Thursday 29 November 2012

Hidung Kontroversi


Sudah lama kejadian itu dia lalui. sebuah pertandingan tinju antar profinsi yang sudah selama sebulan telah ia lalui. Setiap hari ia hanya bengong di depan rumah, tatapan matanya kosong, gerak geriknya tidak mempunyai motif sama sekali, mondar mandir kesana kemari tanpa ada tujuan. Seorang pria bertubuh gagah perkasa yang sekarang menjadi sosok manusia tak layak disebut lagi sebagai pria perkasa lagi. Pekerjaan sehari-harinya memikirkan hal yang mungkin tak bisa dipikirkan oleh orang yang melihatnya. Dia adalah joko susilo, seorang mantan petinju kelas berat yang sudah pernah menjuarai tingkat profinsi.
Hari itu aku sedang berjalan jalan di ladang milik ayahku. Aku melihat sosok gagah itu berjalan merunduk sambil memegangi hidung macungnya. Ia seperti sedang mencari sebuah kebenaran yang benar-benar-benar. Ia sedang mencari kebenaran diatas kebenaran maksudnya. Ia melangkah hati-hati, matanya sangat tajam menelusuri setiap genangan air yang mengisi ladang. Tak lama ia mengambil sebuah benda mirip siput dan ternyata memang siput. Ia mengangkat siput itu dan mendakatkannya pada hidungnya dan kemudian memasukan siput itu kesebuah katong plastik yang terlah ia bawa dari rumah.
Ia kembali melanjutkan perjalananya dan masih dengan merundukan badannya, menelusuri ladang hijau dengan tanaman padi yang baru berumur sekitar 2 bulan. Ia menambah kecepatan berjalanya dan langsung menerbangkan tubuhnya kegenangan air. Air berterbangan tidak karuan, tanganya mengankat seperti memegang sabuk dalam pertandingan tinju. Tapi yang di pegang bukanlah sabuk emas milik sang juara, melaikan sebuah bangkai itik yang telah diselubungi oleh blatung. Dengan senyum lebarnya ia memasukan bangkai itu kedalam katong plastiknya. Ia kembali berjalan dan menemukan sesuatu yang kemudian ia masukan ke dalam kantong plastiknya. Telur busuk, pohon pisang yang telah busuk, bunga bungan, dan banyak yang lain.
Aku heran dengan apa yang telah ia lakukan. Aku penasaran dengan apa yang dia lakukan, kenapa dia mengumpulkan beberapa benda dan bangkai yang sudah busuk. Aku ikuti terus orang gagah itu hingga ia sampai di rumahnya. Rumahnya tidak layak huni, rumahnya merupakan rumah ayah dan ibunya yang telah di wariskan kepadanya setelah ayah dan ibunya meninggal dunia. Dia ternyata seorang bujangan, dia hanya tinggal sendirian di rumah itu. Aku mengendap-ngendap seperti pencuri. Ia masuk dalam rumahnya, begitu juga aku. Aku kagum melihat aksesoris yang ada di dalam rumahnya. Beberapa diantaranya puluhan piala yang semuanya terukir juara 1 di bagian depanya. Beberapa poster petinju dunia juga terpasang indah di setiap ruangan.
Hampir semua ruangan telah kujelajahi untuk mengetahui siapa dia sebenarnya. Tapi ada suatu ruangan yang belum aku jelajahi, yaitu ruangan di mana sang petinju itu masuk dengan membawa beberapa bangkai dan juga pohon busuk dan beberapa lainya yang memang berbau tidak sedap.  Aku penasararan, aku tempelan saja daun telingaku ke sebuah lubang kecil untuk mendengarkan apa yang sedang ia lakukan. Tadak terdengar apa dari kama itu, hanya suara desahan sang petinju yang terus mengisi ruangan itu.  Aku pun memtuskan untuk mengintipnya, lewat sebuah lubang kecil. Benar-benar gila petinju ini, ia mencium bangkai dan beberapa pohon busuk itu  secara bergantian. Dan tiada henti, sepertinya ia tidak puas dengan apa yang di katakan oleh otaknya setelah hidungnya memberikan snyal tentang apa yang sedang diciumnya.
Di kamar itu terdapat banyak sekali peralaatan tinju yang sangat lengkap, mulai dari alat ntuk latihan, dan juga alat untuk fitnes. Tapi ia juga tak ketinggalan zaman selain peralatan fitnes terdapat juga sepasang komputer model terbaru. Tapi aneh komputer itu sepertinya sedang memutar film yang hanya mempunyai durasi beberapa menit saja dan itu terus diulang-ulang. Di film, sosok yang mirip dengan dirinya sedang berdiri di antara para petiju lain. Dan di film itu terlihat sebuah kejadian yang memalukan yaitu seseorang petinju mengeluarkan kentut yang berbunyi keras dan di ikuti dengan bau yang tidak sedap. Hampir semua orang yang ada di film itu menutup hidungnya kecuali joko susilo. Joko susilo saat itu sedang di angkat karena di telah memenangkan pertandingan. Semua orang hera melihat joko susilo yang tidak mencium bau busuk yang ditimbulkan ketut. Sang pembawa acara heran dan mengatakan bahwa “ketika seseorang itu telah menjadi seorang juara pasti mereka memiliki suatu kasus yang kontrofersi, begitu juga dengan joko susilo, ia telah menjadi juara dan ia juga mempunyai sebuah kontrofersi, kontrofersi yang dimilikinya bukan karena ulahnya tapi karena dia tidak mencium bau kentut yang sangat sedap ini, ia telah memiliki hidung kontrofersi”
Dan  dari film itu aku menyimpulkan bahwa yang dilakukan petinju yang berada di hadapanku sekarang ini adalah membesar-besarkan masalah yang kecil. Dan sejak saat itu dia tak mau lagi bermain tinju karena ia mempunyai sebuah kekurangan dalam penciumanya. Dan sampai sekarang ia masih mencari kebenaran di balik kebenaran apakah hidungnya benar-benar kontrofersi. Ia terlalu mendramatisir apa yang dikatakan oleh pembawa acara saat itu.


