Merequest
Angan-Angan
Ingat waktu pertama kali kita diberi pertanyaan oleh guru
kita tentang cita cita yang akan kita gapai dalam hidup kita. Kalau aku sih
ingat, saati itu aku masih duduk di bangku kelas lima SD. Pada waktu itu aku
diberi tugas untuk menulis tentang cita-citaku. Waktu itu aku memilih untuk
menjadi seorang pramugaara, tapi aku sendiri tak pernah tahu apa sebanarnya
pramugara itu, yang pasti itu adlah sebuah cita-cita yang perlu untuk di
banggakan oleh setiap murid dan juga guruku. Tapi bukan karena itu alasan saya
untuk memilih pramugara sebagai cita citaku. Mungkin karena hanya beberap jenis
dari banyak jenis cita-cita yang di ungkapkan oleh guruku tercinta dan salah
satunya adalah pramugara. Aku berharap para teman-temanku tidak sepeti aku yang
bisa di bilang tidak punya cita cita, dan hanya menulis cita-cita yang memang
aku sendiri tidak tahu itu. Bagiku cita-cita bukanlah sebuah hasil dari sebuah
proses, cita-cita dalah proses menggapai sesuatu dan dalam proses itu kita kakn
tahu apakah betul cita-cita itu adalah yang kita inginkan.
Saat itu aku tidak pernah menanyakan pada guruku apa sebenarnya
pramugara itu, dan bagai menjadi pramugara, sungguh kasihan diriku yang tak tahu apa-apa. Atau
mugkin guruku yang tidak pahan dengan pengertian cita-cita sebenarnya. Yang pasti
sampai sekarang aku juga belummempunyai cita-cita, apa karena terlalu banyak
pandangan yang membuat aku bingung untuk menentukan jalan mana yang akan aku
pilih sebagai jalan hidupku kelak, atau aku terlalu mempertimbangkan baik dan
buruknya, atau mungkin aku terlalu takun menanggung resiko untuk memilih sallah
satu jalan hidup untuk aku tekuni. Guruku tercinta bolehkah aku mereques
angan-angan untuk merumuskan kembali apa cita-citaku. Guruku mampukah dirimu
menunjukan arah-arah untuk mencapai cita-citaku, agar aku bisa sampai di
cita-citaku dengan selamat dan juga dengan tergar.
Mungkin angan-aganmu lebih tinggi dari agan-anganku karena kamu
lebih berpengalaman dari aku dan kamu juga sedah menempuh pendidikan yang
tinggi. Saat ini aku sedang berada dalam persimpangan jalan, dimana aku hanya
bisa menonton pertunjukan-pertunjukan perubahan kehidupan pada setiap manusia
yang ada di sampingku. Semantara aku masih dengan kebimbanganku yang terlalu
membuat pikiranku berputar-putar hingga aku tak sanggup untuk berjalan untuk
sebuah tujuan. Guruku bisakah ku titipkan mimpiku untuk menjadi seorang
pramugari yang dulu pernah aku tulis, atau mungkin bolehkah aku memintamu untuk
bermimpi tentang apa yang harus aku lakukan.
Dunia ini terlalu kejam bagiku, karena aku tak pernah kejam dengan
diriku, dunia ini terlalu keras bagiku, karena aku terlalu lembut terhadap
diriku. Apakah kau bisa menjadikan diriku sebagai seorang yang kuat untuk
menghadapi segala sesuatu yang selama ini aku takutkan. Atau kau tak mampu
untuk menjadi seorang guru yang sebenarnya. Maafkan atas semua kelancanganku,
mungkin karena aku yang bodoh yang tak bisa mengatur kehidupanku sendiri,
muungkin juga aku terlalu naif, mungkin juga kerena memang semua itu benar,
mungkin juga tulsan ini adalah sebuah kemungkinan yang banyak dirasakan oleh
setiap anak anak yang menemui guru sepertimu. Memungkinan-demi kemungkinan akan
menjadi mungkin ketika semua terungkap. Sekali lagi maaf atas segala
kemungkinan yang mungkin akan menjadi mungkin
No comments:
Post a Comment