Thursday 27 December 2012

derap langkah dan motifasi writer

berjalan dari sebuah keterpurukan dan juga penderitaan yang sudah lama bersemayam dilandasan kehidupan. masih jelas teringat saat pertamakali sebuah keyakinan untuk mnjadi seorang penulis. sebuah cita-ita yang dulunya belum tergambar jelas dlam otaknya. aat itu ayahnya bertanya kepada supri tentang apa cita-cita yang ingin dia raih dalam kehidupanya. "aku ingin menjadi seorang yang setiap hari memegang pupen" dengan polos ia katakan itu kepada ayahnya. jri-jrinya menggenggam sebuah pulpen berwarna hitam. ia asyik bermain dengan pulpen itu.

saat itu malam telah menunjukan kedinginannya. ia berjalan pelan, memandangi setiap sisi jalan yang ia lewati. angin semribit terus menerjang setiap helai rambut panjangnya yang tak pernah ia sisir. suara aning menggonggong, rintihan binatang malam dan juga beberapa suara kerasa yang keluar dari sebuah mesin sepeda motor yang sesekali lewat di sampingnya. perjalanan seorang penulis adalah memahami stiap sudut kehidupan yang hendak ia curahkan di sebuah kertas untuk mengatakan pada halayak ramai tentang keadan hidup masyarakat yang kian hari makin tak karuan.sebuh kata-kata dari seorang yang telah ia anggap sebagai seorang guru terus terngiang di teliganya. derap langkahnya semakin malam semakin tak terlihat hingga ia menghilang di dalam kegelapan.
" "
"hha..anak muda jangan kau terlalu gegabah untuk menjadi seorang seniman terkenal sebelum kau mengecap yang namanya kepahitan dalam kehidupan, hingga ketika rasa pahit itu datang menghampirimu lagi kau akan bahwa kepahitan itu adalah sebuah rasa manis yang akan membuatmu melayang. sampai sekarangpu aku belum pernah merasakan itu rasa yang sangat aku dambakan dalam hidupku yaitu rasa pahit yang berubah menjadi manisnya kehidupan. kerak- kerak air mata akan berubah menjadi kerak emas, pusingnya kepal akan berubahmenjadi mimpi indah, dan perjalanan sunyi yang kau lakukan akan menjadi sebuah perjalalan dimana setiap orang yang melihatmu akan terkagum-kagum.jangan kau berfikir berkarya satukali kau akan menjadi orang hbat dan di akui". seorang kakek dengan sebuah rangsel yang terikat kencang di punggungnya, dengan baju yang tak berwarna seperti saat baru beli di toko. kakaek itu berjalan pelan tanpa memandang supri. 
"kakek bukankh malam yang kulalui sudah tidak lagi menjadi malam, bukankah siang yang kulalui sudah tk menjadi siang. kehidupan yang kujalani juga bukan lagi kehidupan yang aku ingini. aku bergelut dengan imajinai-imajinasi yang tak laku untuk dijual. aku dan imajinasiku hilang seperti hilangnya keringat saat kita mengguyurkan air untuk mandi. ku telah hidup di alam pemikiran, hayalan yang sudah kubangun untuk menghibur diriku."
"jangan terlalu banyak berharap dari apa yang kau lakukan untuk dirimu, karena itu akan menjadi sebuah benalu yang setip hari menggerogoti setiap apa yang kau dapatkn, bersyukurlah, maka kamu akan mendapatkan yang lebih baik lagi."

 


Apa itu Psikologi Komunikasi? ~ Jurusan Ilmu Komunikasi | Kuliah Komunikasi | Broadcasting | Public Relation | Advertising

Apa itu Psikologi Komunikasi? ~ Jurusan Ilmu Komunikasi | Kuliah Komunikasi | Broadcasting | Public Relation | Advertising

Monday 17 December 2012

Kawaii Hime: Misteri Di Balik Lukisan Monalisa

Kawaii Hime: Misteri Di Balik Lukisan Monalisa: Mungkin sobat pernah melihat lukisan yang ada di samping ini bukan? Entah itu di Museum, atau mungkin di tempat-tempat tertentu. Mungkin...

Saturday 1 December 2012

Malam SABTU 15 hari sebelum pementasa




Ternyata dugaanku salah, dia benar-benar mengundurkan diri dan meminta waktu dua hari untuk merefres otaknya di sanggar. Kami semua  berlatih sendiri tanpa ditemani oleh sutrarada(manfud faozi). Seperti anak ayam yang kehilangan, tak terorganisif, pemanasan demi pemanasan terasa hambar, rasa semangat juga sedikit berkurang. Tapi tetap latihan, beberapa adegan segera dimulai mulai dengan olah nafas, olah vocal, dan olah sukma.
“seperti biasa 1 tarik, 2 tahan, 3 hembuskan lewat mulut”
“1 tarik nafas, 2 tahan, 3 hembuskan dengan vocal a ditekan”
“1 tarik nafas, 2 tahan, 3 hembuskan dengan vocal AIUEO”
“1 tarik nafas, 2 tahan, 3 hembuskan dari A-Z”
Nunung menginstruksikan
Lajut dengan iful, nurudin, hilma, dan supri yang menginstruksikan untuk menyanyikan lagu balonku ada lima dengan huruf vocal yang diganti dengan huruf vocal i semua.
Semua hampir sama olah vocal.
Lanjut dengan bermeditasi a atau yang biasa di sebut dengan olah sukma. Duduk bersila, mata terpejam, memusatkan pandangan kepada satu titik, dan jadilah meditasi.................jessss melayang................
Latihan segera dimulai dari adegan pertama, kedua ketiga keempat yang berjalan lancar.
Musik dan nyanyian sholawat juga terdengar mengharubiru seiring dengan adegan-adegan yang di perankan..........
Lama berjalan, ia datang dengan raut wajah penuh dengan misteri. Duduk diam dan coba untuk membantu di musik.  Ya latihan selesai...... makan malam segera dimulai.......dan juga evaluasi...dilanjut dengan kejutan ulang tahun kepada nunung....oleh teman-teman semua.....selamat ulang tahun...MAAF LAGI BOSA MENULIS


