Saturday 11 February 2012

pengambilan keputusan yang baik


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu tolok ukur utama yang biasa digunakan untuk mengukur efektivitas kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam suatu organisasi ialah kemampuan dan kemahirannya dalam mengambil keputusan. Selain itu efektivitas kepemimpinan seseorang diukur dari kecekatan dan kemampuan mengambil keputusan yang rasional, logis berdasarkan daya pikir yang kreatif dan inovatif, digabung dengan pendekatan yang intuitif dengan memanfaatkan berbagai pelajaran yang diperolah dari pengalaman.
Pengambilan keputusan dalam manajemen memegang peranan yang sangat penting penting, karena keputusan yang diambil oleh seorang manajer adalah hasil akhir yang harus dilaksanakan oleh mereka yang tersangkut dalam organisasi. Pengambilan keputusan diperlukan disemua tingkat administrastor dalam organisasi.
Pengambilan keputusan pada hakikatnya adalah pemilihan alternatif yang paling kecil resikonya, untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian organisasi. Dalam prosesnya terdapat tiga kekuatan yang selalu mempengaruhinya yaitu, dinamika individu, dinamika kelompok dan dinamika lingkungan.
 Manajemen membutuhkan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Sistem informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan informasi untuk manajemen setiap tingkat dan tipe keputusannya.
B.     Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di ambil beberapa rumusan masalah:
a.       Apa sih pengambilan keputusan itu?
b.      Bagaimana pengambilan keputusan itu terjadi?
c.       Apa saja langkah-langkah yang diambil dalam pengambilan keputusan?
d.      Apa saja model pengambilan keputusan?
e.       Apa saja tipe pengambilan keputusan?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian pengambilan keputusan
Sebagai seorang manusia pasti kita tidak akan jauh-jauh dari yang namanya pengambilan keputusan. Dalam kehidupan sehari-haripun kita sudah sering mengambil keputusan, walaupun dalam mengambil keputusan kita tidak dengan pemikiran yang matang, untuk lebih jalasnya kita lihat pengertian pengambilan keputusan menurut beberapa ahli.
1. G. R. Terry : pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin
2. Claude S. Goerge, Jr : proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell : pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
 4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
Dapat di simpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan pendekatan sistematis terhadap suatu masalah yang di lakukan dengan pengumpulan fakta, pemilihan alternatif pemecahan masalah, tindakan yang diambil.

B.  Fase-fase pengambilan keputusan
1. Aktivitas intelegensia ; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak.
2. Aktifitas desain ; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia untuk mencapai tujuan.
Aktifitas desain meliputi :
  - menemukan cara-cara/metode
  - mengembangkan metode
  - menganalisa tindakan yang dilakukan
3. Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan.

C.       Langkah-langkah pengambilan keputusan
Secara teoritis dapat dibedakan adanya enam langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:
1.             Mendefinisikan/menetapkan  masalah
Langkah pertama ini dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
v Apakah hal itu benar-benar masalah/ atau hanya gejala?
v Jika benar masalah, masalah siapa itu?
v Apa yang terjadi jika masalah itu tidak diatasi?
v Situasi yang bagaimanakah yang perlu diciptakan untuk memecahkan masalah itu?
v Apakah usaha pemecahan masalah itu akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan?
v Apakah usaha memecahkan masalah itu berdiri sendiri atau ada sangkut paut dengan yang lain dalam organisasi/lembaga?
2.         Menentukan pedoman pemecahan masalah
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah kedua ini ialah menetapkan pembatas dan syarat-syarat pemecahan masalah. Beberapa pertanyaan yang harus dicari jawabanya adalh.
     Berapa waktu yang harus dialokasikan untuk memecahkan masalah tersebut?
     Apakah masalah tersebut dibatasi oleh kebijakan-kebijakan tertentu?
     Apa kriteria pemecahan yang baik?
     Apa tujuan pemecahan masalah tersebut?

