BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tolok ukur utama yang biasa digunakan untuk mengukur efektivitas
kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam suatu organisasi
ialah kemampuan dan kemahirannya dalam mengambil keputusan. Selain itu
efektivitas kepemimpinan seseorang diukur dari kecekatan dan kemampuan
mengambil keputusan yang rasional, logis berdasarkan daya pikir yang kreatif
dan inovatif, digabung dengan pendekatan yang intuitif dengan memanfaatkan
berbagai pelajaran yang diperolah dari pengalaman.
Pengambilan keputusan
dalam manajemen memegang peranan yang sangat penting penting, karena keputusan
yang diambil oleh seorang manajer adalah hasil akhir yang harus dilaksanakan
oleh mereka yang tersangkut dalam organisasi. Pengambilan keputusan diperlukan
disemua tingkat administrastor dalam organisasi.
Pengambilan
keputusan pada hakikatnya adalah pemilihan alternatif yang paling kecil
resikonya, untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian organisasi. Dalam
prosesnya terdapat tiga kekuatan yang selalu mempengaruhinya yaitu, dinamika
individu, dinamika kelompok dan dinamika lingkungan.
Manajemen membutuhkan
informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Sistem informasi
mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan informasi untuk manajemen setiap
tingkat dan tipe keputusannya.
B.
Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di ambil beberapa
rumusan masalah:
a.
Apa sih pengambilan keputusan itu?
b.
Bagaimana pengambilan keputusan itu terjadi?
c.
Apa saja langkah-langkah yang diambil dalam pengambilan keputusan?
d.
Apa saja model pengambilan keputusan?
e.
Apa saja tipe pengambilan keputusan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pengambilan keputusan
Sebagai seorang manusia pasti kita tidak akan jauh-jauh
dari yang namanya pengambilan keputusan. Dalam kehidupan sehari-haripun kita
sudah sering mengambil keputusan, walaupun dalam mengambil keputusan kita tidak
dengan pemikiran yang matang, untuk lebih jalasnya kita lihat pengertian
pengambilan keputusan menurut beberapa ahli.
1. G. R. Terry :
pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria
tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin
2. Claude S. Goerge, Jr : proses
pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu
kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan
pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell :
pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara
bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak
ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau
reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah,
pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
Dapat di simpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan
pendekatan sistematis terhadap suatu masalah yang di lakukan dengan pengumpulan
fakta, pemilihan alternatif pemecahan masalah, tindakan yang diambil.
B.
Fase-fase pengambilan keputusan
1. Aktivitas
intelegensia ; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan
keputusan dipilih atau tidak.
2. Aktifitas desain
; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia untuk
mencapai tujuan.
Aktifitas desain meliputi :
• - menemukan cara-cara/metode
• - mengembangkan metode
• - menganalisa tindakan yang dilakukan
3. Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak
alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas
kriteria yang telah ditetapkan.
C.
Langkah-langkah pengambilan keputusan
Secara teoritis dapat dibedakan adanya enam langkah dalam
proses pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Mendefinisikan/menetapkan masalah
Langkah pertama ini dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
v Apakah hal itu benar-benar masalah/ atau hanya gejala?
v Jika benar masalah, masalah siapa itu?
v Apa yang terjadi jika masalah itu tidak diatasi?
v Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk
memecahkan masalah itu?
v Apakah usaha pemecahan masalah itu akan menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan?
v Apakah usaha memecahkan masalah itu berdiri sendiri atau
ada sangkut paut dengan yang lain dalam organisasi/lembaga?
2.
Menentukan pedoman pemecahan masalah
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah kedua ini ialah
menetapkan pembatas dan syarat-syarat pemecahan masalah. Beberapa pertanyaan
yang harus dicari jawabanya adalh.
• Berapa waktu yang harus dialokasikan untuk memecahkan
masalah tersebut?
• Apakah masalah tersebut dibatasi oleh kebijakan-kebijakan
tertentu?
• Apa kriteria pemecahan yang baik?
• Apa tujuan pemecahan masalah tersebut?
3.
Mengidentifikasi alternatif
Pengabil keputusan berusaha mengidentifkasi
sebanyak-banyaknya cara pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini tidak harus semua alternatif dicari sampai tuntas karena, bagai
manapun manusia memiliki keterbatasan. Karena pemecahan masalah menyangkut
dengan masa yang akan datang tidak mungkin masa yang akan datang bisa
dibayangkan sebelumnya. Berhentilah jika sudah menemuka alternatif yag diras
memuaskan.
4.
Mengadakan penilaian terhadap alternatif yang telah didapat
Untuk dapat menilai setiap alternatif yang ada maka
dibutuhkan beberapa informasi. Dari inforamsi tersebuat kemudian dikaji keburukan
dan kebaikan tiap-tiap alternatif dan diteliti kemungkinan akibat jika
alternatif itu dilaksanakan.
v Alternatif yang baik: dapat dilaksanakan dan menghasilkan
dampakpositif.
v Alternatif yang mudah: tidak mempunyai akibat positif dan
negatif
v Alternatif campuran: mempunyai dampak positif dan negatif
v Alternatif yang jelek: menghasilkan aibat yang negatif
v Alternatif yang tidak pasti: mempunyai akibat yang tidak
menentu
5.
Memilih alternatif yang “baik”
Dalam memilih alternatif yang baik maka perlu dipertimbangkan
kinarja yang telah ditetapkan diatas. Perlu diingat bahwa alternatif yang baik
bukan berarti yang mudah atau yang diterima melainkan yang dapt dilaksanakan
dan diduga akan menghasilkan dampak yang memaskan. Sering lternatif yang dapat
diterima bukan merupakan alternatif yang baik yang mungkin disebabkan karena
adanya tekana dari luar organisasi .
6.
Implementasi alternatif yang dipilih
Setelah dipilih mana alternatif yangbaik da mana
alternatif yang kurang baik maka langkah terakhir tetunya melaksanakan
alternatif pemecahan tersebut.
v Memberikan kekuatan legal kepada keputusan tersebut;
misalnya dengan membuat surat keputusan
v Mengusahakan agar keputusan tersebut dapat diterima oleh
orang yang terkena keputusan itu
v Melakukan persuasi ddan pengarahan bagaimana menyalurkan
hasil keputusan tersebut
D.
Model pengambilan keputusan
Menurut kohler yaitu:
1.
Model perilaku
Model perilaku atau behavioral model adalah model
pengambilan keputusan yang didasarkan atas pola tingkah laku orang yang
terlibat dalam organisasi atau lembaga itu.
v Tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi/lembaga
v Harapan tentrang konsekuensi pengambilan keputusan
tersebut
v Pilihan alternatif
Di dalam
pengambilan keputusan terjadi “koalisi” antara pemegang kekuasaan di dalam
organisasi, dan koalisi ini akan menggunakan tiga hal diatas sebagai pedoman
pengambilan keputusan. Kriteria yang paling menonjol adalah”tujuan organisasi”
sedangkan yang paling menonjol dalam pengambilan keputusan adalah “harapan”,
jika dalam pengambilan keputusan itu tidak ditetapkan dengan pasti diantara
keduanya maka di gunakan alternatif.
2.
Model informasi
Model informasi merupakan model pengambilan keputusan
yang didasarkan atas asumsi sebagi berikut.
v Informasi merupaka kondisi yang harus dipenuhi dalam
proses pengambilan keputusan.
v Informasi dari dalam organisasi yang diberikan oleh
seeorang yang mempunyai posisi tinggi dan dikenal akan lebih dipercaya sebagi
bahan pengambil keputusan
v Informasi yang diperoleh akan diuji dengan dengan
informasi yang sudah ada. Maka infor masi dari sumber yang kurang dipercaya
cenderung tidak dipakai.
3.
Model normatif
Pengambilan model ini dimulai dengan mengidentifikasi apa
yang dilakukan oleh meneger atau pimpinan yang baik dan kemudian memberikan
pedoman tentag bagai mana seorang menejer yang baik itu mengambil keputusan.
