Sudah lama kejadian itu dia lalui. sebuah pertandingan tinju antar
profinsi yang sudah selama sebulan telah ia lalui. Setiap hari ia hanya bengong
di depan rumah, tatapan matanya kosong, gerak geriknya tidak mempunyai motif
sama sekali, mondar mandir kesana kemari tanpa ada tujuan. Seorang pria
bertubuh gagah perkasa yang sekarang menjadi sosok manusia tak layak disebut lagi
sebagai pria perkasa lagi. Pekerjaan sehari-harinya memikirkan hal yang mungkin
tak bisa dipikirkan oleh orang yang melihatnya. Dia adalah joko susilo, seorang
mantan petinju kelas berat yang sudah pernah menjuarai tingkat profinsi.
Hari itu aku sedang berjalan jalan di ladang milik ayahku. Aku
melihat sosok gagah itu berjalan merunduk sambil memegangi hidung macungnya. Ia
seperti sedang mencari sebuah kebenaran yang benar-benar-benar. Ia sedang
mencari kebenaran diatas kebenaran maksudnya. Ia melangkah hati-hati, matanya
sangat tajam menelusuri setiap genangan air yang mengisi ladang. Tak lama ia
mengambil sebuah benda mirip siput dan ternyata memang siput. Ia mengangkat
siput itu dan mendakatkannya pada hidungnya dan kemudian memasukan siput itu
kesebuah katong plastik yang terlah ia bawa dari rumah.
Ia kembali melanjutkan perjalananya dan masih dengan merundukan
badannya, menelusuri ladang hijau dengan tanaman padi yang baru berumur sekitar
2 bulan. Ia menambah kecepatan berjalanya dan langsung menerbangkan tubuhnya
kegenangan air. Air berterbangan tidak karuan, tanganya mengankat seperti
memegang sabuk dalam pertandingan tinju. Tapi yang di pegang bukanlah sabuk
emas milik sang juara, melaikan sebuah bangkai itik yang telah diselubungi oleh
blatung. Dengan senyum lebarnya ia memasukan bangkai itu kedalam katong
plastiknya. Ia kembali berjalan dan menemukan sesuatu yang kemudian ia masukan
ke dalam kantong plastiknya. Telur busuk, pohon pisang yang telah busuk, bunga
bungan, dan banyak yang lain.
Aku heran dengan apa yang telah ia lakukan. Aku penasaran dengan
apa yang dia lakukan, kenapa dia mengumpulkan beberapa benda dan bangkai yang
sudah busuk. Aku ikuti terus orang gagah itu hingga ia sampai di rumahnya.
Rumahnya tidak layak huni, rumahnya merupakan rumah ayah dan ibunya yang telah
di wariskan kepadanya setelah ayah dan ibunya meninggal dunia. Dia ternyata
seorang bujangan, dia hanya tinggal sendirian di rumah itu. Aku
mengendap-ngendap seperti pencuri. Ia masuk dalam rumahnya, begitu juga aku. Aku
kagum melihat aksesoris yang ada di dalam rumahnya. Beberapa diantaranya
puluhan piala yang semuanya terukir juara 1 di bagian depanya. Beberapa poster
petinju dunia juga terpasang indah di setiap ruangan.
Hampir semua ruangan telah kujelajahi untuk mengetahui siapa dia
sebenarnya. Tapi ada suatu ruangan yang belum aku jelajahi, yaitu ruangan di
mana sang petinju itu masuk dengan membawa beberapa bangkai dan juga pohon
busuk dan beberapa lainya yang memang berbau tidak sedap. Aku penasararan, aku tempelan saja daun
telingaku ke sebuah lubang kecil untuk mendengarkan apa yang sedang ia lakukan.
Tadak terdengar apa dari kama itu, hanya suara desahan sang petinju yang terus
mengisi ruangan itu. Aku pun memtuskan
untuk mengintipnya, lewat sebuah lubang kecil. Benar-benar gila petinju ini, ia
mencium bangkai dan beberapa pohon busuk itu
secara bergantian. Dan tiada henti, sepertinya ia tidak puas dengan apa
yang di katakan oleh otaknya setelah hidungnya memberikan snyal tentang apa
yang sedang diciumnya.
Di kamar itu terdapat banyak sekali peralaatan tinju yang sangat
lengkap, mulai dari alat ntuk latihan, dan juga alat untuk fitnes. Tapi ia juga
tak ketinggalan zaman selain peralatan fitnes terdapat juga sepasang komputer
model terbaru. Tapi aneh komputer itu sepertinya sedang memutar film yang hanya
mempunyai durasi beberapa menit saja dan itu terus diulang-ulang. Di film,
sosok yang mirip dengan dirinya sedang berdiri di antara para petiju lain. Dan
di film itu terlihat sebuah kejadian yang memalukan yaitu seseorang petinju
mengeluarkan kentut yang berbunyi keras dan di ikuti dengan bau yang tidak
sedap. Hampir semua orang yang ada di film itu menutup hidungnya kecuali joko
susilo. Joko susilo saat itu sedang di angkat karena di telah memenangkan
pertandingan. Semua orang hera melihat joko susilo yang tidak mencium bau busuk
yang ditimbulkan ketut. Sang pembawa acara heran dan mengatakan bahwa “ketika
seseorang itu telah menjadi seorang juara pasti mereka memiliki suatu kasus
yang kontrofersi, begitu juga dengan joko susilo, ia telah menjadi juara dan ia
juga mempunyai sebuah kontrofersi, kontrofersi yang dimilikinya bukan karena
ulahnya tapi karena dia tidak mencium bau kentut yang sangat sedap ini, ia
telah memiliki hidung kontrofersi”
Dan dari film itu aku
menyimpulkan bahwa yang dilakukan petinju yang berada di hadapanku sekarang ini
adalah membesar-besarkan masalah yang kecil. Dan sejak saat itu dia tak mau
lagi bermain tinju karena ia mempunyai sebuah kekurangan dalam penciumanya. Dan
sampai sekarang ia masih mencari kebenaran di balik kebenaran apakah hidungnya
benar-benar kontrofersi. Ia terlalu mendramatisir apa yang dikatakan oleh
pembawa acara saat itu.