3.    Mengidentifikasi alternatif
Pengabil keputusan berusaha mengidentifkasi sebanyak-banyaknya cara pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan. Dalam hal ini tidak harus semua alternatif dicari sampai tuntas karena, bagai manapun manusia memiliki keterbatasan. Karena pemecahan masalah menyangkut dengan masa yang akan datang tidak mungkin masa yang akan datang bisa dibayangkan sebelumnya. Berhentilah jika sudah menemuka alternatif yag diras memuaskan.
4.    Mengadakan penilaian terhadap alternatif yang telah didapat
Untuk dapat menilai setiap alternatif yang ada maka dibutuhkan beberapa informasi. Dari inforamsi tersebuat kemudian dikaji keburukan dan kebaikan tiap-tiap alternatif dan diteliti kemungkinan akibat jika alternatif itu dilaksanakan.
v  Alternatif yang baik: dapat dilaksanakan dan menghasilkan dampakpositif.
v  Alternatif yang mudah: tidak mempunyai akibat positif dan negatif
v  Alternatif campuran: mempunyai dampak positif dan negatif
v  Alternatif yang jelek: menghasilkan aibat yang negatif
v  Alternatif yang tidak pasti: mempunyai akibat yang tidak menentu

5.    Memilih alternatif yang “baik”
Dalam memilih alternatif yang baik maka perlu dipertimbangkan kinarja yang telah ditetapkan diatas. Perlu diingat bahwa alternatif yang baik bukan berarti yang mudah atau yang diterima melainkan yang dapt dilaksanakan dan diduga akan menghasilkan dampak yang memaskan. Sering lternatif yang dapat diterima bukan merupakan alternatif yang baik yang mungkin disebabkan karena adanya tekana dari luar organisasi .
6.    Implementasi alternatif yang dipilih
Setelah dipilih mana alternatif yangbaik da mana alternatif yang kurang baik maka langkah terakhir tetunya melaksanakan alternatif pemecahan tersebut.
v Memberikan kekuatan legal kepada keputusan tersebut; misalnya dengan membuat surat keputusan
v Mengusahakan agar keputusan tersebut dapat diterima oleh orang yang terkena keputusan itu
v Melakukan persuasi ddan pengarahan bagaimana menyalurkan hasil keputusan tersebut
D.      Model pengambilan keputusan
Menurut kohler yaitu:
1.    Model perilaku
Model perilaku atau behavioral model adalah model pengambilan keputusan yang didasarkan atas pola tingkah laku orang yang terlibat dalam organisasi atau lembaga itu.
v Tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi/lembaga
v Harapan tentrang konsekuensi pengambilan keputusan tersebut
v Pilihan alternatif
Di dalam pengambilan keputusan terjadi “koalisi” antara pemegang kekuasaan di dalam organisasi, dan koalisi ini akan menggunakan tiga hal diatas sebagai pedoman pengambilan keputusan. Kriteria yang paling menonjol adalah”tujuan organisasi” sedangkan yang paling menonjol dalam pengambilan keputusan adalah “harapan”, jika dalam pengambilan keputusan itu tidak ditetapkan dengan pasti diantara keduanya maka di gunakan alternatif.

2.    Model informasi
Model informasi merupakan model pengambilan keputusan yang didasarkan atas asumsi sebagi berikut.
v  Informasi merupaka kondisi yang harus dipenuhi dalam proses pengambilan keputusan.
v  Informasi dari dalam organisasi yang diberikan oleh seeorang yang mempunyai posisi tinggi dan dikenal akan lebih dipercaya sebagi bahan pengambil keputusan
v  Informasi yang diperoleh akan diuji dengan dengan informasi yang sudah ada. Maka infor masi dari sumber yang kurang dipercaya cenderung tidak dipakai.