Dan harus menjawab pertanyaan sebagi berikut:
v Apakah ada syarat kualitas, misalnya suatu putusan harus
lebih rasional dari yang lain?
v Apakah mpy cukup informasi ?
v Apakah diterima oleh bawahan merupakan yang bagian sangat
penting bagi pengambilan keputusan?
v Apakah pimpinan memutuskan sendiri dan yakin akan
diterima oleh bawahan?
v Apakah akan menimbulkan konflik(bawahan)?
v Apakah bawahan mpy cukup informasi untuk mengambil
putusan yang diselegasikan kepadanya?
d.
Partisipasif descision making
a.
Model pengambilan keputusan ini mengemukakan bagaimana pengambilan
keputusan dengan mengikiut sertakan bawahan. Dari hasil penelitian menunjukan
bahwa pwngambilan keputusan yang partisipatif dapat meningkkatkan keefektifan
organisasi atau lembaga, Owens (1970).
b.
Ada beberapa syarat untuk menetukan perlu dan tidaknya bawahan
diikutsertakandi ikutsertakan atau ikut berpartisipasif dalamproses pangambilan
keputusan, yaitu:
v Relevansi: apakah ada relevansi antara masalah dengan
kepentingan bawahan.
v Keahlian: apakah bawahan mempunyai pengetahuan tentang
masalah yang akan dipercahkan.
v Jurisdiksi: apakah bawahan mempunyai hak secara legal
untuk ikut serta mengambil keputusan.
v Kesediaan: apakah bawahan ada kemauan dan bersedia
mengikuti /tidak dalam pengambilan keputusan.
c.
Jenis-jenis partisipasi
v Sentralisasi demokratis, pengambilan keputusan dengan
cara pimpinan mengemukakan masalah dan bawahan diminta memberikan
saran.(putusan di tangan pimpinan)
v Parlementer, pengambilan keputusan dilakukan oleh
bawahan. Jika konsesus tidak dicapai.(sistem pemilihan).
v Pengambilan keputusan oleh peserta, (dipakai saat masalah
sangat penting artinya bagi bawahan)
E.
Tipe-tipe keputusan managemen
1.
Keputusan terprogram/keputusan terstruktur :
keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapat diprogram.
2.
Keputusan setengah terprogram / setengah
terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan
rutin dan sebagian tdk terstruktu
3.
Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur :
keputusan yg tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen
tingkat atas
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan makalah ini muncul beberapa pertanyaan
yang dapat melengkapi salah satu dari salah satu dari berbagai kekurang yang
terdapat dalam makalah kami.pertanyaa-pertanyaan itu:
1. Apa hubungan antara managemen dengan pengambilan
keputusan?
2. Apa yang harus dilakukan ketika dalam pengambila
keputusan ada dua kepentingan yang munkin dilihat dari akibat/ kepentingannya
sama besarnya?
3. Jika dalam pengambilan keputusan terdapat pro dan kontra
antara bawahan dengan tujuan organisasi?
Dan
dari pertanyaan itu maka di ambil kesepakatan bahwa!
1.
Hubungan antara pengambilan keputusan dengan manajemen sangatlah penting
karena dalam suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi tersebut. Dan setiap tujuan pasti ada masalh maupunjuga dalam
mencapai tujuan tersebut pasti ada masalah dan masalh tersebut di selesaikan
dengan cara pengambilan keputusan yang baik.
2.
Dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah tersebut dan mengambil jalan
keluar yang paling baik.
3.
Dalam pengambilan keputusan lebih baik untuk mementingkan kepentingan
organisasi kerena kepentingan organisasi merupakan kepentingan seluruh anggota
organisasi. Untuk mengatsi pro dan kontra antara bawahan dengan para pengabil
keputusan maka para pengambil keputusan diharapkan menyosialisasikan
langkah-langkah yang akan diambil dan manfaat yang akan oleh bawahan.
B.
Saran
Semoga dengan adanya makalah
ini kita sebagai seorang mahasiswa dapat mengambil suatu keputusan dalam hal
maupun situasi bagaimanapapun kita bisa mengabil keputusan yang baik dan sesuai
dengan konteks yang ada.
Daftar pustaka
-Ngalim purwanto, MP, Drs, M, Aministrasi Pendidikan,
PT Remaja Rosda Karya, 1987, jakarta.
No comments:
Post a Comment