Monday 26 November 2012

20 HARI MENJELANG PEMENTASAN

Hujan sore itu deras. hingga dunia kampus malam itu adalah dunia hujan. Kilatan petir seperti memotret kegiatan kita malam itu. lampu tiba-tiba padam. Suara alat musik yang sedang dimainkan anak band di ruangan bawah sanggat gerak berhenti. Rica-rica yang telah dipersiapkan segera kami santap bersama kenyang memang, namu suasana tak mengenyangkan, sanggarpun penuh sesak nunung tidur karena kecapean. Akhifid mengambil  gitar, aji memukul jimbe dan kamipun bernyanyi, sejenak untuk menghangatkan suasana dan juga melawan hujan deras yang terus berdendang tak beraturan. 
Sosok hitam tak terlihat wajahnya mulai menaiki tangga, dia umi jajulah, salah satu anggota kami. aku terpana melihatnya, hujan deras tak menghalanginya untuk berangkat berlatih. dengan menggendong tas dan tangan sebelah kirinya meneteng helm yang telah basah. tak satupun kata terucap dari mulutnya "duar" helmnya jatuh di ikuti tubuh lemasnya menghatam tubuh hisyam yang sedang sayik tiduran. ia jatuh pingsan. suasana sanggar menjadi sangat hangat atas pingsannya umi.
benar-benar hangat ketika umi jatuh dan di ikuti beberapa teriakan yang menandakan mereka terkejut. dengan segera tubuh umi yang lunglai segera di amankan, diangakat ketempat yang kebih layak dan juga lebih hangat. mungkin karena dia kedinginan atau mungkin karena capek dan beberapa asumsi lainya. memang dia mudah sekali untuk pingsan ketika tubuhnya kecapekan. nunung segera bangun dan menggunakan seribu jurusnya untuk menyadarkan umi. 
hujanpun reda setelah sekitasr setengah jam berlangsung. umi mulai siuman lapu juga seakan berpihak pada umi, lamupu kembali menyala terang. hanif nafi juga datang membantu menyadarkan umi. suap demi suap nasi mulai mengisi perut umi. aktifitas segera kembali pulih senyum dan canda juga mulai menghiasi wajah mereka. hisaya memegang gitar dan meminta akfid untuk mengajarinya, suara musik juga kembali mengema, dan dalam sekejap canda dan tawa semakin menjadi, sutra dara segera mengondisikan para anggotanya untuk segera berlatih. raut wajah umi semakin memerah semangat berlatih walaupun susah tapi tetap berlatih. 
adengan demi adengan segra dimainkan, cu-cut dan juga beberapa komentar mulai menghiasi adegan yang menurut sutradara kurang mengena. backsoun cacian dan juga mendebarkan mengiringi setiap adegan membuat suasana semakin menegangkan, seperti sebuah sinema backsoun berganti-ganti menurus suasana yang sedang dimainkan. suasana kembali gempar ketika umi kembali jatuh pingsan. suasana latihan menjadi tak kondusif tapi tetap berlatih. latihan-latihan dan latihan untuk sebuah keindahan dalam pentas. 
supri, hisyam, akhifid, aji, faozi sang sutradara, hanif, nafi, uni yang jatuh pingsan, saeful yang tidak sempat berlatih karena ketiduran, nunung, mufty, nurudin . 
Tetap semangat
BY . Nano (sang penulis)
FOR REMEMBER
FOR ESTETIKA
FOR TEATER
FROM HEART

Saturday 24 November 2012

TERBAWA ROMANTISME DRAMA PERCINTAAN

TERBAWA ROMANTISME DRAMA PERCINTAAN
Suasana hening, rintik-rintik air mata membasahi helaian kain baju. Adegan tangis seorang gadis yang merintih lantaran ditinggal mati oleh suaminya sangat menyentuh. Sang gadis larut dalam kesedihan, linangan air mata menggambarkan aktingnya sangat patutu untuk di acungi jempol. Dalam cerita itu sang gadis berada diruang tamu memakai baju hitam dan pas di depanya terdapat mayat yang telah terbungkus kainputih bersih dan baunya sangat harum dengan bau kematian.
Semua penonton hilang, merasuk dalam emosi sag gadis. “suamiku kenapa harus secepat ini kau pergi, sudah sekian lama kita mengarungi bakhtera kehidupan, susah, sedih, suka, bahagia telah kita jalani, bahkan hampir satu detik pun kita tak pernah berpisah, hingga orang-orang yang memandang kita menganggap kita adalah pasangan yag sangat serasi dan cinta kita tak pernah akan terpisahkan dan tidak ada yang bisa memisahkan sekalipun tuhan” duduk tersungkur di samping tubuh yang tak bernyawa lagi.
“suamiku apakah semua ini kau lakukan agar cintamu padaku itu benar-benar cinta!, cinta yang sampai akhir hayatmu, apakah ini hanya sandiwaramu yang kau buat untuk melebur kesalahan tempo hari saat kau tertangkap basah sedang bercumbu dengan wanita lain, lalu kau minta maaf kepadaku dan menusuk dadamu dengan sebelah pisau hingga kau mati, pecundang !, jangan bilang kalao cintamu kepadaku selama ini palsu, atau kau tak tahan dengan godaan wanita lain karena keseksian dan kecantikanya”
“sudahlah surti,..jangan kau sia-sia kn air matamu untuk laki-laki itu, kau sudah cukup berbakti kepadanya, dengan mengurus jenazahnya” seorang aktor laki-laki mendekapnya dari belakang dan mencoba menenagkan sang gadis. “bukan aku mencari kesempatan untuk memeluk, tapi jika kau tak keberatan aku siap menjadi tiang sandaran sebagai tempat untuk mencurahkan segala kerisauan dan kesedihanmu” merekapun berpelukan, para penonton menerikan beberapa siulan da juga jeritan, sang aktor terlihat sangat menghayati begitu juga dengan sang aktris.
“Kenapa kau begitu sabar menghadapi diriku ini yang telah mencapakanmu, sudah beratus kali kau menytakan cinta, dan juga sudah beratus kali pula kau kucampakan, tapi kenapa kau tetap saja dapat menerimaku sebagai teman” kata sang gadis sambil terisak isak.
“tak akan pernah aku berhenti untuk menyatakan cinta kepadamu, walau seribu acuhmu kau lemparkan kepadaku, acuhmu adalah pupuk bagi tanaman cinta yang telah tumbuh sejak pertama kali aku melihatmu”
“apakah saat ini juga kau masih dapat menerimaku”
“dengan segala jiwa dan ragaku, dan akan ku jadika kau ratu dalam hatiku” serentak seluruh penonton tersenyum dan air mata bahagia yang bercampur dengan kesedihan terus mengalir di pipi semua orang yang ada di ruangan tersebut. Drama romantis itu telah menyebarkan aroma kemesraan dan keharuan di seluruh isi ruangan. Suara gemuruh tepuk tangan mengahiri pementasan, beberapa pasang mata berlari lari mencari kesamaan rasa yang mereka rasakan. begitu juga dengan pujo. Seperti menemukan apa yang ia cari, pujo bergegas menegakan badan dan berlari menuju kepada seorang gadis yang tak jau darinya, dengan suara lantang ia berucap”maukah kamu jadi pacarku, karena aku adalah sosok laki-laki yang seti seperti laki-laki dalam drama tersebut”. Sambil bertekuk lutut. Serentak penghuni ruangan memusatkan perhatianya kepada pujo dan gadis itu. Sang gadis tersenyum sambil bergesa meninggalkan pojo.

Thursday 15 November 2012

IMAGINASI ANAK SENI TEATER


Angin pagi itu terasa sejuk membuat mata ingin segera kembali terpejam. Lighting alam segera menunukan suasana pagi hari yang sejuk dan hangat. Warna kemerah-merahan di ufuk timur sangat jelas terlihat. Beserta sound efek burung-burung yang berkicauan mengisi dan menunjukan suasana pagi yang indah. Sebuah taman kota pun terlihat masih sepi. Jarum jam telah menujukan pukul 7. Sosok anak dengan pakaina seadanya terlihat masih nyenyak mengarungi keindahan mimpi ditemani empat teman di sampingnya disampingnya yang juga masih terlihat lesu karena baru bangun.
Senyum dan canda dan juga tawa mulai terlihat menghiasi raut wajah mereka. Suasana hangat telah hadir di setiap nafas mereka, kecuali BARUT yang saat itu masih terlelap dalam tidurnya. Lima orang sahabat itu memang sering menghabiskan waktunya untuk begadang dan berdiskusi atau hanya untuk mencari inspirasi hidup untuk mereka terapkan dalam kehidupannya. Ipul, Soepri, Oi, Faiq itu nama empat orang anak itu, mereka duduk berhadap-hadapan kadang juga mereka melamun sendiri-sendiri kadang juga mereka pura-pura berfikir atau kadang juga mereka main pokeran. “eh kawan, kalian pernah liat orang berpacaran? Kenapa orang berpacaran itu kalau duduk berdua hal pertama yang dilakukan adalah berpegangan tangan? Kenapa mereka tidak menggunakan kaki mreka untuk berpegangan” tanya Ipul sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya kearah faiq. “kau terlalu mengimajinasikan sesuatu yang memang takbisa diterapkan, tetapi lucu juga missalkan kita mengajak pacar kita berpegangan kaki saat berpacaran!!! ” kata Oji yang berpura-pura berfikir. Mereka semua langsung mengimajinasikan pertanyaan aneh Ipul yang memang aneh.
kalau menurut aku itu suatu imajinasi lucu jika bisa ditampilkan dalam suatu pementasan” Ipul menyambung dengan wajah yang dihadapkan kelangit, tangannya memutar-mutar rokok yang masih kemebul ditangannya. “ah…ah…ah…ah” suara itu terdengar sangat gelisah dari sosok barut yang sudah tak lagi nyenyak tidurnya “ada apa Rut??” tanya Faiq. “aku bermimpi” jawabnya. “mimpi apa, mimpi digigit ular atau apa???” tanya Faiq penasaran. “aku bermimpi bertemu dengan para legenda seniman teater, beneran aku brmimpi dengan WS Rendra dan lima seniman teater Indonesia yang tidak aku kenal namanya” Barut langsung berdiri dan mempresentasikan mimpinya. “trus-trus” saut Supri. “dalam mimpi itu aku berperan sebagai kepala penjara dan anehnya lagi aku membentak-bentak WS Rendra yang berperan sebagai petani miskin, tapi anehnya lagi aku berasa seperti orang yang lebih pintar dan lebih matang karakter seni dari WS Rendra itu, dan kalian tau apa hikmah yang saya ambil dari mimpi itu” kata Barut sambil menunjuki teman-temannya satu persatu.
kamu terlalu mendramatisir bunga tidurmu kawan” kata Ipul. “kamu memang sudah gila manamungkin kamu itu lebih senimannya dari Rendra” kata Oji. “biasa sajalah itukan Cuma bunga tidur” sambung Faiq, Supri hanya tersenyum menanggapi pertanyaan barut. “tapi aku sangat yakin bahwa aku bisa menandingi WS Rendra!!!, aku sangat yakin itu. karena imajinasi-imajinasi setiap orang itu ttidak dapat diukur, dan keindahan…. Keindahan dalam setiap karya-karya yang dihasilkan ataupun makna-makna yang terkandung dalam setiap karya seni seorang seniman juga akan beragam!!! Sesuai dengan karakter dan aliran apa yang diusungnya, untuk itu kita sebagai seorang seniman teater yang budiman harus bisa membuat karya-karya yang dlam tanda kutip itu baik atau berusaha berkarya dengan segenap imajinasi-imajinasi liar yang mencakub berjuta makna.” oceh Barut “aku sendiri sangat setuju dengan pendapat Barut setiap seniman berhak berkarya untuk menjadikan seni sebagai suatu ilmu kehidupan yang dapat menjadi rujukan dalam mengarungi bahtera kehidupan” kata Supri sambil berkata “granat”,,, dan selang beberapa waktun terdengan ledakan  yang sangat dahsyat sekali yang menggemparkan suasana pagi yang hening dan cerah,,,sambil senyum  dia merasa tidak punya dosa ”corcoran” kata Faiq. Tidak lama kemudian disusul lagi dengan suara nyaring dan berirama tapi baunya terasa hambar “cuih,,, bau apa ini” kata bang Ojek “he..he..he.. anu..anu..anu… aku bang! buang angin  kehidupan” kata Faiq dengan polos.”MATAhari!!!!! angin kehidupan,, itu angin kematian Iq” kata Ipul. Dan dalam keadaan lagi ricuh dan rebut tiba-tiba terdengar suara sepeti ban kemps,,peeeeeeeessss,,, dan tidak lama kemudian baunya melebihi baunya faiq“akkkhhhhuuu,,,, mesti Ipul ki sing buang gas” kata Soepri ”nah ini baru namanya angin  kehidupan,,, karena yang tadinya laper sekarang menjadi kenyang,,, wkwkwkwk oceh Ipul. Dengan gaya bicara seperti orang tua jompo, barut berkata”kentuuuuttt jugaaaaa sennniiii, mari kita berkesenian dengan kentut bersama seraaaa”. Kelima sahabat itu berjejer rapi sambil menungging dan suara terompet keluar dari cela-cela kain dari pantat mereka. Mereka tertawa terbahak-bahak hingga mereka menggulingkan tubuhnya diantara rumput rumput taman.

Wednesday 14 November 2012

Ternyata Aku Tak Sadar Siapa Aku



Sudah seminggu yang lalu bahkan lebih atau bisa dibilang dua minggu yang lalu. Iya dua minggu sudah tubuhku terasa lemas, letih, capek. Entah kenapa aku sendiri tak tahu menahu tentang kejadian yang aku alami. Kejadian ini sepertinya asing bagiku dan juga untuk tubuhku. Seperti sebuah pistol yang kehilangan amunisinya atau juga seperti halnya siang hari yang kehilangan mataharinya. Sungguh sulit di tebak penyakit apa yang sedang menimpa diriku. Aku tak punya daya dan upaya walaupun aku bisa melakukan beberapa hal yang membutuhan kekuatan fisik. Seprti mencangkul di ladang milik ayahku atau sekedar  memecahkan balok kayu untuk menjadi kayu bakar.
Seminggu sebelumnya memang aku bisa menyadarkan diriku bahwa aku itu kurang tidur karena latihan yang sampai larut malam di sebuah sanggar seni teater di kampus tercintaku. Aku adalah seorang aktor yang sedang menjalani sebuah proses latihan untuk sebuah pementasan. Dalam satu minggu tersebut kuluangkan waktu tiga hari untuk istirahat di rumah. Agak mendingan sih, tubuhku kembali bugar walupun tak sebugar seminggu sebelumnya. Akupun melanjutkan latihanku dan juga sampai larut malam, walaupun tubuhku masih terlihat letih dan juga pucat. Tapi aku tetap berlatih, dan kusimpulkan kalau aku istirahat sejenak saja pasti semua keletihan itu akan segera berakhir.
Tapi sesuatu mengganggu pikiranku (beban psikologi). Entahlah seperti sebuah pemikiran buruk yang muncul begitu saja dari pikiranku sendiri. Sebuah pemikiran yang mungkin bisa dibilang naif, yang berlatar belakang bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk diriku sendiri, apalagi melakukan sesuatu untuk orang lain. Ya pemikiranku yang keluar dari pikiranku telah menjadikan diriku muak dengan diriku sendiri yang selama ini dari tahun ke tahun yang lalu tetap seperti ini, tetap stagnan. Tetap menjadi seorang pemalas yang tidak melakukan sesuatu yang berguna dan juga menghasilkan uang.
Brengsek memang pemikiranku tentang diriku. Tapi itu kenyataannya, aku tidak bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan bahkan dalam hal kecilpun. Apa kalian bisa bayangkan seberapa hinanya diriku yang tak bisa melakukan sesuatu untuk diriku sendiri. Aku pura-pura acuh dengan pemikiranku tersebut. Aku baringkan saja tubuhku di atas tempat tidur. Tapi kalian tahu apa yang terjadi, dia malah semakin menjadi, pemikiranku semakin mehina diriku, pemikiranku semakin merendahkan diriku sendiri yang sedang mencoba untuk acuh dan mencoba untuk sedikit bersantai dengan masalah-masalah yang sekirang belum bisa aku lakuakan. Pemikiraku semakin liar, dia menggambarkan sosok idealis seorang manusia yang pandai dalam segala hal, dia juga menggambarkan sosok manusia yang suses kerena menekuni satu bidang ketrampilan, dia juga menggambarkan sosok manusia yang penuh dengan wibawa karena dia memaggang satu prinsip dalam kehidupanya. Semakin bayak yang dia (pikiranku) gambarkan tentang orang lain yang seolah menyuruhku untuk meniru salah satu dari mereka.
