Tuesday 23 October 2012

MENATAP MATA SANG GURU

MENATAP MATA SANG GURU
Sudah lama hariku berjalan seperti halnya air mengalir, tak ada hal yang membutaku bangga ataupun terharu. Pagi seperti biasa aku mandi dan kemudian makan setelah sebelumnya memakai baju seragam sekolah SMAku. Tak ada yang menyenangkan, karena hari-hariku memang menyenangkan. Di sekolah aku adalah seorang sisiwa yang berprestasi. Hingga banyak para guru yang menyuruhku umtuk menggantikannya untuk menjelaskan pelajaran di depan kelas. Namaku bagus prasetyo seorang anak bangsawan yang sedang belajar di Sekolah Menengah Atas faforit di kotaku.
Matematika aku mempunyai nilai 9,5, bahasa inggris aku mendapatkan nilai seratus dan aku juga pernah menjuarai lomba-lomba tingkat kabupaten yang di situ aku mendapatkan juara satu. Dan banyak lagi pelajaran pelajaran seperti kimia, biologi, bahasa indonesia, fisika, ppkn, olah raga kesenian, bahasa jepang semua aku mendapatkan nilai sembilan keatas dan apalagi pelajaran Agama Islam, semuanya sangat mudah bagiku, hanya sekedar dengan membaca dan menghafalnya.
Oh iya aku juga seorang laki-laki yang populer, bayak para siswa yang mengenalku, baik itu laki-laki maupun perempuan. Pertama karena aku ganteng, kedua karena aku pandai, ketiga karena aku kaya, keempat karena aku pandai bergaul. Kalian tahu guru-guru yang ada di sekolah SMAku juga mengenalku sampai-sampai setiap kali aku berpapasan dengan mereka , mereka selalu memberika senyuman manisnya kepadaku. Tapi ada satu guru yang membuatku  sedikit membosankan karena setiap kali aku berpapasan denganya seperti ada yang berbeda dengan ekspresinya. Dia memang tersenyum manis pdaku namun ketika ia tersenyum matanya selalu berkata yang mungkin aku tak mengertia apa arti makna dari pandangan matanya.
Dia seorang laki-laki bertubuh tinggi besar, ganteng, berambut hitam mengkilap, tubuhnya kekar, hidungnya mirip dengan syakrulkhan, kurang lebih seperti seperti itu gambaranya. Dia merupakan guru baru dalam sekolah kami yang baru saja lulus dari senuah perguruan tinggi ternama di negara kita. Metode-metode yang digunakan sangat menarik, mulai dari membebaskan kami untuk berfikir, dilanjutkan bermai kertas sobekan yang diisi dengan pertanyaan-pertayaan yang belum kami pahami, saking banyak metode yang digunakan  hingga aku lupa metode lainya yang membutakami senang dan tidak ngantuk.
Oh ya ada sesuatau hal yang belum aku katakan tentang diriku. Yaitu aku adalah seorang playboy. Karena kegantengan, kepintara, kehangatanku dalam bergaul bayak cewek yang menyatakan cinta padaku. Aku tak bisa menipu diriku sendiri untuk mencari pengalaman maka aku terima semuanya walaupun aku meminta satu prsyaratan yaitu tidak boleh mengatakan kalau akau dan dia itu pacaran. Selesai sudahkan urusanya!, mereka saling diam dan tak akan ada rasa curiga dalam dirinya. Kalian tahu ada sekitar dua wanita cantik untuk setiap kelas yang aku pacari, mantapkannnn.
Hari itu jam pertama aku masuk kekelas untuk belajar pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan teman-temanku dan juga guru yang aneh itu. Pembehasan kali tiu adalah tentang beriman kepada Allah. “Iman kepada Allah berarti meyakini dalam hati mengucapkan dalam lisa dan melakukanya dengan perbuatanya”, “ Iman tidak hanya percaya tapi juga harus melakukan dalam perbuatan”. Itu mungkin kata-kata yang aku ambil dari pejelesanya, itu Cuma sedikit yang aku tahu sebenarnya masih banyak lagi yang aku ingat.
Lama ia menjelaskan walaupun banyak dari kami yang tidak mendengarkan ceramah-ceramah bodoh yang membicarakan hal-hal yang tidak logis. Akan tetapi ketika ia menyimpulkan materi yang telah di sampaikan yaitu tentang pengertian kepada Allah yang ada di atas. Matanya mengeluarkan cahaya, sepertinya ia seperti ingin menagis, padahal kata kata itu biasa saja tak ada yang istimewa bagiku. Ia pun keluar dengan wajaah yang tertunduk seperti sedang berbicara terhadap dirinya sendiri, aku dan teman teman merasa telah keluardari dalam sebuah penjara. Yang tak sama sekali kami suka. Kami langsung mengerjakan tugas-tugas fisika yang memang kami sukai.
Lama berselang bel istirahat berbunyi. Aku menyempatkan diri untuk pergi ke perpustakaana. Langkahku biasa namun suara yang tak asing lagi terdengar merintih “apakah ini cobaan, apakah ini ujian, dan apakah ini pentunjuk” aku penasaran aku mendekatkan telingaku kesebuah ruangan kecil yang terdapat dalam ruang perpus. Saat itu perpus terlihat sepi, hanya tumpukan buku diriku dan suara itu. “teman..coba bantu aku berfikir, apakah arti pendidikan dalam benakmu.” Suara keras dan lirih dan sedikit meratap kembali terdengar.” Kenapa kamu dia kawan, aku adalah guru PAI yang menyuarakan moral dan tingkah laku kehidupan menurut agama Islam, dan mereka ...mereka hanya mencari sebuah angka yang tak akan ada artinya jika ilmu kehidupan itu tidak di amalkan, apa arti dari sebuah pengetahuan jika tak bisa mengamalkan. Apakah PAI ini sudah menjadi sebuah ilmu, seperti halnya ilmu-ilmu yang hanya untuk di ketahui, maaf kawan mendramatisir semua yang aku rasakan dan aku pikirkan ” suara itu lenyap dan orang ganteng yang aneh itu keluar dengan menetaskan air mata, ia memandangku dengan rasa berat dan malu .

No comments: