Thursday 27 March 2014

dia bidadari yang malang

aku tak tahu kenapa aku menilaimu seperti ini. aku juga tak pernah tahu kenapa aku sangat memperhatikan secara detail. dari semua yang kamu lakukan aku tahu semuanya, (menurutku). bidadari yang malang jangan bersedih atas semua yang kau jalani, penderitaanmu, kekerasan yang kau terima, perlakuan buruk yang kau teriama, hinaan, pujian, dan kadang pelecehan yang sangat tidak pernah aku suka melihatnya. 
bidadari yang cantik, kamu pasti merasa dengan apa yang kau alami bahkan mungkin kau juga tahu apa yang sebenarnya yang aku rasakan kepadamu, sebuah rasa yang menurutku ini adalah rasa cinta, walaupun kadang sesekali aku juga memungkiri itu semua. salan sayang selalu untukmu bidadari. 

" laksana petir yang dasyat, serupa ledakan dasyat gunung berapi, layaknya gelombang aor laut yang menghantam batu karang, kau tak perah lelah, walaupun kaulelah, kau tak pernah bersedih walaupun kamu sedih,"

"bidadari penghuni surga, relakanlah jiwaku ini beserta badan ini untuk mengabdikan diri padamu, relakanlah tangan ini membelaimu, relakanlah semua urusanmu adalah urusanku, relakan semua karena aku adalah kamu, karena dirimu adalah aku"

"tak pernah padam, api matahari yang menimbulkan panas di bumi, tak juga hilang manusia suci, yang terkucilkan, tak juga akan menjadi intan duri melati yang hinggap dalam sarang madu burung madu."

"tatapan matahari dalam matamu, menyilaukan dan menghancurkan hati yang sekeras baja, senyuman es yang kau lempar tak akan pernah menjadikan malapetaka."


"cermin emas masalalu, derita lucu telah berlalu,"
keringat kering di atas bahu, mengalir indak tak tahu kapan"

dalam air susu dalam gelas
tak sedalam air lau
tapi samudra kelembutan yang berisi intan dalam hatimmu adalah ilmuku



sajak-sajak tak pernah punya arti ini, tak sanggup mewakili seribu kekagumanku padamu..


titik indah tak pernah terlihat oleh keburukan







sinar sayup itu adalah energi




sementara jalan kecil dalam pikiranmu adalah hjdasfhjhjfhdfj



 

Monday 24 March 2014

sebuah cerita (satu tetes tinta dan satu gelas susu)



Satu tetes tinta dan satu gelas susu


Ketika malam hari pukul 03.00 terdenga suara orang membaca lantunan ayat suci Al-Qur’an. Suara itu begitu merdu sehingga pada malam itu suasana menjadi hening, atau keheningan yang ada saat itu menjadi terisi oleh lantunan ayat suci Al-Qur’an. Katakan si pembaca Al Qur’an bernama Husna. Dia putra dari bapak hasan, husna terkenal dengan sosok wanita yang selalu melakukan hal-hal positif seperti mengaji kumpul-kumpul bersama remaja masjid bahkan dia adalah ketua rohis di kampungnya.
Saat itu matahari pagi mulai menampakan cahayanya. Husna seperti biasa melakukan aktifitasnya seperti membantu ibu di dapur, menyiram tanaman dan juga pekerjaan yang lain. Husna juga sama seperti wanita lain yang menyempatkan diri untuk ikut bergaul dengan masyarakat. Selain itu juga husna juga sering membaca buku buku baik buku pelajaran maupun buku tentang keagamaan di halaman depan rumahnya. Tak lama husna berada di halaman banyak dari para tentangga yang datang untuk sekedar berbincang-bincang dengan nya. Tapi yang namanya wanita dalam satu pembicaraan atau perkumpulan pasti ada lah acara yang tek boleh dilewatkan yaitu membicarakaan orang lain. Husna hanya dia dia ingin menegur tapi ia masih bisa menghargai tetangganya karena memang mereka juga lebih tua darinya dan tak patut juga rasanya kalau anak kecil meneggur orang tua walaupun itu benar. Tak lama azda zdhuhur berkumandang. Mereka pun pulang kerumah masing-masing, begitu juga dengan husna yang hanya tinggal beberapa langkah untuk masuk dalam rumahnya.
Bapak hasan yang juga merupakan ayah dari husna adalah seorang yang bisa di bilang mempunyai kelebihan ilmu agama di banding dengan orang lain. Saat para tetangga mempunyai hajat pasti dan harus mengundang bapak hasan. Maklumlah bapak hasan kan merupakan tokoh agama di desa itu
Ketika tengah malam kira-kira pukul 00.00 wib salah satu tetangga  

Sebuah Cerita Dari Teman



Hai kawan, kali ini saya akan menceritakan atau menuliskan fakta yang di bumbui atau ditambah dengan fiktif juga. Ingat engga ada sebuah pepatah yang berbunyi “mulutmu harimaumu”. Sebenarnya tidak Cuma berbahaya untuk yang punya mulut itu melainkan berbahaya untuk orang-oang yang ada di sekitarnya. Bahaya mulut akan berakibat sangat fatal apabila tidak di selesaikan secara profesional (lho kok bisa....). karena mulu itu anugerah dari Allah SWT, yang harus kita jaga. Baik buruknya kata atau pembicaraan pasti keluarnya dari mulut. Iya...kan..kawan? ??
Disini saya akan meceritakan salah satu contoh seseorang yang tidak bisa menjaga mulutnya sendiri dan hal itu cukup membuat perasaanku tak enak, sedihpun tak kunjung lewat. Sepulang sekolah saya seperti biasa meletakan tas di kamar. Saya bertempat di kamar A 1, bertepatan berada dilantai satu. Jadi tak capai-capai buat naik keatas. Kebetulan waktu itu aku masih berada di pesantren. Eit...lanjut cerita yang tadi yah....he..he....! setelah di kamar aku merasa bosan, karena pas itu kebetulan tidak ada seorangpun di kamarku. Mereka semu sedang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, saya akhirnya main kekamar sebelah tepatnya kamar A2, tidak sengaja saya mendenga cerita-cerita mereka sedikit terdengar ternyata mereka membicarakan tentang diriku. Tapi aku mencoba untuk biasa, seolah-olah aku tak mendengar erita yang sedang mereka obrolin.
Tapi apa yang terjadi, mereka menatapku dengan pandangan sinis, tapi aku tetep biasa, karena aku sendiri tidak tahu kenapa mereka seperti itu. Tetapi tiba-tiba ada salah satu dari mereka yang mengatakan,”nek wong ayu ya kabeh-kabeh wong lanang pada lengket”. Aku langsung diam dan dengan muka agak memerah. Aku bener gak tahu apa maksud mereka. Akhirnya aku mencoba untuk memberanikan diri bertanya: “kenapa si tiba-tiba kalian bicara seperti itu?”.mereka tetep terdiam dengan pandangan agak sinis.
Aku mendesak bertanya pada mereka, apa maksud dari ucapanya tadi, karena biar tidak ada kesalah pahaman.akhirnya salah satu dari mereka bercerita. Alasanya karena ada salah satu teman cowok mereka yang sedang ngobrol sama aku. padahal bukan ngobrol tapi sebenarnya si cowok itu hanya sekedar bertanya tentang materi ke aku. tetapi si cewek salah paham 
 akhirnya aku luruskan kesalah pahaman itu. 

Saturday 15 March 2014

Sistematika Laporan PTK




Sistematika Laporan PTK
Halaman Judul
Pernyataan Keaslian
Halaman Persetujuan Pembimbing
Halaman Pengesahan
Moto dan Persembahan
Prakata
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar/Bagan
Daftar Lampiran
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
2. Pemecahan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
4. Bagi ……..dst
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
B. Kajian Empiris (hasil penelitian relevan)
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III: METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian
( disini kemukakan rancangan penelitian yaitu PTK beserta tahapan-tahapannya )
B. Perencanaan Tahap Penelitian
1. Perencanaan Siklus I
2. Perencanaan Siklus II
3. Perencanaan siklus seterusnya....
C. Subjek Penelitian
D. Tempat Penelitian
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
2. Sumber Data
3. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Indikator keberhasilan
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan siklus I
a. Paparan Hasil Belajar (bisa ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan chart dll.)
b. Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran
c. Refleksi
d. Revisi (paparkan apa yang perlu diperbaiki pada siklus I)
2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan siklus II
a. Paparan Hasil Belajar (bisa ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan chart dll).
b. Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran
c. Refleksi
d. Revisi (paparkan apa yang masih perlu diperbaiki pada siklus II).
3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III dst....tergantung penelitian
tersebut sampai pada siklus untuk mencapai indikator keberhasilan.
B. Pembahasan
1. Pemaknaan temuan penelitian
2. Implikasi hasil penelitian
BAB V: PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
Berisi di antaranya : kisi-kisi instrumen, instumen penelitian, RPP, data hasil penelitian,
surat bukti pengambilan data, ijin penelitian, foto penelitian dll.


proposal skripsi PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI





PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS V
SD NEGERI BREBES 11

Oleh
Enggun Gunawan
1401909056





JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
PENGESAHAN

Proposal yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pada Materi Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
di Kelas V SD Negeri Brebes 11.
Telah disetujui dan disahkan,
Hari                 :
Tanggal           :

Dosen Pembimbing I





Dra. Noening Andrijati, M.Pd
NIP 19680610 199303 2 002

Dosen Pembimbing II





Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd
NIP 19611018 198803 1 002

Mengetahui,
Koordinator PGSD UPP Tegal


Drs. Yuli Witanto
NIP 19640717 198803 1 002








A.      Judul
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pada Materi Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual di Kelas V SD Negeri Brebes 11.

B.       Bidang Kajian
1.         Mata Pelajaran : Matematika
2.         Bidang Kajian :  Strategi Pembelajaan

C.      Pendahuluan
1.         Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum bahwa Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global (2010: 2). Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk kemajuan suatu bangsa. Maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subjek dalam pembangunan, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri.
 Di dalam suatu pendidikan tentunya diperlukan suatu kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan (Rifai dan Anni, 2009: 191). Melalui proses pembelajaran, siswa akan memperoleh pengalaman berupa informasi dan pengetahuan yang nantinya dapat memberikan perubahan kepada siswa menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran matematika khususnya di Sekolah Dasar, siswa diharapkan bukan hanya mengenal konsep yang ada dalam matematika tetapi juga dapat memahami, menguasai materi, dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam membelajarkan matematika di Sekolah Dasar, guru perlu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan intelektual siswa dan karakteristik matematika.
Karakteristik objek matematika yang abstrak dan tahapan berpikir siswa SD yang masih berada pada tahap berpikir konkret ini membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari siswa, guru, dan instansi yang menghasikan guru SD atau yang terkait lainnya. Dalam hal ini, untuk memperoleh pemahaman matematika yang baik dibutuhkan aktivitas yang tinggi. Oleh karena itu, perlu diciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, dalam arti bahwa proses pembelajaran matematika dapat menjadi suatu kegiatan yang diminati siswa. Di samping itu, guru perlu memilih pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, mendorong aktivitas, dan merangsang motivasi siswa.
Dikarenakan objek yang dipelajari bersifat abstrak maka, pembelajaran harus  disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan siswa. Piaget dalam Sumantri dan Syaodih (2008: 1.15) mengemukakan proses anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu:
a.       Tahap sensori motor (0 sampai 2 tahun)
Pada tahap ini, pengetahuan yang diperoleh hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan menerapkannya pada objek-objek nyata.
b.      Tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini, perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan berdasarkan analisis rasional.
c.       Tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini, permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan konkret.
d.      Tahap operasional formal (11 sampai 15 tahun)
Tahap ini ditandai dengan pola pikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir orang dewasa terhadap permasalahan dari semua kategori, baik yang abstrak maupun konkret.
Karakteristik matematika yang ilmunya bersifat deduktif dan objeknya abstrak, menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa SD yang  masih berpikir konkret. Akibatnya, sangat dimungkinkan banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar matematika.
Kegagalan belajar matematika ini juga dialami oleh siswa Kelas V SD  Brebes 11. Berdasarkan hasil tes formatif, rata-rata nilai kelas yang mampu dicapai siswa pada tahun pelajaran 2009/2010 semester gasal pada standar kompetensi dan kompetensi dasar bilangan bulat sebesar 58,8. Hal ini berarti bahwa rata-rata kelas yang dicapai siswa rendah, karena kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Dilihat dari daftar nilai Kelas V tahun pelajaran 2009/2010, dari jumlah siswa 35 anak ada 16 (45,7%) anak yang nilainya kurang memenuhi standar ketuntasan minimal. Dengan kata lain, ketuntasan belajar siswa pada standar kompetensi dan kompetensi dasar bilangan bulat belum mencapai 75%. Penyebab kegagalan belajar matematika ini selain disebabkan karena materinya sulit, juga karena guru tidak mengaitkan materi pembelajaran  dengan lingkungan yang ada di sekitar siswa.  Di samping itu, guru belum menemukan pendekatan pembelajaran yang dapat memberi pemahaman konsep yang lebih baik dan dapat mengaktifkan secara fisik maupun mental siswa dalam belajar.  
Selama ini, metode yang digunakan oleh  guru dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran konvensional yang menyebabkan siswa hanya datang, duduk, menulis materi yang telah dituliskan oleh guru  di papan tulis, mendengarkan guru menjelaskan materi, dan mengerjakan tugas. Dalam penyampaian materi, guru cenderung monoton dan interaksi yang terjadi hanya satu arah, sehingga siswa kurang leluasa dalam menyampaikan ide-idenya. Materi yang disampaikan juga tidak dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari, sehingga siswa mudah lupa dan tidak dapat mengaplikasikannya. Selain itu, guru jarang menggunakan alat peraga dalam mengajar karena hanya menggunakan papan tulis sebagai media. Beberapa pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa umumnya hanya untuk mengingat fakta dan bukan untuk memikirkan konsep. Kondisi tersebut mengakibatkan siswa kelas V cenderung pasif dalam proses pembelajaran, cepat bosan bila mendengarkan penjelasan dari guru, dan banyak siswa yang mengantuk ketika mengikuti pembelajaran. Kondisi pembelajaran matematika SD yang demikian, harus segera dicari jalan keluarnya, agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar bahkan hidupnya dengan baik.
Pengetahuan yang diperoleh siswa di tingkat SD akan sangat berguna bagi penguasaan matematika di jenjang berikutnya. Pembelajaran matematika SD menjadi dasar atau alat bagi kemampuan-kemampuan matematika lainnya. Agar pembelajaran di kelas berhasil, perlu dikembangkan proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa agar terlibat aktif, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan belajar yang menantang, serta memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan dan menghargai setiap pencapaian siswa. Dengan demikian, seorang guru di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran harus bisa membuat situasi pembelajaran yang menyenangkan, menantang, lebih kreatif daripada  menggunakan alat peraga atau media pembelajaran yang biasa digunakan pada berbagai tempat dan keadaan, baik di sekolah maupun di rumah.
Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang selama ini diterima siswa berupa hafalan perlu ditambahkan dengan menghubungkan antara materi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa. Pendekatan yang dimaksud yaitu pendekatan kontekstual.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan kontekstual melibatkan aktivitas belajar siswa yang tinggi, sarana untuk membangun kerjasama dalam kelompok, melatih siswa mempunyai tanggung jawab perseorangan, dan lain-lain, sehingga beban materi dan tugas yang berat menjadi lebih ringan dan mudah. Misalnya pada materi bilangan bulat, guru menunjukkan benda-benda baik itu yang ada di sekitar kelas maupun di sekitar lingkungan sekolah seperti sedotan warna-warni, potongan lidi, kartu bilangan bulat untuk menjelaskan materi bilangan bulat.  Dengan pembelajaran kontekstual sangat dimungkinkan siswa menemukan konsep sendiri, memperoleh pemahaman langsung dan nyata, sehingga pendekatan pembelajaran ini juga sesuai dengan kehidupan siswa.
Dari uraian di atas, penulis berupaya untuk memberikan solusi mengenai masalah pembelajaran bilangan bulat di kelas V melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pada Materi Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual di Kelas V SD Negeri Brebes 11”.

2.         Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a.    Perumusan Masalah
Karena kualitas pembelajaran merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa selain faktor dari diri siswa, maka yang menjadi permasalahan utama yang hendak dipecahkan   yaitu:  
Apakah pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas V pada materi bilangan bulat? Prosedur pembelajaran kontekstual dilakukan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan  peristiwa, dan atau benda yang ada di sekitar siswa. Dalam penerapannya, pendekatan kontekstual lebih ditekankan pada komponen inkuirinya (siswa menemukan jawaban sendiri). Kualitas yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup komponen siswa dan guru. Pada siswa ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar, pada guru dilihat dari penampilan dalam pembelajaran.
b.    Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan tersebut, dengan mengkaji latar belakang dan uraian lain sebelumnya, maka:
1)      Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran bilangan bulat adalah pendekatan kontekstual.
2)      Pendekatan kontekstual ditempuh dengan menggunakan konteks berupa peristiwa dan benda atau objek yang dekat dengan siswa.
3)      Menggunakan benda konkret atau tiruannya (alat peraga).
3.         Tujuan Penelitian
a.    Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar matematika di kelas V SD Brebes 11 pada materi bilangan bulat.
b.    Tujuan Khusus
1)        Meningkatkan keaktifan siswa kelas V dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat.
2)        Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat.
3)        Meningkatkan penampilan guru kelas V dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat.
4.         Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
a.         Bagi Siswa
1)      Meningkatnya aktivitas dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat.
2)      Meningkatnya hasil belajar dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat.
b.         Bagi Guru
1)      Memperoleh pendekatan pembelajaran yang sesuai dalam kegiatan pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat.
2)      Meningkatnya performansi guru dalam pembelajaran matematika.
c.         Bagi Sekolah
1)      Memberikan sumbangan atau masukan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.

D.      Kajian Pustaka
1.    Pengertian Belajar
Gagne dan Berliner dalam Anni, dkk (2006: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Selanjutnya Slavin dalam Anni, dkk (2006: 2) berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Selain itu, Gagne dalam Anni, dkk (2006: 2) juga mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Di sisi lain, Morgan, et,al dalam Anni, dkk (2006: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat merubah seseorang baik itu perilaku maupun kecakapan manusia yang dikarenakan adanya praktik atau pengalaman.
2.    Prinsip-prinsip Belajar
Menurut para ahli ada beberapa prinsip dalam belajar (Anni,dkk 2006: 97) di antaranya:

a.         Swa Arah (Self-Direction)
Prinsip ini menyatakan bahwa sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memutuskan bahan belajar yang ingin dipelajari. Bahan belajar yang ingin dipelajari siswa hendaknya memenuhi kebutuhan, keinginan, hasrat ingin tahu, dan fantasinya. Prinsip ini menekankan pada motivasi intrinsik, dorongan dari dalam untuk bereksplorasi, dan hasrat ingin tahu yang timbul dari dalam diri siswa.
b.        Belajar tentang Cara-cara Belajar (Learning How to Learn)
Prinsip ini menyatakan sekolah hendaknya menghasilkan anak-anak yang secara terus menerus menumbuhkan keinginannya untuk belajar dan mengetahui cara-cara belajar.
c.         Evaluasi Diri (Self-Evaluation)
Prinsip ini menyatakan bahwa evaluasi diri sangat diharapkan oleh siswa. Evaluasi diri merupakan prasyarat bagi perkembangan kemandirian siswa.
d.        Pentingnya Perasaan (Important of Feelings)
Secara spesifik, para ahli merekomendasikan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya menekankan nilai-nilai kerjasama, saling menghormati, dan kejujuran, baik pada waktu membuat contoh dan pada waktu mendiskusikan, serta memperkuat nilai-nilai yang dipelajari siswa.
e.         Bebas dari Ancaman (Freedom of Threat)
Belajar akan lebih mudah, lebih bermakna, dan lebih dioptimalkan, apabila belajar itu terjadi dalam suasana yang bebas dari ancaman. Ancaman dalam hal ini, di antaranya siswa selalu dikendalikan dan dievaluasi oleh sekolah dan guru, mereka tidak memiliki pilihan untuk memilih bahan belajar, dan tidak ada kesempatan memilih kegiatan belajar dengan gaya belajarnya sendiri. Berbagai persoalan itu akan menjadi ancaman bagi pembelajar yang pada gilirannya akan mengganggu belajarnya.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar memerlukan beberapa prinsip. Prinsip tersebut di anataranya yaitu sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memutuskan bahan belajar yang ingin dipelajari;  guru dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya menekankan nilai-nilai kerjasama, saling menghormati, dan kejujuran, baik pada waktu membuat contoh maupun pada waktu mendiskusikan, serta memperkuat nilai-nilai yang dipelajari siswa; evaluasi diri sangat diharapkan oleh siswa; dan belajar akan lebih mudah, lebih bermakna, dan lebih dioptimalkan, apabila belajar itu terjadi dalam suasana yang bebas dari ancaman.
Kaitan antara teori di atas dengan penelitian yang dilakukan yaitu hendaknya seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran terhadap siswa perlu memperhatikan prinsip—prinsip di atas, dengan tujuan agar pembelajaran lebih optimal dan hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3.    Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh  berupa pengusaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanankan aktivitas  belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Anni, dkk: 5).
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akan menentukan apakah kegiatan pembelajaran itu berhasil atau tidak.


4.    Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Seperangkat faktor yang memberikan kontribusi belajar yaitu kondisi internal dan eksternal pembelajaran. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kondisi eksternal mencakup variasi dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar (Anni,2006: 14).
Menurut Natawidjaja dan Moesa (1992: 79) ada dua faktor yang mempengaruhi belajar seseorang yaitu:
a.         Faktor dari dalam diri individu yang belajar (intern) yang mencakup antara lain:
1)        Kematangan untuk belajar
Kematangan untuk belajar ada kaitannya dengan pertumbuhan biologis. Misalnya, anak yang dalam masa pertumbuhannya belum tiba pada suatu tahap untuk belajar berjalan maka janganlah dipaksa untuk mulai belajar berjalan. Pemaksaan untuk belajar sebelum sampai pada tahap kematangannya, akan menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan.
2)        Kemampuan atau keterampilan untuk belajar
Faktor ini merupakan prasyarat bagi keberhasilan proses belajar. Seseorang yang memiliki kemampuan belajar awal yang tinggi, akan lebih cepat berhasil dalam belajar.
3)        Dorongan untuk berprestasi
Dorongan ini pada dasarnya sudah ada pada diri seseorang sejak dilahirkan. Tinggi rendahnya dorongan ini akan sangat bergantung pada pengalaman orang yang bersangkutan dalam menggunakan dorongan ini.
b.        Faktor dari luar diri individu yang belajar (ekstern) yang mencakup antara lain:
1)      Suasana di tempat belajar
Faktor ini merupakan suasana fisik dan suasana psikologis di sekitar tempat belajar. Pada umumnya, siswa akan lebih senang belajar di tempat yang tertata dengan rapi, bersih, dan menyenangkan. Di samping faktor suasana lingkungan tempat belajar secara fisik, suasana lingkungan psikologis juga sangat mempengaruhi proses belajar.
2)      Pelatihan
Pelatihan dalam arti psikologis berarti pengulangan respon sewaktu terjadinya rangsangan atau stimulus. Mengulangi hubungan stimulus-respon dapat memperkuat hubungan itu. Ini berarti bahwa makin sering upaya untuk mengulangi terjadinya hubungan stimulus-respon itu, makin kuatlah hubungannya dan pada gilirannya dapat meningkatkan mutu perilaku yang ditumbuhkan oleh upaya pengulangan itu.
3)      Penguatan (reinforcement)
Penguatan terhadap respon yang diberikan siswa kepada stimulus pembelajaran merupakan upaya yang efektif untuk mencapai keberhasilan belajar dan pembelajaran. Penguatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem ganjaran atau penghargaan terhadap respon siswa kepada stimulus yang sesuai dengan yang diinginkan dalam rangka pembelajaran itu.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor pertama yaitu faktor dari dalam diri siswa, meliputi kematangan untuk belajar, kemampuan atau keterampilan untuk belajar, dan dorongan untuk berprestasi. Faktor kedua yaitu faktor dari luar diri siswa meliputi suasana di tempat belajar, pelatihan, dan pemberian penguatan.
Dalam penelitian ini, faktor internal yang dinyatakan sebagai hasil belajar siswa pada materi bilangan bulat dan aktivitas belajar siswa.

5.      Pendekatan Kontekstual
a.       Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah sebuah pendekatan dalam  proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. (Jhonson 2010: 67)
b.      Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual (Amri.dkk, 2010: 28) adalah sebagai berikut:
1)      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri (siswa menemukan jawaban sendiri) untuk semua topik.
2)      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3)      Ciptakan komunitas belajar (belajar dalam kelompok).
4)      Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
5)      Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
6)      Lakukan penilaian.
Untuk langkah-langkah kegiatan inkuiri antara lain sebagai berikut:
(a)    Merumuskan masalah.
(b)   Mengamati atau melakukan observasi.
(c)    Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.
(d)   Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiens yang lain.
c.       Prinsip dalam Pembelajaran Kontekstual
Untuk memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual, maka dalam pembelajaran berbasis kontekstual harus mempunyai dasar pemikiran dengan acuan strategi yang berprinsip pada:
1)        Berpusat pada siswa.
2)        Mengembangkan kreativitas siswa.
3)        Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna.
4)   Prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
5)   Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna.
6)        Belajar melalui berbuat, siswa aktif berbuat.
7)        Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan.
8)        Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya.
9)   Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah. (Amri.dkk, 2010: 36).
d.      Penerapan Pendekatan Kontekstual
Supinah (2008: 10) menjelaskan bahwa untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru dalam pembelajarannya perlu mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama CTL yakni sebagai berikut:
a.    Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism).
b.    Membentuk grup belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups), yaitu agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama kelompok, maka pembelajaran hendaknya selalu dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok.
c.    Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry), yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
d.   Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (questioning). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memahami kemampuan berpikir siswa, sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menunjukkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat diterapkan antara siswa dan siswa, antara guru dan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dan orang baru yang didatangkan di kelas.
e.    Pemodelan (modelling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Namun demikian, guru bukan satu-satunya model. Model belajar dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau dapat juga mendatangkan dari luar.
f.     Refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah  dilakukan di masa yang lalu. Kuncinya yaitu bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.
g.    Penilaian sesungguhnya (authentic assesment), adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.  Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya terhadap hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya merupakan salah satunya. Itulah hakikat penilaian yang sebenarnya.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran materi bilangan bulat Kelas V dengan cara guru menggunakan benda-benda yang  ada di sekitar siswa. Baik itu di ruang kelas, maupun di luar kelas seperti sedotan warna-warni, lidi, alat  peraga kartu bilangan. Benda-benda tersebut dijadikan sebagai media pembelajaran, agar siswa mudah memahami konsep bilangan bulat. Pada penelitian ini, penulis menekankan pada komponen inkuiri.
e.       Penilaian dalam Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecapakan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Adapun bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penilaian portofolio berupa hasil pekerjaan siswa baik dalam mengerjakan soal LKS maupun soal evaluasi.

6.      Tinjauan Materi Bilangan bulat
Materi digunakan dalam penelitian ini mencakup:
Standar Kompetensi    : Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat Standar Kompetensi  :   dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar        : Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat   termasuk penggunaan sifat-sifatnya,  pembulatan, dan penafsiran.
Alokasi Waktu              :   10 Jam Pelajaran
a.         Sifat Komutatif (Pertukaran)
1)    Sifat komutatif pada penjumlahan
Sifat komutatif pada penjumlahan dapat ditulis a + b = b + a, dengan a dan b sembarang bilangan bulat.
2)    Sifat komutatif pada perkalian
Sifat komutatif pada perkalian dapat ditulis a × b = b × a, dengan a dan b sembarang bilangan bulat.
b.         Sifat Asosiatif (Pengelompokan)
1)    Sifat asosiatif pada penjumlahan
Sifat asosiatif pada penjumlahan dapat ditulis (a + b) + c = a + (b + c) dengan a, b, dan c sembarang bilangan bulat.
2)    Sifat asosiatif pada penjumlahan perkalian
Sifat asosiatif pada perkalian dapat ditulis (a × b) × c = a × (b × c) dengan a, b, dan c bilangan bulat.
c.         Sifat Distributif (Penyebaran)
Sifat distributif pada penjumlahan dan pengurangan dapat ditulis:
a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
a × (b – c) = (a × b) – (a × c). Dengan a, b, dan c bilangan bulat.
d.        Menggunakan Sifat Komutatif, Asosiatif, dan Distributif
Sifat komutatif, asosiatif, dan distributif dapat digunakan untuk memudahkan perhitungan.
7.      Aktivitas Belajar Siswa
Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa aktivititas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktek dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah.
Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus memahami dasar-dasar mengajar dan melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Salah satu unsur dalam dasar-dasar mengajar yaitu keaktifan belajar siswa. Aktivitas belajar siswa dalam mencoba mengerjakan sesuatu sangat besar artinya dalam pendidikan dan pembelajaran, karena hasil yang dicapai siswa akan menjadikannya rajin, tekun, pantang menyerah, dan percaya diri.

8.      Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bilangan Bulat
Berdasarkan pemahaman, karakteristik, dan komponen pendekatan kontekstual, beberapa penerapan yang dapat dikembangkan oleh  guru melalui pembelajaran kontekstual.
a.       Pembelajaran berbasis masalah
b.      Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
c.       Memberikan aktivitas kelompok
d.      Membuat aktivitas belajar mandiri
9.      Kerangka Berpikir
Karakteristik matematika yang abstrak sebagai penyebab materi matematika sulit dipahami oleh siswa dan menjadikan matematika menjadi mata pelajaran yang menakutkan. Demikian pula dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, masih bersifat klasikal dan penggunaan media yang sangat terbatas membuat matematika sulit untuk dipelajari dan berakibat siswa kurang begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini dialami oleh siswa lebih menonjolkan pada tingkat hafalan materi, dan tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, sehingga siswa belum bisa menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya.
Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatan pengetahuan yang mereka peroleh dalam kehidupan nyata. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif dan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru akan mudah diterima siswa.
Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual memungkinkan guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru. Jadi dapat dikatakan bahwa dengan pendekatan pembelajaran kontekstual akan dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar matematika di SD khususnya pada Kelas V materi bilangan bulat.

10.  Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Dengan penerapan pendekatan kontekstual, maka:
a.         Aktivitas  belajar  matematika Kelas V SD Negeri Brebes 11 pada materi bilangan bulat dapat ditingkatkan.
b.         Hasil belajar matematika Kelas V SD Negeri Brebes 11 pada materi bilangan bulat dapat ditingkatkan.
c.         Performansi guru dalam membelajarkan materi bilangan bulat dapat ditingkatkan.
E.       Prosedur Penelitian
1.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa kelas V SD Negeri Brebes 11 Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes  yang berjumlah 37 dengan satu rombongan belajar.
2.      Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Brebes 11 Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 bulan, terhitung mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2011.

3.      Faktor yang diselidiki
Agar mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang akan diselidiki yaitu:
a.       Faktor yang berasal dari siswa yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Brebes 11 dalam pembelajaran bilangan bulat.
b.      Faktor yang berasal dari guru yaitu penampilan guru dalam membelajarkan materi bilangan bulat.
c.       Faktor instrumen berupa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan bilangan bulat.

4.      Prosedur PTK
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari 5 jam pelajaran yaitu  2 x 2  jam pelajaran untuk kegiatan pembelajaran, dan 1 jam pelajaran untuk tes formatif. Siklus II terdiri dari 5 jam pelajaran yaitu  2 x 2 jam pelajaran untuk kegiatan pembelajaran, dan 1 jam pelajaran untuk tes formatif. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh peneliti pada setiap siklus terdiri dari:
a.         Siklus I
1)      Perencanaan
a)        Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi  penggunaan sifat komutatif dan asosiatif dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b)        Menyusun lembar kegiatan siswa untuk dikerjakan oleh siswa dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas komunikasi siswa dan guru dalam pembelajaran.
c)        Membuat soal tes individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi penggunaan sifat komutatif dan asosiatif.
d)       Membentuk kelompok dengan memperhatikan keseimbangan kemampuan siswa antar kelompok.
e)        Mempersiapkan media pembelajaran berupa sedotan warna-warni.

2)      Pelaksanaan
a)      Guru menyiapkan RPP.
b)      Guru menyiapkan media pembelajaran.
c)      Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran.
d)     Guru menyampaikan materi tentang penggunaan sifat komutatif dan asosiatif.
e)      Guru membagi siswa dalam 6 kelompok di mana dalam satu kelompok terdiri dari 6 siswa yang heterogen dan 1 kelompok terdiri dari 7 siswa.
f)       Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan bersama anggota kelompoknya, anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum paham.
g)      Guru memantau perilaku siswa dan memberikan arahan kepada siswa atau kelompok yang bertanya.
h)      Tiap kelompok memaparkan hasil pekerjaan.
i)        Guru memberikan soal evaluasi kepada seluruh siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu.
j)        Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran.

3)        Pengamatan
Selama kegiatan belajar, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan guru mitra mengamati guru (peneliti) dalam proses pembelajaran dengan materi penggunaan sifat komutatif dan asosiatif.
4)        Refleksi
Hasil pada tahap pengamatan tentang aktivitas dan hasil belajar siswa serta kinerja guru dalam proses pembelajaran dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk perbaikan-perbaikan pada perencanaan pelaksanaan siklus II.
b.      Siklus II
1)        Perencanaan
a)        Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah berdasarkan hasil refleksi siklus I.
b)        Merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi penggunaan sifat distributif dalam bentuk RPP.
c)        Menyusun lembar kegiatan siswa untuk didiskusikan dalam kelompok dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas komunikasi siswa dan guru dalam pembelajaran.
d)       Membuat soal tes individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi penggunaan sifat distributif.
e)        Mempersiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
2)        Pelaksanaan
a)        Guru menyiapkan RPP.
b)        Guru menyiapkan media pembelajaran berupa sedotan warna-warni.
c)        Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran.
d)       Guru menyampaikan materi tentang penggunaan sifat distributif.
e)        Guru membagi siswa dalam 6 kelompok di mana dalam satu kelompok terdiri dari 6 siswa yang heterogen dan 1 kelompok terdiri dari 7 siswa.
f)         Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan bersama anggota kelompoknya, anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum paham.
g)        Guru memantau perilaku siswa dan memberihan arahan kepada siswa atau kelompok yang bertanya.
h)        Tiap kelompok memaparkan hasil pekerjaan.
i)          Guru memberikan soal evaluasi kepada seluruh siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu.
j)          Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran.
3)      Pengamatan
Selama kegiatan belajar, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan guru mitra mengamati guru (peneliti) dalam proses pembelajaran dengan materi penggunaan sifat distributif.

4)      Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II dilakukan analisis data. Hasil pada tahap pengamatan tentang aktivitas dan hasil belajar siswa serta kinerja guru dalam proses pembelajaran dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, sehingga  diperoleh dan diketahui apakah penelitian ini efektif mampu meningkatkan kerjasama, keakftifan, dan hasil belajar siswa khususnya pada materi bilangan bulat.
5.      Sumber, Jenis dan Cara Pengumpulan Data
a.       Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah: siswa, guru dan dokumen.
1)        Siswa
Data yang berasal dari siswa berupa hasil tes formatif dan informasi tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran bilangan bulat.
2)        Guru
Data yang berasal dari guru berupa hasil pengamatan terhadap aktivitas performansi guru dalam membelajarkan bilangan bulat.

3)        Dokumen
Dokumen berupa nilai ulangan harian diperoleh dari nilai ulangan harian tahun sebelumnya.
b.      Jenis Data
1)      Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes formatif soal bilangan bulat. Untuk memperoleh data tersebut siswa mengerjakan tes formatif tentang bilangan bulat.
2)      Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari data non tes yaitu observasi. Hasil data observasi akan memberikan gambaran mengenai perubahan tingkah laku siswa pada saat pembelajaran dan kemampuan guru dalam kegiatan pembelajaran.
c.       Cara Pengumpulan Data
1)        Observasi
Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat.
2)        Tes formatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif tentang bilangan bulat pada siklus I dan II.
3)        Dokumen daftar nilai ulangan harian siswa kelas V tahun ajaran 2009/2010 SD Negeri Brebes 11 Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes.
d.      Alat Pengumpul Data
1)      RPP dan lampiran lembar pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.
2)      Lembar Observasi, yang berupa lembar pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru. Lembar pengamatan beserta  deskriptornya baik untuk mengamati aktivitas belajar siswa maupun performansi guru, selengkapnya ada pada lampiran 1.
3)      Soal, yang berupa tes formatif siklus I dan II yang dilaksanakan setelah akhir pembelajaran pada setiap siklus. Kisi-kisi dan soal selengkapnya ada pada lampiran 2.

6.      Teknik Analisis Data
Rumus-rumus yang digunakan dalam mengolah hasil belajar:
a.         Menentukan Nilai Akhir Siswa
                    =
                   Keterangan:                             =  Skor Perolehan
                                                                  =  Skor Maksimal
                                                Bobot Soal      =  Bobot soal keseluruhan
b.         Menentukan Rata-rata Kelas
                 =
                  Keterangan:                             = Nilai Rata-rata
                                                                  = Nilai Akhir
                                                                   = Jumlah Siswa
c.         Menentukan Tuntas Belajar Klasikal
                   TBK =
d.      Indikator Keberhasilan
Melalui Pendekatan pembelajaran kontekstual dikatakan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar matematika dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan bilangan bulat apabila:
a.       Aktivitas belajar siswa
1)   Ketidakhadiran siswa maksimal 10%.
2)   Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan guru lebih dari 50%.
3)   Keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan dengan kegiatan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual lebih dari 75%.
b.        Hasil belajar siswa
1)   Rata-rata hasil belajar siswa ≥ 65.
2)   Presentase tuntas klasikal minimal 75%.
c.         Performansi guru dalam pembelajaran minimal B (71).
  1. Jadwal Penelitian
Waktu penelitian adalah berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini akan dilaksanakan dan selama penelitian berlangsung sampai pada pelaporan penelitian. Penelitian ini mulai dirancang dan dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Agustus tahun 2011.






No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Mei
Juni
Juli
Agustus
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
Penyusunan proposal


















2
Seminar Proposal



















3
Perbaikan Proposal
















4
Penyusunan Instrumen















5
Siklus I



















6
Siklus II



















7
Pengolahan Data



















8
Penyusunan Hasil



















9
Perbaikan Skripsi



















10
Pelaporan Hasil


































G.      Daftar Pustaka

Amri, Sofan, dkk.2010.  Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Anni, CT,dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jhonson, B. Elaine. 2010. CTL (Contextual Teaching & Learning) penerjemah Ibnu Setiawan. Bandung: Kaifa.

K.Smith, Mark, dkk. 2009.Teori Pembelajaran dan pengajaran.. Jogjakarta: Mirza Media Pustaka.

Natawidjaja, Rohman dan Moesa, Moein. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rifa’i, Achmad dan Catharina TR. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Sumanto, YD. dkk. 2008. Gemar matematika 5. Jakarta: Pusat          Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sumantri, Mulyani dan Syaodih, Nana. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Jogjakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Fokusmedia. 2010. Undang-Undang Sisdiknas. Bandung: Fokusmedia