Dan kalian tahu, semua sosok yang digambarkan oleh pikiranku semua sudah aku lakukan dan aku coba. menjadi seorang yang pandai dalam segala hal, aku sudah pernah mencoba dan juga berusaha untuk menjadi orang itu tapi kenyataannya aku tak bisa menutupi jati diriku. Aku juga pernah berusaha menjadi orang yang menekuni satu bidang ketrampilan, dan aku bisa! Walaupun banyak pandangan negatif yang menimpaku. Aku juga pernah menjadi seorang yang mempunyai satu prinsip, sebuah prinsip yang banyak orang menganggap benar, prinsip itu adalah sebuah agama. Aku berusaha untuk memegang teguh nilai nilai agama yang aku naut untuk menjadi prinsip hidupku, tapi sesuatu pemikiran buruk minimpaku, sebuah pemikiran yang menakutiku bahwa aku tidak akan mendapatkan kenikmatan dunia, walaupun sebenarnya hati kecilku berkata itu tidak benar tapi anehnya tingkah lakuku membenarkan pemikiran itu. Aku pun kembali mejadi aku yang tidak aku inginkan.
Kalian baca semua yang ada diataskan. Coba bayangkan saja siapa dirku. Banyak orang bilang aku itu membingungkan, dan juga bingungan, bayak orang bilang aku tidak punya karakter, tapi coba gunakan prinsip aktor dalam teater yang siap memainkan segala karakter. Yang dibutuhkan. Maaf itu sedikit yang kutahu dari, dan juga karena aku adalah anak teater.
Baiklah mungkin karena permasalahan permasalahan diatas yang kembali terurai dalam pikiranku sehinga aku mengalami suatu situasi yang membingungkan ini. Bayak jalan dan juga cara yang aku lakukan untuk mengembalikan aku kedalam suatu zona di mana aku dapat kembali berkarya, walaupun karya itu masih sebatas dalam proses pematangan untuk lebih matang. Dalam kegelisahanku aku coba untuk kembali mengulang sejarah di mana aku dapat berkarya, mulai dari membaca buku motifaasi, membaca novel, membaca surat kabar dan juga membaca setiap gerak-geriku yang sedikit tidak punya tujuan.
Diteruskan dengan bermeditasi, mendengarkan musik, bernyanyi, bahkan aku sempat mencoba untuk berkumpul dengan teman-temanku di sanggar teater dengan maksud untuk menghilangkan beban psikologi yang sedang aku rasakan, dan itu tidak cukup efektif. Asumsi demi asumsi yang terus hadir membuatku menemukan ide-ide baru untuk memecahkan masalah psikologi yang aku alami. Seperti asumsi bahwa aku kurang nonton film, asumsi bahwa aku rindu dengan kehidupan rumah, asumsi bahwa aku merasa seperti sedang menjalani peran yang di berikan tuhan untuk aku jalani sebagai pelajaran hidup. Semua asumsi itu kucarikan solusinya dan ternyata hanya beberapa perubahan kecil dalam psikologiku untuk lebih baik.
Dari puluhan asumsi yang telah aku pecahka dengan melakukan perbaikan hanya satu yang belum aku lakukan. Sebuah pekerjaan yang sudah sekitar satu tahun bahkan lebih aku telah jalani. Menulis, itu yang belum aku coba untuk menghilangkan bebean psikologku yang tak bisa di sebut sebagai gejala-gejala psikologi dalam mata kuliah psikologi umum.. ternyata benar setelah kuloncat-loncatkan jari-jemariku diatas keyboard semua beban psikologi itu hilang dan tercurahkan bersama tulisan tulisan ini. Dan aku mempunyai asumsi yang baik, yaitu apakah aku adalah benar-benar seorang penulis sehingga semua masalah akan menjadi sebuah........ apalah? setelah ditulis. Mungkin juga benar mungkin juga salah. Salam seni, dan salam tulis menulis.