3.    Model normatif
Pengambilan model ini dimulai dengan mengidentifikasi apa yang dilakukan oleh meneger atau pimpinan yang baik dan kemudian memberikan pedoman tentag bagai mana seorang menejer yang baik itu mengambil keputusan. Dan harus menjawab pertanyaan sebagi berikut:
v Apakah ada syarat kualitas, misalnya suatu putusan harus lebih rasional dari yang lain?
v Apakah mpy cukup informasi ?
v Apakah diterima oleh bawahan merupakan yang bagian sangat penting bagi pengambilan keputusan?
v Apakah pimpinan memutuskan sendiri dan yakin akan diterima oleh bawahan?
v Apakah akan menimbulkan konflik(bawahan)?
v Apakah bawahan mpy cukup informasi untuk mengambil putusan yang diselegasikan kepadanya?
d.      Partisipasif descision making
a.    Model pengambilan keputusan ini mengemukakan bagaimana pengambilan keputusan dengan mengikiut sertakan bawahan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pwngambilan keputusan yang partisipatif dapat meningkkatkan keefektifan organisasi atau lembaga, Owens (1970).
b.    Ada beberapa syarat untuk menetukan perlu dan tidaknya bawahan diikutsertakandi ikutsertakan atau ikut berpartisipasif dalamproses pangambilan keputusan, yaitu:
v Relevansi: apakah ada relevansi antara masalah dengan kepentingan bawahan.
v Keahlian: apakah bawahan mempunyai pengetahuan tentang masalah yang akan dipercahkan.
v Jurisdiksi: apakah bawahan mempunyai hak secara legal untuk ikut serta mengambil keputusan.
v Kesediaan: apakah bawahan ada kemauan dan bersedia mengikuti /tidak dalam pengambilan keputusan.
c.    Jenis-jenis partisipasi
v Sentralisasi demokratis, pengambilan keputusan dengan cara pimpinan mengemukakan masalah dan bawahan diminta memberikan saran.(putusan di tangan pimpinan)
v Parlementer, pengambilan keputusan dilakukan oleh bawahan. Jika konsesus tidak dicapai.(sistem pemilihan).
v Pengambilan keputusan oleh peserta, (dipakai saat masalah sangat penting artinya bagi bawahan)

E.       Tipe-tipe keputusan managemen
1.    Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapat diprogram.
2.    Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktu
3.    Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg  tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah ini muncul beberapa pertanyaan yang dapat melengkapi salah satu dari salah satu dari berbagai kekurang yang terdapat dalam makalah kami.pertanyaa-pertanyaan itu:
1.  Apa hubungan antara managemen dengan pengambilan keputusan?
2.  Apa yang harus dilakukan ketika dalam pengambila keputusan ada dua kepentingan yang munkin dilihat dari akibat/ kepentingannya sama besarnya?
3.  Jika dalam pengambilan keputusan terdapat pro dan kontra antara bawahan dengan tujuan organisasi?
Dan dari pertanyaan itu maka di ambil kesepakatan bahwa!
1.      Hubungan antara pengambilan keputusan dengan manajemen sangatlah penting karena dalam suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Dan setiap tujuan pasti ada masalh maupunjuga dalam mencapai tujuan tersebut pasti ada masalah dan masalh tersebut di selesaikan dengan cara pengambilan keputusan yang baik.
2.      Dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah tersebut dan mengambil jalan keluar yang paling baik.
3.      Dalam pengambilan keputusan lebih baik untuk mementingkan kepentingan organisasi kerena kepentingan organisasi merupakan kepentingan seluruh anggota organisasi. Untuk mengatsi pro dan kontra antara bawahan dengan para pengabil keputusan maka para pengambil keputusan diharapkan menyosialisasikan langkah-langkah yang akan diambil dan manfaat yang akan oleh bawahan.
B.  Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai seorang mahasiswa dapat mengambil suatu keputusan dalam hal maupun situasi bagaimanapapun kita bisa mengabil keputusan yang baik dan sesuai dengan konteks yang ada.

Daftar pustaka
-Ngalim purwanto, MP, Drs, M, Aministrasi Pendidikan, PT Remaja Rosda Karya, 1987, jakarta.

No comments: