sedikit memberikan senyum sapaan pada nunung, ia menanyakan  rasa penasaranya ke pada ariani dan riski tentang yang terjadi kepada teman teman mereka di depan kelas.
“emang apa yang terjadi ar?” nunung tertular oleh virus penasaran laki laki pramuka tersebut yang langsung mencoba menegaskan pada ariani. “seperti sedang berduka” kata orang yang berdiri di samping nunung dengan baju pramukanya. “mereka saja yang lebay, hanya di tinggal itmam aja pake acara nangis segala” kata ariani dengan muka yang dipaksa untuk cuek. Nunung terdiam dengan apa yang barusan dikatakan oleh ariani. Padangan matanya ia tunjukan pada ifah yang juga sedang menatap tajam mata ariani. Ifah curiga kalau itu hanya trik ariani untuk mencoba mempermainkan dirinya. “inalillahi wa ina ilaihi rojingun” kata laki laki yang memakai baju pramuka. “bukan meninggal kakak pembina, dia Cuma mau pindah kuliah di jogya, mau ngambil jurusan olah raga” ifah terus memandangi ariani tanpa kata terucap dari bibirnya.
Matanya mulai memerah dan sedikit berkaca-kaca. Kerutan di dahinya seolah menahan air matanya agar tidak tumpah. Tangannya menepuk punggung ariani “kapan di mau pindah?” ariani memandang ifah cuek”entahlah mungkin hari ini, atau mungkin besok soalnya dia juga belum mengurus surat pindahnya, katanya kemaren ”. Mendengar penjelasan ariani  ifah syok berat, pandangan matanya kosong, tubuhnya ia sandarkan pada tembok di belakangnya, tangan kanannya masih berpegangan pada ariani. Perlahan lahan ia tidak bisa menahan berat badanya sehingga ia harus menjatuhkan dirinya kebangku kantin untuk duduk.
“kamu juga ikut ikutan fah? Lebay” tanpa sedikitpun kasihan pada ifah ariani membentak ifah yang seperti tak sadarkan diri.
Dengan sisa kekuatan dan sedikit akal sehatnya ia tak mau percaya begitu saja dengan omongan ariani yang tidak masuk akal. Kalaupun dia mau pindah sudah dari dulu dulu banget. Soalnya sekarang ini ia sudah semester 4 dan sebentar lagi semester 5. Dengan sisa kekuatanya dan ditambah rasa ketidak percayaannya pada ariani, ia menegakan badanya dan melangkahkan kakinya. Satu langkah pertamanya telah ia lalui. Entah kenapa mungkin ia mendapat sebuah kekuatan besar yang tiba tiba membuat seluruh tubuhnya kembali sehat. Dengan rasa ketidak percayaan yang tinggi ia langkahkan langkah kedua, ketiga kempat dengan cepat sekali.
Ia berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, semua tangga ia lalui dengan sagat cepat. Ia berhasil sampai pada lantai dua. Ia kembali memacu kecepatanya. Tepat didepan kelasnya terdapat beberapa temanya yang sedang asik bercanda “ifah mau kemana” tanya mereka yang melihat ifah berlari. Tapi ifah tak sedikitpun menanggapinya. Ia terus memacu langkahnya dengan sangat cepat. Seperti menggunaka jurus langkah seribu sampailah ia pada halaman depan mushola yang terletak hanya berkisar sepuluh meter dengan kelas itmam.
Ia memperlambat langkahnya. Air mata telah menetes membanjiri setiap dinding merah pipi ifah. Tangannya mengusap air mata yang membanjiri pipinya. Kadang ia mendongakan kepalanya untuk sedikit menahan keluarnya air mata yang lebih banyak. Langkah pelan dan penuh dengan rasa takut kalau apa yang dikatakan ariani itu benar. Serta rasa malu karena telah menangis di depan umum. Tinggal 4 langkah kecil menuju halaman depan ruang kelas itmam ia menghentikan langkahnya. Ia menghapus seluruh air mata yang telah keluar dengan lengan panjangnya. Ia tampak ragu, tapi apa boleh buat iya harus mencari kebenaran bahwa apa yang dikatakan ariani tidak benar.
“assalamu’alaikum” salam yang di ucapkan dengan suara halus dan sedikit serak serak basah keluar dari bibir ifah. Semua matapun tertuju pada ifah. “wa’alaikum salam” serentak mereka menjawab dengan nada yang sama dengan ifah. “emang benernya kalau itmam mau pindah kuliah ke jogya” ifah mencoba menahan rasa sedihnya dan tangisanya, untuk memperjelas semua yang belum jelas tentang kabar itmam mau pindah kelas. Cukup lama mereka saling pandang memandangi. Ifah menunggu jawaban dari mereka, saling tatap yang terjadi di antara mereka terus berlangsung cukup lama.
Suara bel kampus berbunyi cukup keras. Bel kampus yang mempunyai irama mars kampus tersebut terdengar membelah kesunyian yang terjadi di antar mereka. Tak perlu menunggu jawaban yang jelas ifah sudah tahu jawabanya. Ketidak beranian mereka mengatakan yang sebenarnya merupakan jawaban yang benar terhadap semuanya. Tanpa basa basi lagi ia membalik posisi tubuhnya. langkah seribu yang baru saja gunakan sekarang ia gunakan lagi. Mereka hanya diam tak tahankan diri melihat ekpresi yang keluar dari  wajah ifah yang terlihat syok berat dengan kenyataan yang ada.
§«®»§
Hataman yang sangat berat untuk ifah. Sungguh tak menyangka satu minggu yang penuh dengan canda dan tawa. Satu minggu yang penuh dengan gosip heboh yang menyangkut hubungannya ia dengan itmam yang membuat hatinya berdebar debar. Kini harus diakhiri dengan sebuah perpisahan yang memang tidak bisa ia cegah lagi. Sang pengeran harus pergi untuk mencari jati diri yang selama ini telah ia pendam. Sang pangeran harus benar benar pergi mencoba untuk mencari sebuah kebahagian dan kepuasan hati akan hobi yang selama ini ia tekuni.
Hampir tak ada satu orang pun yang ifah lalui. Sepertinya, siang itu mahasiswa seperti meninggalkan ifah semua. Satu orang pun tak terlihat ketika ifah berlari. Angin sepertinya juga mencoba memahami apa yang sedang dialami oleh ifah, ia berhembus sepoi sepoi. Matahari siang terasa hangat dirasa. Teman ifah yang tadi di depan kelas telah lenyap. Hanya beberapa tisu bekas yang diterbangkan oleh angin yang ada di tempat duduk mereka. Ia masih dengan langkah seribunya ia menuju ruang teater. Ruang dimana ia menghabiskan waktu bersama dengan teman temanya.
Tanpa salam terlebih dahulu ia membuka pintu ruangan tersebut. Air matanya membasahi seluruh kulit wajahnya. Tanganya mencoba membersihkan air yang terus mengalir di setiap dinding wajahnya. Tanpa mencoba untuk menyapa penghuni ruangan tersebut ia langsung menjatuhkan tubuhnya kepada sebuah boneka beruang berwarna pink yang besar. Nunung heran memandang ifah yang menagis tersedu sedu. Ia mencoba menenangkan ifah dengan membelai kain yang menutupi ribuan helai rambutnya. Ia tahu apa yang terjadi dengannya saat dikantin tadi.
“sabarlah..! kalau memang jodoh dia akan  kembali pada saatnya. Dia tahu yang harus ia lakukan untuk kebaikan dirinya dan masa depanya. Dia pergi bukan untuk meninggalkan mu, di hanya ingin menggapai cita citanya” nunung dengan lembut terus membelai kain kerudung yang menutupi mahkota ifah. “santai aja, toh kamu dan dia masih bisa bertemu, kau dan dia tidak berpisah untuk selamanya, kau dan dia berpisah untuk berjumpa lagi seperti lagunya roma irama” sambung iis yang telah duduk bersama mufty, dan oji yang sudah sekian berada diruangan tersebut.
Ifah mencoba memasukan seluruh nasehat nasehat yang diberikan seniornya. Perlahan lahan ia mencoba membangunkan tubuhnya. Dan menyandarkan tubuhnya pada bahu nunung yang berada tidak jauh dari jangkauanya. Tangan kananya memegang handphon dan membunyikan mp3 vierra untuk sejenak menenangkan hatinya. Iis mendekati ifah yang masih berada di pelukan nunung. Membelainya seperti membelai belaian seorang kakak pada adiknya. Iis seperti merasakan apa yang sedang dirasakan ifah saat itu.
Oji dan mufty merasa terharu melihat kejadian yang menimpa ifah. Mereka juga terharu dengan apa yang baru mereka lihat. Sebegitu perasaan wanita hingga lelaki yang mungkin belum tentu mencintainya  dapat membuatnya menangis. “adam dan hawa mereka berpisah cukup lama, hingga mereka harus menempuh perjalanan yang panjang sebelum akhirnya mereka di pertemukan kembali untuk menjalin kasih, jarak dan waktu bisa memisahkan dua ingsan yang dilanda kasmaran, tapi rasa saling memiliki akan tetap ada dalam hati, cinta bukan untuk memiliki, tapi cinta diciptakan untuk saling memahami, bukan saling memiliki untuk mejalin cinta, tapi saling memberi untuk mencintai” ifah, iis, mufty, nunung dan juga hanif yang baru saja datang, terkagum dengan kata kata seorang pujangga dari seorang laki laki berambut gondrong tersebut.
“kayaknya ada seorang pujangga di teater?”ledek hanif dengan sedikit kekagumannya. “Hai pujangga apakah kau sudah mendapatkan cintamu” dengan nada lemah dan genit, kedua tanganya bersandar pada pinggang, dan berdiri pas depan pintu. Oji yang merupakan senior disitu tidak mudah terkalahkan dengan ledekan hanif yang sedikit lebay.”aku selalu bersama dengan cintaku” kepalanya memandang langit langit ruang tersebut.”kalau saja aku tak bersama dengan apa yang kucintai, maka aku tak akan disini bersamamu dan semuanya”. “lalu siapa dia” masih dengan kelebayan hanif menegaskan. Dengan memalingkan mukanya kebelakang seperti orang yang malu-malu, oji menjawab “teater” dengan nada datar.
Ifah yang masih bersandar pada bahu nunung mecoba menghargai apa yang barusan hanif dan oji lakukan. Ia mencoba memberikan senyuman, walaupun itu terasa berat. Tapi ia yakin perilaku mereka semata mata ditujukan untuk mencoba membuatnya tertawa dan mencoba melupakan hal hal yang memang tak bisa di hentikan. Keadaan menjadi sedikit membaik dari sebelumnya. Ruangan yang tadinya di selimuti dengan rasa haru akan tangisan ifah kini ada sedikit perubahan. Tawa dan canda mulai terlihat dari penghuni ruangan. Ifah pun mulai bangun dari bahu nunung.
§«®»§
Jarum jam menunjuk pada angka sebelas. Ruangan kelas sudah mulai tidak kondusif lagi untuk berdiskusi. Ratusan mahasiswa sudah berbondong bondong keluar dari kelas masing masing. Beberapa rombongan bergegas menuju perpustakaan untuk membaca buku atau untuk sekedar memcari informasi. Sebagaian rombongan menuju mushola untuk sholat duha dan sebagaian lagi menuju kantin untuk mengganjal perut yang sudah mulai memainkan alat musik popnya.
Ruang kelas ifah masih terlihat ramai walaupun dosen sudah bergegas keluar untuk memberikan kuliah di kelas lain. Ifah terlihat tidak bersemangat di ujung bangku paling belakang kelasnya. Nootbook hitam terletak di depan mata ifah. Sebuah broser telah terlihat di halaman muka. www. Facebook .com ia tulis pada sebuah tab baru. Tak lama kemudian halaman awal facebook telihat. Ia menulis alamat emailnya berserta password untuk masuk dalam beranda facebook miliknya. Foto ifah terpampang jelas pada bagian kiri atas halaman tersebut.
Ia mulai menelusuri setiap kabar berita yang ada dalam halaman itu. Status status dari teman facebooknya ia berikan like. Ribuan kata kata cinta, ribuan status galau, ribuan status gila telah terpampang jelas. Tapi tak satupun status dari itmam ia temukan. Tak pikir panjang ia mulai menulis kata “it”pada kolom pencarian. Puluhan nama yang menggunakan kata “it”terpampang. Sebuah akun bernama itmam telah muncul yang kemudian ia klik untuk melihat kabar darinya hari ini.
Tapi tak ada status baru darinya. Semua status status lama yang itmam tulis seminggu sebelumnya. Status yang ia tulis ketika ia belum membuat keputusan untuk pindah kuliah di jogya. “Kangen” ifah menulis sebuah pesan pada kronologi itmam. Kursor kemudian ia arakkan kesebuah kumpulan gambar yang merupakan foto itmam. Koneksi internet yang memang disediakan oleh kampusnya mempunyai kecepatan yang dahsyat sehingga tanpa menunggu terlalu lama ratusan foto itmam terpampang memenuhi jendela digital milik ifah.
Mengobati rasa kengen dengan melihat foto fotonya membuat ia lupa dengan teman teman sekitar. Facebook memang terlihat sangat beken tahun ini, hingga sampai operator mengeluarkan kartu khusus untuk facebook. Fb biasa orang menyebutnya memang memberikan banyak manfaat banyak pada setiap individu atau kelompok. Terhubung dengan teman teman lama, atau membuat sebuah komunitas. Tapi yang paling beken saat ini facebook adalah ajang untuk melampiaskan nafsu nafsu baik itu nafsu kekesalan, kesenangan, atau juga kesepian.
Di facebook kita dapar dengan mudah mengenali seseorang dari setiap status yang mereka tulis. Karena banyak sekali orang yang terlihat kalem saat di lingkungan akan terlihat liar jika menulis di facebook. Jika dipandang dari segi psikologis positif fecebook memberikan kebebasan berekpresi sesuai dengan karakter yang mungkin selama ini ia pendam, atau sekedar melampiaskan nafsu. Sehingga akan mengurangi stres yang terjadi karena banyaknya masalah. Tapi jika dilihat secara psikologis negatif, facebook membuat orang itu ketagihan, sehingga setiap hari ia harus up date status, atau yang lebih parah lagi, ia harus full online.
Tak terasa kelas mulai sepi, beberapa anak sudah pergi keperpus dan sebagaian kekanti. Tinggal inofa dan hanif yang masih sibuk dengan tugas kuliahnya. “inofa....hanif, kekantin yuk” ifah menyapa inofa dan hanif.” Ngga ah..kita mau nyiapin materi buat presentasi besok”jawab inofa tanpa memberikan mukanya pada ifah. “santi, elok, ikha dan ratna kemana?” tanya ifah yang memang lagi butuk teman curhat. “tadi sih bilangnya mau kekantin” jawab hanif.
Ifah terdiam, ia kembali pada jejaring sosial fecebook di hadapanya. ia arahkan kursor pada sebuah foto milinya, sebuah tulisan muncul dari foto tersebut”sunting foto profil” jarinya menyentuh sedikit kotakan kecil yang terletak di bagian bawah key board. Sebuah beberapa gambar muncul. Foto foto telah terpampang sebuah foto bergambar wajah wanita yang sedang meneteskan air mata darahnya ia pilih untuk menjadi foto profilnya. “tak seperti biasanya” sebuah status baru milik ifah yang baru saja ditulis.
Ia menutup nootbooknya dengan pelan dan kemudian ia masukan dalam tas. “Aku kekatin dulu, mau ikut ngga?” ajak ifah kepada hanif dan inofa. “siap..!nanti kita nyusul, kalau dah selesai” balas mereka. Ia berjalan lambat sekali, gayanya cool abis. Tatapan matanya agak kosong. Ia memilih untuk melewati ruang teater untuk melihat siapa saja yang ada di sana. “hai” seperti biasanya ia menyapa anak yang ada di ruangan teater. Mereka hanya membalasnya dengan senyuman dibibirnya. “Latihan ngga nanti?” Tanya ifah pura pura ceria. “latihan”jawab nunung gamblang. “kamu mau kemana fah” lanjut nunung “mau nemuin elok dan kawan kawan”
 “Sepertinya sudah agak mendingan” celetuk oji.” Status sebenarnya antara ia dengan itmam, pacaran atau hanya teman?” tanya mufty. “ia masih sekadar teman, tapi dari tingkah lakunya mereka sama-sama suka. “nunung menegaskan. “kasihan ifah hubunganya tergantung di tiang listrik” mufty memplesetkanya.
Taklama berselang ifah kembali menaiki tangga dan menampakan diri di depan pintu ruang teater. “semua sibuk dengan urusanya sendiri sendiri” ifah bicara sendiri. Ia masuk dan langsung mengambil posisi duduk didekat pintu. Bibirnya manyun, tanganya memeluk erat kaki di depanya. “kenapa lagi” tanya nunung simpati. “aku ijin mba nunung, aku mau pulang, aku lagi ngga mood buat latihan”ia langsung bergegas mengendong tas besarnya dan lansung keluar menuju tangga di depannya. Sementara nunung yang sudah tahu siapa ifah membiarkan ia pergi begitu saja.
§«®»§
Jalan raya puring petanahan tidak terlihat ramai saat itu. Karena memang ramai jika saat anak sekolah berangkat atau pulang. Motor beat hitam melaju sangat kencang melintas daerah kecamatan puring. Di kecamatan ia belok kekiri melewati jalan untuk menuju wisata pantai di kecamatan puring. Tak sampai beberapa menit dari kecamatan puring ifah menghentikan sekuter matiknya. Sebuah rumah bercat warna pink berbalut coklah telah ada di hadapanya. sekuternya ia langsung parkir di depan rumahnya.
“assalau’alaikum, assalamu’alaikum” beberapa kali ia mengucapkan salam tapi tak ada jawaban sedikitpun. Akhirnya putuskan untuk membuka pintu tapi rumahnya dikunci. Ia mengitari rumahnya mungkin ibu dan kakaknya sedang berada di buritan sehingga tidak mendengar salamnya. Tapi ia tak melihat sosok siapapun di belakang rumahnya. Ifah yang sudah kesal dari saat di kampus menendang sebuah kaleng yang ada dihadapanya. “dok” kaleng melayang dan jatuh pada kerumunan ayam ayam yang sedang asik berceker. “koak..koak..koakk” semua ayam lari terbirit biri ketika kaleng jatuh di hadapan mereka.
Ia kemudian menuju sebuah halaman kecil di belakang rumahnya. Sebuah halaman berukuran 3 meter persegi itu dihuni beberapa kelinci anggora yang sedang asik bermain. Kelinci anggora yang ia beli pada saat ia jalan jalan bersama itmam di alun alun kebumen sedikit mengobati rasa kesalnya. Kelinci mungil berambut gondrong ia kemudian gendong dan ia beri makan. Sebuah wortel yang terletak  di sebuah plastik kecil tergantung di dinding bambu yang mengelilingi halaman tersebut.
Halaman yang penuh di tumbuhi rumput tersebut memang tempat relaksasi ifah saat dia dalam kesepian. Apalagi setelah ada kelinci kelinci lucu yang menambah manis suasana taman tersebut. Ia duduk di sebuah bangku yang  memang di siapkan untuk bersantai. Sebuah lagu telah terdengan dari hp ifah, seperti biasa vierra yang memang pas benget untuk suasana hati yang sedang sedih. Beberapa kali kelinci tersebut coba untuk menggoda ifah dengan cara meloncat loncat seperti ingin mengajak bermain. Kadang ia mengendus ngendus tangan ifah yang sedang memegang wortel.
§«®»§
Dari ujung sebelah barat wilayah kampus tepat di depan pintu gerbang sebuah motor beat  hitam berjalan pelan. Helm warna merah melakat di kepalanya. Sebuah kardus terletak di depan diapit oleh kedua kaki. Ifah menghentikan sepeda motornya tepat di depan tangga menuju lantai dua. Helm merah ia lepas berserta sarung tangan yang membungkus jari jemarinya. Dengan enteng ia mengangkat kardus tersebut untuk naik kelantai dua.
Tak begitu lama ia menaiki tangga tersebut, sampailah ia pada ruang dimana teman temanya ngumpul. Ia tidak langsung masuk dengan membawa kardus yang ada di tanganya. Ia meletakan kardus tersebut pada sebuah kursi panjang yang ada di hadapanya, yang memang digunakan untuk nongkrong. Kardus ia buka perlahan lahan. Beberapa nasi kotak terlihat, ia mulai mengambil satu satu dan meletakanya di samping kadus tersebut. Nasi kotak tersebut i asusun meninggi. Ia bergegas mengetuk pintu tok....tok”assalamu’alaikum” “wa’alaikum salam, masuk fah” terdengar jawaban dari dalam secara bersamaan yang memang sudah hafal dengan suara ifah yang has.
“hai aku bawa sesuatu buat ente ente semua. Dimakan yah!” kata ifah yang sudah duduk sambil meletakan nasi kotak untuk mereka. Wibi, labib, fatan, ilham, nurudin, dan amad terlihat sibuk dengan kotak yang menyala di hadapanya. “makasih ya ifah”kata wibi sambil sibuk dengan dunia mayanya. Tanpa menayakan ada acara apa? pake bawa nasi kotak kepada ifah, wibi terus saja memperhatikan nootbooknya. Ifah yang langsung keluar ia harus membagi nasi tersebut untuk teman teman lainya.
Ia kembali membawa gardus yang berisi nasi kotak keruangan kelasnya dan dilanjutkan keruang teater. Ini adalah hari ulang tahun ifah. Ia terlihat ceria walaupun ada sosok yang di sembunyikanya. Ketiadak adaanya sidia di sampingnya membuat hari ulang tahunnya kurang meriah. Ia berjalan menuju kelas dimana teman temanya berada. 20 nasi bok yang ia pesan di sebuah warung makan yang memang akan ia bagikan pada teman temanya ia bawa menggunakan gardus.
Sampai di kelas ifah coba memandangi setiap anak, tapi tak juga ia melihat para sahabatnya, inova, elok, santi, ikha, hanif dan ratna. Tidak ada di kelas. Ia kemudian meletakan gardus tersebut pada sebuah bangku di depan kelasnya. “inova, hanif, elok, santi, ranta, dan ikha pada kemana?” tanya ifah kepada teman teman kelasnya. “tadi mereka sih ada di sini, tapi terus pergi satu persatu” kata salah satu teman kelasnya. “mereka bilang mau kemana?” tanya ifah menegaskan.”ngga tahu, mereka pergi begitu saja” jawab lagi teman kelasnya dengan bingung karena tak tahu kemana inofa dan kawan kawan pergi.
Ia mengeluarkan hpnya dari dalam tasnya dan coba mengutak atik tobol yang kemudian ia pasang pada telinga sebelah kananya. Tapi naas tidak satupun dari hp mereka yang aktif. Perasaan kecewa mulai meyelimuti wajah ifah. Ia kemudian keluar kelas untuk coba mencari para sahabatnya yang tak kelihatan. Ia kembali membawa gardus nya. Ia coba pergi ke sanggar teater. Oji dan nunung sedang ada disana, tapi ia tak melihat jejak para sahabatnya. Ia meletakan gardusnya di lantai samping nunung.”mba nunung lihat inova dan kawan kawan ngga?” tanya ifah.”tadi mereka disini tapi terus pamit pulang katanya mau mengerjakan tugas untuk besok”. Jawab nunung.
“Kalau hanif” tanya ifah lagi.”hanif lagi membeli makanan di kantin” nunung yang sedang asik menulis hanya menjawab sekenanya aja, tanpa memperhatikan raut wajah ifah yang semakin memucat dan matanya berkaca kaca. Ia merasa mungkin ini adalah ulang tahun yang paling meyedihkan baginya. Setelah ia ditinggal oleh seorang yang sangat ia sukai, kini sahabat sahabat dekatnya pun ikut meninggalkanya. Apalagi semenjak dari rumah hingga kampus yang ngucapin selamat ulang tahun Cuma ibunya itupun hanya lewat sms. Kakaknya sedang  sibuk di luar kota dan tak ada sedikitpun ngucapi walau hanya lewat sms.
Teman teman organisasinya juga ikut ikutan acuh ketika tadi ia membagikan nasi kotak buat acara sukuran ulang tahunya. Bahkan mereka tidak menanyakan sama sekali untuk apa ia membagikan nasi kota kepada mereka. Sungguh tak menyangka hari yang seharusnya membuat ia bahagia malah menjadi hari yang paling menjengkelkan untuknya. Yang lebih menyayangkan lagi adalah sahabat sahabatnya yang memang akan di ajak pergi makan makan pada saat hari ulang tahunya mereka malah sibuk dengan urusanya sendiri sendiri. Padahal mereka sudah di beritahu oleh ifah jauh jauh hari, bahwa pada hari ulang tahunya mereka akan di ajak makan bersama di sebuah warung makan yang bergengsi di kebumen.
“mba nunung, nih aku bawakan nasi dari rumah” kata ifah menawarkan sambil menyodorkan gardusnya. “waoo....enak nih” kata nunung dengan semangat. “ada apa gerangan, pake bawa nasi kotak segala?” tanya nunung yang seolah olah tidak tahu kalau ifah sedang ulang tahun hari ini. “ulang tahun” jawab ifah. “ ooo kamu ulang tahun sekarang” senyum lebar nunung yang di tujukan pada ifah seolah mengobati kekecewaan pada sahabat sahabatnya. Ifah hanya memberikan senyuman kecil dan palsunya atas komentar nunung. “selamat yah, aku makan langsung, laper”.
§«®»§
Sementara air mata mulai membanjiri ruang teater. Ifah menangis ia merasa teman temanya tidak ada yang memperhatikanya. Nunung semakin pusing dengan keadaan ifah yang mulai lemas. Tok tok bunyi seorang telah mengetuk pintu. “masuk” pinta perempuan bertubuh agak gemuk tersebut. “Ifah kamu kenapa?” tanya nurudin serius pada ifah yang masih menangis. Nafasnya tidak teratur, air mata telah banyak yang sudah menjadi kerak di setiap lapisan bedak yang luntur. “kamu kenapa sih fah? Cerita donk, siapa tahu aku bisa bantu”. Dengan tibuh yang lemah ia tak bisa sedikit pun mengeluarkan kata walaupun kanya beberapa suku. Hanya desahan desahan nafas yang terdengar darinya.
“ifah kan sekarang ulang tahun, rencananya dia mau membagikan nasi kotak itu kepada teman sekelasnya, tapi sebagaian dari mereka sudah pulang, terus inova, elok dan teman temanya juga ikutan pulang., dan ifah merasa ada yang sudah berbuat sesuka hati untuk merusak acaranya. Padahan nanti malam ia sudah sebuah tempat untuk makan malam bersama di sebuah rumah makan” katan nunung menjelaskan kepada nurudin.
Nurudin yang merasa bahwa ada seseorang yang menghasut mereka untuk tidak menghadiri pesta ulang tahun ifah geram, mukanya memerah, tanganya membanting sebuah hp yang dari tadi ia genggam. “daaauuur..klutak..klutak” beberapa aksesoris yang menyelimuti hp tersebut terbang melayang dan kembali menghantam lantai. “aku tahu siapa yang menghasut mereka, pasti dia orangnya” ifah terkejut dengan tingkah laku nurudin yang sangat over perhatian padanya. “kapret..wibi kurang ajar” nurudin melesat meninggalkan ruang mereka berempat. Oji, hanif, hanya diam terpaku melihat tingkah laku teman temanya.
Tanpa menunggu terlalu lama. “ngaku! Koe kan sing ngomongi inova karo batir batire kon ora usah merayakan ulang tahune ifah mbok” suara ngapak dan lantang terdengar lantang dan terpotong potong. “pandeng kae kahanane ifah siki” nurudin tiba diruangan sambil memyeret kaos berwarna coklat yang menempel di baju wibi. Wibi yang saat itu masih mengenakan sarung dan sebuah peci yang merapikan rambut gondrongnya, tak berdaya dengan bentakan nurudin yang membelah tangisan ifah dan mejadikan gema di ruangan tersebut.
“Koe kudu njaluk maaf” bentak nurudin sambil mendorong wibi kehadapan ifah. wibi benar benar seperti tak merasa bersalah. Ia memalingkan mukanya dari ifah. “kita ini mahasiswa, tak usah lah yang namanya ngerayain ulang tahun, untuk apa sih, menghambur hamburkan uang untuk hanya mengulang kelahiran yang tak pernah kita rasakan sebelumnya. Ulang tahun atau di mana kita di lahirkan hanya beberapa orang yang tahu dan hanya satu orang yang merasakan sakit. Yaitu ibu kita” dengan gaya intelek, tenang, dan tertata rapih seperti sedang presentasi dihadapan ifah. ifah bingung kenapa wibi bisa mengatakan itu padanya. Air mata keluar derasa dari matanya yang terus memandang wibi. “udah jangan banyak bacoc” kata nurudin sambil mendekati dan mendorong wibi.
Wibi tak menghiraukanya, nurudin dihalang halangi oleh nunung. “merayakan ulang tahun cukup dengan merenung tentang apa yang telah kita lakukan tahun lalu dan apa yang akan kita lakukan tahun berikutnya, bukan dengan acara yang yang ngga penting, kita ini mahasiswa bro harus realistis dan juga ilmiah. Emang dengan merayakan ulang tahun hidup kita akan berubah, tidak akan, esensinya dimana?.......”. sambil memandang nurudin yang masih terhalang oleh nunung. “jadi kamu merasa benar dengan apa yang telah kamu lakukan, kita selesaikan secara jantan” nunung tak tahan dengan dorongan tubuh nurudin yang semakin keras. Nurudin menarik keluar wibi, tapi ia tak mau, karena tubuh wibi lebih kecil dari pada nurudin terpaksa ia harus mengikuti nurudin.
Nurudin dan wibi menghilang dari pandang nunung dan ifah. derap langkah kaki mereka masih terdengar, derap langkah kaki sedang tarik menarik antar nurudin dan wibi diluar. Ifah bingung, perasaan yang kacau karena di tinggal sahabatnya dan keluarganya telah membuat ia menangis. Ditambah dengan kekacauan yang terjadi antar wibi dan nurudin. “Kok jadi seperti ini sih mba, kita harus jegah mereka, kita harus jegah mereka, oyo kita kesana!” sambil terengah engah ia mecoba mengeluarkan kalimat dari mulutnya. Nunung, hanif, ifah akhirnya menyusul nurudin dan wibi.
Ifah berlari sementara hanif dan nunung mengikutinya. Beberapa kali mereka meliarkan mataya kehalaman kampus tapi tidak juga ada sosok yang ia lihat hanya beberapa anak yang sedang jalan jalan. Ifah melangkahkan kakinya lagi dengan cepat. “amad kamu lihat nurudin dan wibi” dari jarak 10 meter ifah menanyakan kepada amad. Perasaan curiga muncul di pikiran amad”ada apa?” tak perlu menunggu jawaban amad lagsung mengikuti ifah berlari mendahuluinya.
Prok..prook..prokkk derap langkah mereka terdengar jelas dari ruangan komsat. “hoe...yang benar saja, kita semua saudara bro...sudahlah kita bisa selesaikan dengan baik baik permasalahan ini” suara jelas terdengar sedang melarai. “alah saudara apa? Saudara bisa berbuat picik seperti itu”. Ifah terlihat sudah berdiri di depan pintu masuk ruang komsat. Terlihat lima orang sedang berdiri melingkar. Fatan, ilham,  nurudin, labib dan wibi yang kemudian memutuskan untuk duduk dan seperti biasa mengutak atik netbook.
“sudah.......sudah...sudah!” suara serak serak basah ifah membuat kaku, ia menuju posisi tengah di antara . “apa ini yang kalian bilang saudara, sampai menangis begini” nurudin semakin geram ia meloncat dan mendaratkan pukulanya pada tubuh wibi. “bug” wibi terguling. “woee sabar ente, jangan main kekerasan” ilham menarik nurudin yang hampir mendaratkan pukulan keduanya. “ intelektual apa seperti itu yang namanya intelektual, hanya duduk mengutak atin netbook, sementara teman di sampingnya menangis” ejekan nurudin yang sangat mengena wibi membuat ia tak sadarkan diri. Wibi menegakan badanya, tatapan tajam ia tusukan pada mata nurudin yang masih dalam dekapan ilham.
“Brud...bruduuudd..bruddd” beberapa pukulan wibi berikan pada nurudin. Begitu juga nurudin membalasnya. Fatan megang wibi yang terus melancarkan seranganya. Niat baik fatan tidak diikuti dengan ganasnya amarah wibi “pakksss” sebuah pukulan mendarat dimuka fatan. Fatan diam dan menahan rasa sakin atas pukulan temanya. Tapi fatan tetap masih sadar. Nurudin semakin ganas ia lepas dari dekapan ilham dan meloncat mendarat jetnya pada wibi. Ilham dan fatan semakin geram karena ia tak bisa melerai pertengkaran tersebut. Ia menghajar keduanya “bruk..buk..bukkk” beberapa kali pukulan ilham mengenai tubuh mereka berdua “sudah ....sudah...kenapa sih bisa jadi begini” ifah menjatuhkan badanya kelantai. “pake nanya ! ini semua gara-gara kamu, gara gara ulang tahun yang ngga mutu itu” jawab pria berambut gondrong yang baru saja meukul wibi dan nurudin.
 Ifah semakin tak tahan dengan derita derita yang ia tanggung. Ruangan terlihat sunyi, mereka terpaku tanpa sedikitpu kata. Beberapa kali suara motor terdengar diluar. Kesunyian itu benar benar penuh misteri. Tangisan dan helaian nafas ifah masih terengah engan mengisi kekosongan itu. Nunung mendekati ifah dan mencoba membangunkanya. Ia peluk ifah ia coba mengangkat ifah. “duar”sebuah meja kecil didepan wibi nurudin pukul dengan kepalan tanganya yang menambah misteri dan suasana semakin panas. “ilham..wibi saya tunggu di halaman belakang kampus, siapkan saja dirimu dan perlengkapanmu, kita selesaikan persoalan ini” sambil menahan rasa sakit atas pukulan ilham nurudin keluar dengan menambrakan tubuhnya ketubuh ilham.
Cahaya kemerah merahan di ufuk barat mulai terlihat. Nurudin keluar dengan tergesa gesa. Seorang anak bertubuh besar dengan kacamata yang menghiasi wajahnya hampir tertabrak nurudin. Ia heran melihat nurudin yang berantakan. Disusul dengan ifah yang masih menangis mengejar nurudin “Ada apa apa sih ini?” tanya ia bingung. Nurudin menuju sebuah gudang di belakang kampus. Berbagai perlengkapan bangunan ada disitu. Ia memngambil sebuah serol pasir yang mempunyai batang yang kuat. “tolong ! jangan sampai ada pertumpahan darah di sini, sudah lah hentikan aku ngga apa apa koh kalau harus tidak melanjutkan pesta ulang tahunku” helaian helaian nafas semakin tak teratur. Beberapa kali ia menelan ludahnya air matanya sudah kering. “ini bukan masalah ulang tahunmu, masalahnya jika persoalan ini tidak diakhiri dengan yang akan aku lakukan maka kamu tidak akan bisa tertawa seumur hidup” kata nurudin sambil memegang serok pasir yang mempunyai batang sepanjang satu meter tersebut.
Di halaman belakang kampus nurudin telah berdiri dengan sekopnya. Hanparan sawah terlihat hijau di belakangnya. Sebuah bangunan yang belum selesai dibangun terlihat masih berantakan dengan kayu-kayu yang bertebaran di setiap dindingnya. Dari kejauhan terlihat rombongan ilham, wibi, terlihat. Disisih lain Ifah dengan tubuh bersandar dibahu nunung terlihat tak berdaya berjalan mendekati nurudin untuk melerai. Sebenarnya ia sangat menyesalkan kenapa semua ini terjadi.  “hentikan semua ini..” hentikan “ teriakan ifah yang masih terdengar tak begitu jelas. Persisi di dekat sawan mereka berkumpul.
Nurudin dengan serok pasir ditanganya ia hentak-hentakan pada tanah seolah menantang ilham dan wibi. Sementara itu wibi ilham dan rombonganya berdiri dihadapan nurudin. “yakin mau akhiri semua ini, apakah kamu sudah puas” tanya wibi dengan kata kata mengejeknya. “Sudah jangan banyak cingcong, ambil perlengkapan” nurudin tak sabar untuk mengakhiri semuanya. Ifah semakin menjadi jadi. Sementara itu fatan, labib, amad, ariani dan rombonganya telah berada dibelakang nunung dan ifah. ilham dan wibi mengambil peralatanya. Sebuah serok pasir telah berada di tangan mereka berdua. Ifah merengek rengek ketakutan kalau semua itu akan benar benar terjadi. “sudah lah ilham sudah..sudah” rengekan ifah menghiasi suasana sore yang panas. Tanganya memegangi serok yang dipegang ilham dan wibi supaya mereka tidak melakukanya pada nurudin. Tapi mereka terus menarik ifah yang masih memegang erak serok tersebur. Sampailah mereka berhadap hadapan kembali.
“ifah lepas” bentak ilham.”oyo lepas. Hoe tuli kamu” bentakan ilham semakin menjadi jadi. “ifah ayo lepas biar semua ini berakhir”. Tambah nurudin yang sudah siap dengan rencanaya. Ifah tetap tak mau melapaskanya. “kamu ngga mau ngelepasin juga ?“ bentak ilham pada ifah yang terus menangis. Ilham memandangi semua temanya, kemudian memandang wibi, kemudian memandang nurudin, seperti meminta persetujuan. Satu persatu dari mereka mengedipkan matanya. “satu....dua.... tiga.....” ifah terkejut ketika tiba tiba dari belakang ia didorong oleh semua temanya yang tadinya hanya dia menonton. “crooooot beberapa lumpur telah mendaratkan dirinya pada sekujur tubuh ifah, tanpa ia sadari ia juga yang ia duduki bukan tanah lagi melainkan lumpur lumpur sawah yang hitam. “selamat ulang tahun ifah” ucapan ucapan tersebut keluar dari mulut mereka berbarengan dengan siraman lumpur yang mengenai tubuhnya.
Ia terkejut, tangisan yang tadinya merupakan sebuah kesedihan kini berubah menjadai tangisan kebahagiaan. “Kalian semua jahat” sambil menangis bercampur senyum di pipinya. Suara tawa bahagia keluar dari bibir mereka. Nurudin dengan seroknya terus menyiramkan lumpur ketubuh ifah, begitu juga dengan wibi dan ilham dan bergantian dengan yang lainya. “Ini adalah akhir ceritanya, kalau ndak diakhiri maka kamu nanti nangis terus”. Ucap nurudin.
“ayo kita keatas, bersihin badan kamu!” ajak nurudin yang mulai iba pada ifah. sambil mengulurkan tanganya nurudin mendekati ifah yang masih berduduk ria dikumpulan lumpur hitam. Ifah mengulurkan tanganya. Tapi nurudin tidak juga bisa menarik ifah, “ariani bantuin!”pinta nurudin kepada ariani yang berada persisi di depan ifah. kedua tangan ifah telas terpegang oleh ariani dan nurudin. Mata ifah tiba tiba berubah, ia seperti mempunyai kejutan. Tanpa basa basi lagi “aaaaaa.........ifah ...burrr..burrr” suara jeritan ariani di ikuti dengan bunyi lumpur yang tertimpa badan nurudin dan ariani.
“ aku punya teman sekarang, kamu sekarang juga ulang tahun kan ar?” tanya ifah dengan muka bangga telah bisa membalas perlakuan temannya. Mereka bertiga saling berpandangan satu samalai. Sebuah ide licik telah muncul dari pikiran mereka bertiga. Wibi dan kawan kawan, beserta rombongan nunung mulai merasa curiga dengan tingkah laku mereka bertiga. Tanpa menunggu telalu lama sebuah lumpur yang terbungkus kantong plastik melayang dari arah nurudin. “bukkkk...pyarrrr” lumpur tersebut tepat mendarat pada kepala wibi. Wibi yang masih puas dengan akting aktingnya tidak mengira kalau ifah mempunyai rencana baru.
Semua berlari ketika ifah dengan membawa lumpur ditanganya mulai mencari sasaran. Wibi yang sudah terlajur berlumuran lumpur ikut bergabung dengan grombolan ifah untuk mengejar yang lainnya. Fatan segela berlari menuju komsat, sementara nunung tertangkap di depan kantin pak wardi oleh ifah. sementara itu ariani dengan tubuh besarnya membawa sebuah ember berisi lumpur untuk di berikan pada amad dan beberapa teman yang lainya.
Sungguh menegangkan sampai sampai seluruh lantai lantai kampus pasti terdapat lumpur. Emosi ifah untuk membalas dendam setelah ia di kerjain mati matian oleh temannya semakin memuncak. Sampai mufty dan iis yang tidak ikut campur dalam perencanaan pun ikut menjadi sasaran. Dari sisih lain beberapa penjaga kampus tertawa dan geli melihat ulah ifah dan teman temanya. Akrom yang sedang santai memandangi tugu pahlawan di ujung sebelah barat kampus juga ikut berlumuran lumpur yang di lemparkan oleh ariani. Begitu juga dengan nano yang sedang asyik berfacebook ria di guyur habis dengan lumpur oleh ifah dan ariani.
Sungguh perubahan yang sangat drastis dari kesedihan yang mendalam hingga -100 kini berbalik arak menjadi kesenangan yang sangat melebihi kapasitas +100. Ariani meupakan yang terparah. Hampir sekujur tubuhnya penuh dengan lumpur. Dan ia sangat dendam kepada semuanya sehingga ia mengamuk dan mengolesi setiap jok motor yang ada di halaman kampus. Hari semakin petang semua pergi kekamar mandi membersihkan dirinya masing masing.  Hingga petang telah menutup semua langit siang. Ruang komsat makin ramai dengan cerita cerita tadi sore. Sama halnya dengan ruang teater. Saling tunjuk, saling ejek, saling cemooh, yang terjadi malam itu seakan memberikan keistimawaan tersendiri.
Ifah seolah lupa dengan setiap kesedihan yang terjadi seminggu ini, rasa di cuekin, rasa kesepian, kini tidak ia rasakan lagi, sembari merapikan kerudungnya di depan kaca ia tersenyum sendiri, seolah ia berbicara pada dirinya sendiri bahwa semua yang terjadi tadi siang merupakan kado ulang tahun yang mungkin tidak pernah ia lupakan dalam hidupnya. Tapi ia juga berfikir kalau malam ini itmam ada bersamanya mungkin akan lebih menyenangkan lagi.
Dihalaman sebuah api unggun telah megobarkan dan membuat baranya. Beberapa orang terlihahat mengelilinginya. Dari arah utara nurudin membawa empat ekor ayam pedaging yang siap untuk di bakar. Wibi, ilham, amad, labib, ariani, ifah berjalan dengan santainya sambil mencoba mengulang cerita tadi sore. Semua duduk mengelilingi api unggun tersebut. Empat ekor ayam yang telah di tusuk diatar api terlihat seksi, menggairahkan untuk segera di santap. Olesan olesan kecap asli kebumen menambah seksi tubuh ayam panggang tersebut. Sebuah gitar segera nurudin petik, “untuk lagu pertama kita bernyanyi bersama, selamat ulang tahun milik jamrud , khusus aku persembahkan untuk ifah, mari semua bernyanyi bersama”.
Bulan dan bintang terihat ceria di angkasa, beberapa keleawar terbang mencari mangsanya, percikan percikan api unggun menjulang tinggi seperti halnya kebang api. Petikan petikan nada dari gitar mengikuti irama syair syair dan puisi malam, kesedihan tak akan selamanya, kesenangan tak selamanya bernaung dalam hati. Tapi senyuman selalu menghiasi bibir setiap manusia untuk menjadikan ia bahagia. “hari ini ..hari yang kau tunggu bertambah satu tahun usiamu bahagialah kamu...yang ku beri bukanya jam dinding bukan seikat bunga atau puisi juga kalung hati, maaf bukanya pelit atau ndak mau modal dikit yang ingin aku beri padamu doa tulus hati. Semoga tuhan memberi umur panjang sehat selama lamanya..” begitulah syair syair yang menghiasi malam yang bahagia dan penuh dengan canda.
§«®»§
Sebuah bola merah telah muncul dari persembunyianya. Kicauan burung mengiringi setiap inci gerak bola merah di ufuk timur. Suara gemuruh air laut sudah mulai tergusur oleh suara motor yang semakin memadati jalan raya petanahan puring. Beberapa anak sekolah bergegas menaiki angkot. Jarum jam telah menunjuk angka tujuh. Motor beat dari rumah berwarna pink belapis coklat kelur bersama dengan ifah yang sudah siap untuk pergi menimba ilmu.
Jalan berlubang ia hindari. Ratuan sepeda anak sekolah ia lalui. Sampai ia di pasar petanahan. Sebuah toko besar di sebelah timur kanan jalan telah terlihat. Sebuah toko bertuliskan “toko baru petanahan melayani segala kebutuhan anda” sebuah toko yang baru baru ini berdiri dengan kokohnya. Dengan produk produk yang berkualitas dan pelayanan yang ramah dan berkeluarga. toko itu mempunyai pelanggan yang bagus. Disamping merupakan toko paling besar, bergengsi yang berada di kecamatan petanahan, juga merupakan super market pertama di petahan. Supermarket yang mempunyai nama toko baru itu mempunyai kurang lebih seratus karyawan.
Tidak lama ifah menengo kanan dan kiri, ia segera memmarkirkan kendaraannya di depan toko besar yang sudah di buka. Beberapa karayawan terlihat sedang membersihkan lantai dan merapihkan dagangan dagangan. Ia masuk menuju sebuah tumpukan barang yang sudah tertata rapi. Beberapa kali ia mencari cari yang ia butuhkan tapi belum ketemu juga. “maaf kalau tempat makanan ringan dimana yah” tanya ifah pada seorang karyawan toko yang mengenakan kaos merah dengan celana panjang hitam. Pria berkaos merah tersebuat menunjukanya.
Sementara itu di depan toko baru yang ifah datangi, terlihat beberapa pedagang telah mulai ramai membanjiri jalanan. Beberapa angkutan yang biasa disebut dengan engkel silih berganti menurunkan dan menaikan penumpang. Beberapa tukang becak juga terlihat tertata rapih untuk bergantian mengangkut penumpang yang datang. Petanahan yang terkenal dengan wisata pantainya sekarang terlihat seperti kota kecil yang sedang berkembang, banyak kios kios dan beberapa mini market mulai bermunculan.
Tak lama ifah keluar dengan sebuah katong plastik di tanganya. Ia segera mengabil tas yang tadi ia titipkan di sebuah penitipan barang yang disediakan toko untuk para pelangganya. “kring” sebuah nada dering dari hp ifah berbunyi tanda sebuah pesan masuk dalam hpnya. Sebuah pesan kosong dari nomor yang tidak di kenar membuat ifah jengkel. Baru beberapa langkah ia melangkah kan kakinya sebuah ekor kucing duduk di depan kakinya yang sedang santai dan menggoyang goyangkan ekornya. 
“Ngeong....ngeong....ngreeerrrr...a..a...a...” sebuah suara yang menakutkan yang di keluarkan oleh kucing berbadan gemuk diikuti jeritan ifah membuat semua orang mengalihkan pandangannya kepada ifah. ifah yang benar benar tidak tahu kalau ada seekor kucing didepanya langsung mengelus dada. Jantungnya terasa mau copot. Kucing itu kemudian lari ketakutan menuju tengah jalan. Sampai di tengah jalan kucing itu berhenti. Dari kejauhan terlihat sebuah mini bus datang menghampiri kucing tersebut. Jaraknya semakin mendekat, dan..... “aaaa “ sebuah teriakan keluar dari mulut ifah yang merasa bersalah telah menginjak ekor kucing hingga membuat ia harus lari ketengah jalan. Ifah menutup matanya tidak tega kalau harus melihat sebuah kecelakaan tragis. Lama ia menutup matanya, tapi ia penasaran ia segera membuka tangan yang menutupi matanya untuk memastikan apa yang telah terjadi. Ia bingung setelah ia melihat kejadian yang terjadi pada kucing tersebut. Ia tak melihat sama sekali kucing di tengah jalan yang tadi ia lihat. “kenapa mba, ada apa” seorang berpakaian layaknya penjaga parkir melihatnya heran.
Ia mulai berfikir apa yang baru dilihatnya, kenyataan atau hanya sebuah halusinasinya saja. Mungkin karena sms yang baru saja ia terima. Sms kosong dari seorang yang tidak mempunyai identitas yang membuat ia kesal. Sms yang selamat pagi dari itmam yang biasa ia terima setiap pagi, kini tidak juga memberikan warna pada pagi harinya. Sudah sekitar 3 hari yang lalu semenjak ia memutuskan untuk pindah kuliah. Iya segera menyadarkan dirinya dengan menggeleng gelengkan kepalanya dan melangkahkan kakinya menuju motor hitam di depanya.
Ia melesat kearah utara dan belok kanan menuju jurusan kecamatan klirong. Di kecamatan kelirong persis di pertigaan kantor sektor polisi ia mengambil jalan menuju jurusan sokka, dari sokka ia segera memacu kedaraanya lagi menuju arah ke alun alun. Dari alun alun ia mengambil kanan melalui tugu lawet yang merupakan lambang kabupaten kebumen. Dari tugu lawet ia mengambil arah yang menuju taman kota. Dari taman kota ia mengambil arak kiri menuju perempatan kembaran, dan dari kembaran ia mengambil arah kiri. jarak 30 km dari rumah ifah ia hanya tempuh dengan waktu 25 menit. Sampailaah ia pada gedung berlantai dua bertuliskan stainu di sebelah kanan jalan tentara pelajar. Ia segera melewati pintu gerbang menuju tempat parkir yang dekat dengan ruang kelasnya. Sebelum sampai di tempat parkir ia menyempatkan diri untuk melihat kelas dimana itmam kuliah. Tapi iya tak juga melihat sosok yang ia inginkan hanya kerumunan teman sekelas itmam yang terlihat.
Ia membetulkan dandananya setelah ia melepas helm yang melekat di kepalanya dan ia letakan di sepion. Ia mengangkat tubuhnya untuk turun dari motor. Dalam pikiranya ia masih terbayang bayang dengan kejadian aneh yang menimpanya saat di depan toko baru. Ia masih penasaran dengan kejadian tersebut. Tapi ia coba menarik nafasnya dalam dalam untuk sekedar menenangkan hatinya. Antara sadar dan tidak sadar ia melangkahkan kakinya. Baru dua langkah ia tempuh “duar..rr” helm yang tadi ia letakan  jatuh. Ia terkejut, jantungnya berdebar kencang. Dengan sangat hati hati ia mecoba untuk mengambil helmnya dan menaruhnya kembali.
Ia mempunyai sebuah perasaan yang tidak enak hari ini. Keanehan demi keanehan yang beberapa menit terjadi terasa sebuah pertanda buruk yang akan ia alami. Saat ia akan kembali melangkahkan kakinya ia melihat segerombol orang di lantai atas seperti sedang memperhatikanya. Mereka seperti sedang menunjuk dirinya. Tapi ia mencoba untuk mencoba untuk menghilangkah pikiran buruk tersebut. Ia ahkirnya memalingkan pandangannya kegerombolan orang di kantin pak wardi. Ada sekitar lima orang disana yang juga seperti mencibir ifah. kemudian ia berjalan menaiki tangga, baru satu tangga ia naiki, sebuah perbincangan menghentikanya “ifah pgmi, iya dia yang ulang tahun” Dua orang wanita sedang membicarakanya. Ifah coba menundukan kepalanya agar mereka tidak mengenalinya.  “katanya sih ada yang jatuh sampai dilarikan kerumah sakit, gara gara lumpur yang berceceran di lantai kampus”. Mereka terus melanjutkan perbicanganya tanpa curiga sedikitpun bahwa orang disampingnya adalah ifah.
Ia penasaran dengan apa yang terjadi ia segera berlari menuju kelasnya. Kelasnya kosong sepi tidak ada seorangpun yang menghuni.  Ifah bingung ia mencoba untuk melihat sekelilingnya tapi yang ada bukan teman sekelas ifah melainkan gerombolan gerombolan yang memandang sinis kepadanya. Dari arah barat hanif berlari menghampiri ifah” ifah semua ada di mushola” dengan nafas dan terengah engah hanif menghampiri ifah dan coba untuk menuntunya ke mushola. Ifah sudah merasa bahwa ada sesuatu yang terjadi setelah acara gila gilaan sore kemarin. Dengan pelan mereka berdua berjalan. Beberapa gerombolan orang masih saja dengan pandangan sinisnya pada ifah.
Di mushola sudah berkumpul teman teman kelas ifah. mereka seperti berbisik bisik dan memandangi sebuah lantai. Sebuah lantai yang penuh dengan darah yang berceceran dimana mana. Seorang bertubuh bulat, perut yang besar, berdiri di sisih bersebelahan dengan noda darah yang sudah masih terlihat segar. Pria bulat berkumis tebal beserta jenggot yang lebat menatap ifah tajam. Denga sedikit senyuman paslu pri itu menyambut ifah” oyo kita mulai dari awal” ia berjalan di depan ifah dan hanif. Di ruangan tersebut sudah berkumpul orang orang yang sudah tak asing lagi bagi ifah. Nurudin, wibi, labib, fatan, amad, ilham, nunung, ariani, akrom, nano dan beberapa orang kemaren yang terlibat dalam pesta lumpur ulang tahun kemarin sore. Mereka terlihat seperti tak punya apa apa untuk dibicarakan. Merundukan kepala untuk menyembunyikan mukanya.
Pria berumur 40 tahun yang tadi menyambut ifah berdiri ditengah tengah ruangan. “silahkan duduk” ia memandang ifah dengan sinis. “sebelumnya asalamu’alaiku waroh matullah wabarokatuh, kalian pasti sudah tahu kenapa kalian di pangil untuk berkumpul di sini, dan sekarang, kamu yang berambut gondrong dan sebelahnya sekarang maju kedepan dan ceritakan kenapa bisa sampai seperti ini”. Wibi dan nurudin melangkahkan dirinya. Mereka diam dan saling beradu pandangan “Langsung saja, atas kejadian kemarin ada seorang yang jatuh terpeleset karena lumpur dan sekarang ia di rawat di rumah sakit umum daerah kebumen, lukanya parah, ia kakinya patah dan kepalanya mengeluarkan darah yang cukup banyak” dengan pelan dan terpatah patah kalimat itu muncul dari mulut wibi.
“sekarang ceritakan kenapa bisa lumpur itu berada di lantai dua kampus kita sehingga mengakibatkan celaka orang” kata pria brewok yang menjabat sebagai dosen dan staf di kampus itu. Mereka beradu pandangan lagi, tapi akhirnya wibilah yang berbicara ”jadi ide tersebut mucul ketika kita menerima sms dari nunung, bahwa ifah sedang nangis karena acara ulang tahunya batal karena teman teman sudah pulang dan tidak bisa di hubungi, dan saat itu kamipun tidak punya uang untuk membuat kado ulang tahun kepada ifah sehingga kami merencanakan sebuah drama untuk membuat kejutan sebagai kado ulang tahunnya”. Ia kembali memandang nurudin, tapi nurudin seperti memberikan isyarat untuk terus meneruskanya. “nah dari sms nunung kami mempunyai sebuah ide, bahwa yang membuat teman teman kelas ifah pergi dan tidak menghadiri pesta ulang tahunya adalah aku”. Nurudin sebagai teman yang paling dekat dengan ifah measa tidak terima, dan memutuskan untuk memberi perhitungan pada wibi, hingga akhirnya kami semua mengadakan sebuah drama yang paling mengerikan dalam sejarah stainu, kami berantem di depan ifah, hingga ifah menangis tersedu sedu, ifah tak mengira bahwa hanya karena pesta ulang tahun yang tidak jadi bisa terjadi perkelahian antar aku dan nurudin, apalagi setelah ilham mengatakan bahwa semua itu gara gara ifah, waktu terus berjalan ifah terus menangis kami bingung mencari jalan keluarnya untuk membuat ending yang menyenangkan sekaligus mengesankan, tapi nurudin mempunyai sebuah ide gila, dengan menceburkan ifah di sawah, dan saat itulah semua bermula, ifah merasa kesal dan melemparkan lumpur kepada kita semua, tapi kita berlari menuju lantai lantai kampus ini, ifah yang terlanjur marah tan memperdulikanya. Dan ditambah dengan arianni yang juga saat itu berulang tahun, ia juga di ceburkan kesawah, ia lebih ganas dari ifah, ia sampai membawa lumpur dengan ember bangunan untuk mengguyur kita semua”.
“sudah cukup ceritanya, dan sekarang aku yang bercerita” kata pak mustolih dengan tubuh bulat dan brewok yang menutupi bagian muka bagian bawah. “ini merupakan sebuah kejadian yang paling memalukan, kenapa sampai bisa, kampus yang seharusnya digunakan untuk belajar, malah kalian jadikan sebagai ajang untuk merayakan ulang tahun yang koyol dan tidak masuk akal untuk kalian, sebetulnya bukan masalah itu saja yang saya permasalahkan, apa kalian pernah berfikir bahwa yang membersihkan tempat ini tidak capek mengepel” dengan muka memerah dan suara yang keras ia muntahkan segala amarahnya. “ini merupakan sebuah pengajara bagi kalian semua, karena ulah kalian seorang teman kalian yang bernama itmam jatuh terpleset lumpur yang kalian bawa dari sawah”. Mendengar nama itmam ifah terkejut. Air mata di pipinya mengalir deras seperti halnya air terjun niagara yang tidak pernah surut.
Mereka semua terkejut mendengar nama itmam di sebut. Mereka tidak menyangka kalau akibat perbuatan mereka salah satu teman mereka celaka. “sekarang ia dalam keadaan kritis, menurut dokter ia tidak bisa di sembuhkan, dan umurnya tinggal, beberapa jam lagi” dari luar terlihat orang membawa peralatan, sebuar lcd proyektor, speaker dan sebuah laptop milik itmam di letakan di depan pak mustolih. Mendengar umur itmam yang tinggal satu jam lagi, ifah tak bisa bicara banya ia hanya menyandarkan tubuhnya pada nunung dan hanif. “karena ia sadar umurnya tidak lama lagi ia meminta kepada saya untuk menampilkan sebuah vidio yang sangat penting untuk kelanjutan hidupnya, ia mempunyai sebuah kepercayaan bahwa dengan menayangkan vidio yang telah ia rekam beberapa menit yang lalu” pak mustolih membuka lepto itmam dan menyalakan proyektornya.
Sebuah meja pasien melaju kencang, lima orang perawat bercadar mendorongnya. Mereka mendorongnya menuju ruang dimana sidang sedang terjadi. Pintu pun terbuka mereka mendorongnya dengan pelan pelan. Teriakan histeris memenuhi seluruh ruangan. Mereka berlarian melihat ingin melihat keadaan itmam yang masih berbaring lemas di meja dorong. “Seperti halnya kesedihan akan memperoleh kebahagiaan diakhirnya, seperti halnya usaha pasti akan mendapat sebuah hasil, seperti halnya kesenangan dan kebahagiaan pasti akan berakhir dengan kesedihan.” Begitulah sekiranya yang dirasakan mereka semua sebagai seorang teman yang tidak sengaja melukai temannya sendiri.
Terpampang jelas di dinding putih sebuah tulisan. “semoga tuhan mengampuni dosaku dan mengampuni dosa kalian semua” isak tangis mulai membanjiri ruang mushola. Itmam yang terbaring lemah di sebuah meja dorong hanya bisa diam. Kelima perawat yang membawa itmam segera menurunkan tinggi meja agar teman teman itmam bisa melihat keadaanya. Sementara vidio yang di edit dengan seadanya terus memuat sebuah pesan pesan dari itmam. “begitu banyak cerita yang telah kita lalui, canda, tawa, tangis, dan seribu keharmonisan yang pernah kita lalui”
Kelima perawat dengan muka yang tertutup rapi oleh cadar. Duduk menghadap dimana itmam di tidurkan. Selimut putih yang menutupi sebagian dari tubuh itmam seperti menggambarkan perpisahan yang lama. sebuah kain perban bernoda darah merubah warna kain menjadi merah. “ini merupakan pertemuan terakhir kita dalam sandiwara yang menegangkan ini, terlalu banyak air mata dan keringat yang bercucuran, terlalu banyak sudah orang yang mengetahui, untuk itu supaya aku dapat istirahat dengan tenang, dan mencoba untuk hidup bersama kalian lebih harmonis maka lihat dengan seksama vidio dan apa yang terjadi sesunggguhnya”. Tulisan itu benar benar membuat seisi ruangan terharu.
Seorang yang mempunyai tinggi 175 cm terlihat jelas mengenakan sebuah baju olah raga di dinding. “maaf ifah karena aku tidak bisa mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu pada saat hari itu tiba” senyum itmam di vidio tersebut membuat haru dan bahagia di mata teman temanya. Sebuah back sound berjudul selamat ulang tahun mengiringi kata kata itmam “selamat ulang tahun ifah, ini merupakan sebuah kado yang mungkin tidak akan kau lupakan dalam hidupmu juga oleh aku, karena semua yang terjadi dalam 4 hari yang lalu merupakan hanya sebuah fiktif belaka jika ada kesamaan nama tokoh dan alur cerita itu merupakan sebuah unsur kesengajaan yang telah di rencanakan, dan terima kasih kepada pak mustolih yang telah berpartisipasi akan rencana paling gila ini ” banyolan itmam di vidio membuat mereka terpaku akan peristiwa yang terjadi.  Itmam yang tadinya tidur langsung berdiri dan tertawa lebar. Sementara kelima perawat tadi membuka cadarnya, mereka adalah sahabat sahabat ifah, inova, santi, elok, ikha, dan ratna. Pak mustolih tersenyum akan akting yang baru saja ia lakukan, sebuah hobi yang sudah terpendam terlalu lama. dia merupakan senior teater kampus di stainu.
Sebuah sorakan teriakan membanjiri ruangan tersebut. Mereka berlarian mendekati itmam dan memeriksa seluruh tubuhnya. Wibi, nurudin, fatan, labi, amad, ilham nunung dan teman temanya seolah tidak percaya dengan semua itu, sekernario yang paling bagus. Mereka juga merasa seperti terbalas karena telah mempermainkan ifah. Ifah tersenyum lebar “berarti kabar pindah kuliah di jogja itu bohong?” tanya ifah kepada itmam. Itmam hanya memberikan senyuman kecilnya. Sebuah kue ulang tahun dibawa oleh inova dan teman temanya menuju kehadapan ifah yang masih duduk dengan ketidak percayaannya. Lilin berjumlah dua puluh telah menyala,