Wednesday 7 November 2012

Merequest Angan-angan


Merequest Angan-Angan
Ingat waktu pertama kali kita diberi pertanyaan oleh guru kita tentang cita cita yang akan kita gapai dalam hidup kita. Kalau aku sih ingat, saati itu aku masih duduk di bangku kelas lima SD. Pada waktu itu aku diberi tugas untuk menulis tentang cita-citaku. Waktu itu aku memilih untuk menjadi seorang pramugaara, tapi aku sendiri tak pernah tahu apa sebanarnya pramugara itu, yang pasti itu adlah sebuah cita-cita yang perlu untuk di banggakan oleh setiap murid dan juga guruku. Tapi bukan karena itu alasan saya untuk memilih pramugara sebagai cita citaku. Mungkin karena hanya beberap jenis dari banyak jenis cita-cita yang di ungkapkan oleh guruku tercinta dan salah satunya adalah pramugara. Aku berharap para teman-temanku tidak sepeti aku yang bisa di bilang tidak punya cita cita, dan hanya menulis cita-cita yang memang aku sendiri tidak tahu itu. Bagiku cita-cita bukanlah sebuah hasil dari sebuah proses, cita-cita dalah proses menggapai sesuatu dan dalam proses itu kita kakn tahu apakah betul cita-cita itu adalah yang kita inginkan.
Saat itu aku tidak pernah menanyakan pada guruku apa sebenarnya pramugara itu, dan bagai menjadi pramugara,  sungguh kasihan diriku yang tak tahu apa-apa. Atau mugkin guruku yang tidak pahan dengan pengertian cita-cita sebenarnya. Yang pasti sampai sekarang aku juga belummempunyai cita-cita, apa karena terlalu banyak pandangan yang membuat aku bingung untuk menentukan jalan mana yang akan aku pilih sebagai jalan hidupku kelak, atau aku terlalu mempertimbangkan baik dan buruknya, atau mungkin aku terlalu takun menanggung resiko untuk memilih sallah satu jalan hidup untuk aku tekuni. Guruku tercinta bolehkah aku mereques angan-angan untuk merumuskan kembali apa cita-citaku. Guruku mampukah dirimu menunjukan arah-arah untuk mencapai cita-citaku, agar aku bisa sampai di cita-citaku dengan selamat dan juga dengan tergar.
Mungkin angan-aganmu lebih tinggi dari agan-anganku karena kamu lebih berpengalaman dari aku dan kamu juga sedah menempuh pendidikan yang tinggi. Saat ini aku sedang berada dalam persimpangan jalan, dimana aku hanya bisa menonton pertunjukan-pertunjukan perubahan kehidupan pada setiap manusia yang ada di sampingku. Semantara aku masih dengan kebimbanganku yang terlalu membuat pikiranku berputar-putar hingga aku tak sanggup untuk berjalan untuk sebuah tujuan. Guruku bisakah ku titipkan mimpiku untuk menjadi seorang pramugari yang dulu pernah aku tulis, atau mungkin bolehkah aku memintamu untuk bermimpi tentang apa yang harus aku lakukan.
Dunia ini terlalu kejam bagiku, karena aku tak pernah kejam dengan diriku, dunia ini terlalu keras bagiku, karena aku terlalu lembut terhadap diriku. Apakah kau bisa menjadikan diriku sebagai seorang yang kuat untuk menghadapi segala sesuatu yang selama ini aku takutkan. Atau kau tak mampu untuk menjadi seorang guru yang sebenarnya. Maafkan atas semua kelancanganku, mungkin karena aku yang bodoh yang tak bisa mengatur kehidupanku sendiri, muungkin juga aku terlalu naif, mungkin juga kerena memang semua itu benar, mungkin juga tulsan ini adalah sebuah kemungkinan yang banyak dirasakan oleh setiap anak anak yang menemui guru sepertimu. Memungkinan-demi kemungkinan akan menjadi mungkin ketika semua terungkap. Sekali lagi maaf atas segala kemungkinan yang mungkin akan menjadi mungkin