Wednesday 7 November 2012

Merequest Angan-angan


Merequest Angan-Angan
Ingat waktu pertama kali kita diberi pertanyaan oleh guru kita tentang cita cita yang akan kita gapai dalam hidup kita. Kalau aku sih ingat, saati itu aku masih duduk di bangku kelas lima SD. Pada waktu itu aku diberi tugas untuk menulis tentang cita-citaku. Waktu itu aku memilih untuk menjadi seorang pramugaara, tapi aku sendiri tak pernah tahu apa sebanarnya pramugara itu, yang pasti itu adlah sebuah cita-cita yang perlu untuk di banggakan oleh setiap murid dan juga guruku. Tapi bukan karena itu alasan saya untuk memilih pramugara sebagai cita citaku. Mungkin karena hanya beberap jenis dari banyak jenis cita-cita yang di ungkapkan oleh guruku tercinta dan salah satunya adalah pramugara. Aku berharap para teman-temanku tidak sepeti aku yang bisa di bilang tidak punya cita cita, dan hanya menulis cita-cita yang memang aku sendiri tidak tahu itu. Bagiku cita-cita bukanlah sebuah hasil dari sebuah proses, cita-cita dalah proses menggapai sesuatu dan dalam proses itu kita kakn tahu apakah betul cita-cita itu adalah yang kita inginkan.
Saat itu aku tidak pernah menanyakan pada guruku apa sebenarnya pramugara itu, dan bagai menjadi pramugara,  sungguh kasihan diriku yang tak tahu apa-apa. Atau mugkin guruku yang tidak pahan dengan pengertian cita-cita sebenarnya. Yang pasti sampai sekarang aku juga belummempunyai cita-cita, apa karena terlalu banyak pandangan yang membuat aku bingung untuk menentukan jalan mana yang akan aku pilih sebagai jalan hidupku kelak, atau aku terlalu mempertimbangkan baik dan buruknya, atau mungkin aku terlalu takun menanggung resiko untuk memilih sallah satu jalan hidup untuk aku tekuni. Guruku tercinta bolehkah aku mereques angan-angan untuk merumuskan kembali apa cita-citaku. Guruku mampukah dirimu menunjukan arah-arah untuk mencapai cita-citaku, agar aku bisa sampai di cita-citaku dengan selamat dan juga dengan tergar.
Mungkin angan-aganmu lebih tinggi dari agan-anganku karena kamu lebih berpengalaman dari aku dan kamu juga sedah menempuh pendidikan yang tinggi. Saat ini aku sedang berada dalam persimpangan jalan, dimana aku hanya bisa menonton pertunjukan-pertunjukan perubahan kehidupan pada setiap manusia yang ada di sampingku. Semantara aku masih dengan kebimbanganku yang terlalu membuat pikiranku berputar-putar hingga aku tak sanggup untuk berjalan untuk sebuah tujuan. Guruku bisakah ku titipkan mimpiku untuk menjadi seorang pramugari yang dulu pernah aku tulis, atau mungkin bolehkah aku memintamu untuk bermimpi tentang apa yang harus aku lakukan.
Dunia ini terlalu kejam bagiku, karena aku tak pernah kejam dengan diriku, dunia ini terlalu keras bagiku, karena aku terlalu lembut terhadap diriku. Apakah kau bisa menjadikan diriku sebagai seorang yang kuat untuk menghadapi segala sesuatu yang selama ini aku takutkan. Atau kau tak mampu untuk menjadi seorang guru yang sebenarnya. Maafkan atas semua kelancanganku, mungkin karena aku yang bodoh yang tak bisa mengatur kehidupanku sendiri, muungkin juga aku terlalu naif, mungkin juga kerena memang semua itu benar, mungkin juga tulsan ini adalah sebuah kemungkinan yang banyak dirasakan oleh setiap anak anak yang menemui guru sepertimu. Memungkinan-demi kemungkinan akan menjadi mungkin ketika semua terungkap. Sekali lagi maaf atas segala kemungkinan yang mungkin akan menjadi mungkin

No comments: