Ketika
pesona dan rasa itu hilang
Suara
gemuruh tepuk tangan menyelimuti setiap sudut ruang dan waktu. Beberapa
teriakan keras terdengar memanggil
manggil namaku. Beribu jari telunjuk
terlihat menunjuk kepadaku. Ratusan pasang mata terlihat mengamati seluruh
gerak gerik dan sekujur tubuhku yang saat itu berada di atas panggung. Lampu
lampu penerang panggung memancarkan sinarnya hingga tak ada sebutir kegelapan
yang melekat di tubuhku. Aku terkagum dengan reaksi penonton yang terlihat
sangat mengapresiasi adegan-adegan gagah yang aku mainkan.
Saat
itu aku adalah gatot kaca yang gagah berani. Dengan balutan mahkota emas yang
terbuat dari kardus bekas dilapisi dengan kertas emas desainku sendiri melekat
di atas kepalaku. Serta sebuah aksesoris rompi emas khas milik gatot kaca yang
juga hasil desainku sendiri menghiasi punggung sehingga menambah kegagahan
tubuhku yang sedikit gendut. Dan juga sebuah kertas emas yang melingkar di lenganku yang besar.
Aku terlihat gagah berani, kumis palsu yang terbuat dari serabut kelapa yang
didesain sedemikina rupa oleh sang sutradara menambah garang penampilanku malam
itu. Mataku kubuat semelotot mungkin, bibirku ku manyunkan gaya jalanku seperti
halnya gatot kaca, patah patah seperti halnya wayang kulit yang digerakan oleh
dalang.
Malam
itu kami memilih mementaskan sebuah naskah karya putut buchori yang bertemakan
petruk dadi presiden kalau aku tidak salah he..he. aku dan teman temanku adalah
sebuah komunitas teater yang masih di bawah naungan perguruan tinggi Islam di
kota kami. Kami beranggotakan sekitar 9 orang, tapi yang membantu kami cukup
banyak dari alumni yang juga pernah berproses disitu, dan juga para pecinta
seni teater di kota kami yang sudi kiranya membantu dan juga menonton pertunjukan
yang kami persembahkan.
Adegan
pertama dimulai, nunung yang berperan sebagai mega, faozi yang berperan sebagai
sutradara dan juga berperan sebagai petruk kantong bolong terlihat memasuki
arena, aku adalah gatot kaca berada di belakang mega bersama dengan inova yang
berperan sebagai srikandi. Aku masuk dengan kegagahanku inova juga masuk dengan
kelembutan srikandinya. Petruk yang di mainkan oleh faozi terlihat di depan kami
bertiga, yang diikuti oleh hanif yang berperan sebagai asisten petruk ekslusif.
Adegan pertama di awali dengan sebuah pertarungan sengit antara kubu mega
dengan kubu petruk kantong bolong. Tapi sayang perangnya bukan benran melainkan
dengan beberapa aksesoris catur yang di mainkan. Suara penonton terdengar
kecewa dengan pertempuran kami yang menggunakan catur. Adegan pertama di akhiri
dengan kemenangan petruk yang telah memaka habis prajurit mega di arena catur.
Saat itu aku membantu mega untuk mengalahkan petruk dengan gaya gatot kacaku
yang gagah.
Adegan
kedua dimulai dengan penyerahan kekuasaan oleh mega kepada petruk. Aku sebagai
pengikut mega merasa kecewa dengan keputusan pemimpinku. Mega sudah berada di
depan panggung, aku menyusul dengan gaya tarian gagah dan mempesona milik gatot
kaca. Kakiku kuangkat tinggi tinggi lalu kutekuk, tanganku lurus kesamping dan
kemudian menekuk dengan gaya patah patah mirip wayang. Alunan gendang jawa yang
diputar lewat netbok menambah dramatis setiap langkah langkah gagahku. Tarian
itu juga di apresiasi oleh setiap penonton yang melihat saat itu. Sembah hormat
has gatot juga ku perankan dengan menghadap ke mega saat itu. Tapi jangan kira
gatot kaca yang ku perankan sangat gagah dan maco. Ternyata sutradara mempunyai
rencana besar di balik kegagahan gatot kaca, aku mengutarakan kekecewaanku terhadap
mega dengan gaya lemah gemulai yang biasa di pakai oleh waria. Serentak semua
penonton menjerit, tertawa geli melihat gatot kaca yang tiba tiba berubah, dari
sosok yang begitu gagah menjadi sosok bencong yang sangat menjijikan bagi
mereka ,,mungkin kali yah.
Aku
tak menyangkan penonton sangat histeria melihat adegan itu. Akupun bangga di
ikuti rasa puas dengan peran yang kumainkan. Itu mungkin sekilas tentang
pementasan waktu malam itu. Selain aktor yang diatas tadi juga ada beberapa
aktor, yaitu gustanul yang menjadi cat woman, mupet sebagai superman, iis
sebagai reporter, ifah sebagai anak punk dan catrin, nurudin sebagai
wisanggeni.
Rasa
itu benar benar menutup semua yang ada dalam diriku, rasa gr bercampur rasa
bahagia menyelimuti setiap pemikiranku yang .....pokoknya hebat. Ya, pementasan berakhir, kami memberikan sembah penghormatan
kepada seluruh penonton.
Tiga
haripun berlangsung seperti biasa. Tak ada tanda tanda keramaian lagi di kampus
saat itu. Aku masuk wilayah kampus dengan santainya dan juga dengan sedikit
rasa gr yang masih tersimpan dalam hati ini. Akupun berjalan santai dengan
gayaku sendiri. Iiihhh gilaaaaaaa segerombolan wanita cantik menlambaikan
tangan kepadaku dengan gaya manisnya. Ahhhhh sebegitu gantengkah diriku.?
Tanyaku dalam hati. Aku meneruskan perjalanan dengan berat dan juga seribu
dugaan tentang apa yang terjadi pada wanita yang melambikan tangan kepadaku.
Langkahku
semakin jauh. Segerombolan laki laki terlihat asik ngobrol. Tapi tidak ketika
aku lewat di sampingnya, “haiii cinnnn....kenalan doooonnnkkkkk” . sepontan gua
pengen sekali muntah melihat perilaku gerombolah laki-laki tadi.....aku
langsung membuat kesimpulan bahwa mereka benar benar memperhatiakan adegan tiga
malam lalu. Dua minggu berlangsung aku nikmati dan aku rasakan aku dengarka,
aku lihat, dan aku lakukan hal yang berhubungan dengan karakter bencong.
Sapaan-sapaan yang lemah gemulai selalu menghujaniku dari setiap orang yang
sedikit mengagumi peranku. Dan ternyata memang nikmat dan memang bahagia tapi lama
sudah aku tak mengenal diriku lagi.
Hingga
suatu saat aku cuek aja., aku hanya memberikan senyuman kecil yang masih
tersimpan dalam kemarahan dan kejijikan dalam pikiranku walaupun terdapat
sebersit kebahagiaan dan kebanggaan dengan apa yang aku lakukan
Yang
saat itu aku rasakan aku adalah seorang yang populer. Walaupun sebagai seorang
bencong.” Eh cin....tolong yahhhh aku ini laki-laki tulennnn tau ggaaakkk
kalian” dan semua peran bencong kini akan aku hapus dari dalam diriku....aku
muak dengan semua ini kawan.....dan seorang teman berkata padaku” ampun salah
barut” kata yang sangat dalam maknanya bagiku. Kata yang keluar dari seorang
bernama mupessttttt. Dan kini aku telah menjadi diriku sendiri, setelah sekian
lama aku memerakkan karakter orang dalam diriku, kini kuhilangkan rasa bahwa
aku adalah bencong...kini akan kuhilangkan pesona bencong yang melekat dalam
diriku.....”soriiii bencong bukan aku tak menghargai dirimu yang telah
membuatku beda, tapi maaf...aku tidak mau kalau aku salah barut” SALAM SENI
SALAM BUDAYA, SEMOGA AKU TETAP SADAR AKAN SETIAP TINDAKAN, KARENA TEATER ADALAH
KESADARAN. Dan satulagi hal yang aku dapatkan dari pesona itu, yaitu “bahwa aku
masih kecil dan belum lahir”