malam jum'at 16 hari menjelang pementasan




“makan-makan” kata nurudin ketika makanan telah tersaji beserta lauk mie goring yang dimasak dengan bumbu cinta persahabatan oleh nurudin. Semua berkumpul ala keluarga sebuah……yang tidak pantas untuk disebutkan karena memang tak pantas. Makan-makan pun selesai, Kemi berkumpul, entah apa yang akan dibicarakan. Hanif, inova, igfah, uus, sekar, nunung, nurudin, hisyam, supri, oji (sang sutradara), nano, faik. Salam terdenga sangat serius dari bibir sang sutradara. Beberapa patah kata yag sangat serius mengikuti satiap tatapan mata kami kepadanya. “sekarang kalian keluarkkan semua keluhan kalian dalam proses produksi ini, dan juga komentar kalian tentang penyutradaraanku”. Kata itu seperti terucap dari dalam hatinya.
Semua diam, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami termasuk juga sang sutradara yang segera memandangkan wajahnya kelangit-lagit sanggar. Tak begitu lama ifah segera mengisi kesunyian, ia memulai untuk berbicara dan juga berkomentar tentang apa yang telah dikatakan sang sutradara. Ifah selesai bicara, dilajutkan dengan hisyam dengan gaya religinya ketika mengakhiri pembicaraan dengan mengirim fatikhah untuk kenyamanan bersama. “ aku juga sama dengan teman-teman semua” kata faik, supri, urudin, inova dan juga hanif yang saking semangatnya mengikuti proses walau halangan dan rintangan mengahadangnya. Kemudian aku yang sedikit bercakap dan juga mengeluh, lanjut dengan uus yang sudah empat hari tidak buang air besar, dan yang terakhir adalah nunung yang sepintas sama dengan yang lainya. Tapi maaf sebelumnya, sebenarnya setelah itu kita makan-makan dan melanjutkan kembali dengan sekar yang saat itu tidak berada disanggar dan juga itta, tapi dia tidak berkomentar karena ia tidak mengikuti proses bersama kita.
Setelah semua komentar mengalir seperti air, kini tinggal giliran sang sutradara yang berkomentar. Raut wajah religious, tatapan matanya penuh dengan angan-angan, keppalanya seperti memiliki berbagai beban yang akan ia keluarkan melalui kata-kata. Tanganya segera merapikan rambut yang berantakan dan syair-syair yang perlahan-perlahan merasuk dalam telinga dan merasuki pikiran dan juga hati kami. Suasana menegangkan mulai terbangun, kami diam mendengar kata-katanya, suara alunan music anak band di bawah sanggar terus berdendang mengisi ketegangan kami.
“sudah kalian ungkapkan keluhan-keluhan kalian dan juga komentar kalian atas bagaimana sistem penyutradaraaku, aku yakin komentar kalian atas penyutradaraanku dalam hal kesempurnaan adalah bohong! Dan saya yakin itu” suara pelan yang nadanya semakin mininggi, seolah-olah menggugah dan menarik perhatian kami terhadapnya.
“komentar kalian terlalu menganggap aku sempurna, tapi aku tak sesempurna apa yang kalian pikirkan, aku juga mengeluh seperti kalian, masalah keluarga, kuliah yang terbengkelai dan juga hal-hal yang memang tak bisa aku ugkapkan. Aku rasa anggapan kalian tentang kesempurnaanku itu akan membuat kalian itu terpuruk, kalian akan selalu menjadi antek-antek yang tidak bisa melakukan semua hal yang memang seharusnya kalian bisa untuk melakukanya. Keberadaanku disini hanya membelenggu kreatifitas kalian dan juga kepercayaan diri kalian” diam sejenak sekitar 10 menit.
“kampus kita hanya menganggap UKM teater sebagai formalitas untuk perguruan tinggi kita dan itu tidak lebih, mengadakan pelatihan, dapat sertifikat, ya sudah hanya itu..kata mereka. Proses produksi kita yang tinggal 16 hari lagi ini tidak mendapatkan dukungan dari pihak kampus baik itu secara materi maupun dukungan non materi. Keberadaan kita seperti halnya batu besar di lereng gunung yang menjadi tanda bahwa itu adalah lereng gunung yang terdapat sebuah batu.”
Diam sejenak
“mereka tak mengakui kita, jadi kalupun kalian berjuang mati-matianpun tak akan mendapatkan pujian yang berupa dukungan ataupun pengakuan, kalian akan disonbongkan ketika kalian sudah berkarya tapi itu juga hanya sebatas hari itu,”
Beberapa kali ia megusap wajahnya
“mengenai masalah-masalah kalian baik itu dengan orang tua, kemampuan dan juga berbagai masalah yang lain, itu juga sama dengan apa yang aku rasakan, apa kalian tahu seberapa menderitanya aku ketika aku diberi pertanyaan bagaimana kuliahku, apa kalian juga tahu kalau setiap hari aku menangis ketika adzan berkumadang dan aku merasa ibuku sedang menagis dirumah, dan apa kalian akan membiarkan semua itu terus terjadi padaku” air matanya menetes deras,,
“dan atas beberapa alasan tadi, aku mengundurkan diri sebagai seorang sutradara, dan aku meminta kepada kalian untuk terus menggaarap dan mengantarkan naskah ini sampai kepada pementasan” ia dia dan juga dengan air mata yang terus mengalir.
Semua terpana dan tak tahan membendung air mata yang seakan selalu menembus dinding mata hingga membanjiri pipi-pipi mereka. Sang sutradara berlari untuk keluar dari sanggar, namun bulurah “inova” segera mengaanginya. Seperti akan kehilangan seorang saudara kadung, beberapa teriakan dan juga rintihan meyelimuti ruang sanggar gerak. Air mata semakin deras membanjiri wajah-wajah merah itu. Semua dia hanya beberapa patah kata yang tak jelas terdengar. Malam terus berlangsung, alunan music juga masih terdengar menggebu-gebu.
Tapi aneh, aku tak merasakan sedih sedikitpun, logikanya memang seharusnya sedih, bayangkan tinggal 16 hari lagi menjelang pementasan sang sutradar mengundurkan diri dengan seenaknya. Tapi sumpah tak ada rasa sedihpun menghampiri pikiran dan juga hatiku. Bagiku sang sutradara akan terus menemani kami dan mengantarkan kami sampai kepada pementasan dia hanya mengalami down. Aku mengatakan semua itu kepada mereka semua setelah beberapa lama mereka diam. Mendengar apa yang aku katakana mereka sedikit memberikan senyuman mereka walaupun hanya secuil. Suasana hening kembali, namu nurudin mengucapkan sesuatu” kita harus cari tali plastic”, “untuk apa” tanya salah satu dari kami,” untuk mengikat sutradara biar tidak bisa pergi” seperti menemukan sebuah oase di padang pasir, mereka tersenyum lebar hingga sang sutradarapu ikut tersenyum. Aku mengartikan senyuman itu sebagai sebuah persetujuan bahwa ia tidak jadi untuk mengundurkan diri. Semangat walaupun sesaat . kesedihanpun hilang canda dan tawa mulai hadir kembali……….wiht heart, with imposibel, with corporation, with frien ship, and all happines

Thursday 29 November 2012

Hidung Kontroversi


Sudah lama kejadian itu dia lalui. sebuah pertandingan tinju antar profinsi yang sudah selama sebulan telah ia lalui. Setiap hari ia hanya bengong di depan rumah, tatapan matanya kosong, gerak geriknya tidak mempunyai motif sama sekali, mondar mandir kesana kemari tanpa ada tujuan. Seorang pria bertubuh gagah perkasa yang sekarang menjadi sosok manusia tak layak disebut lagi sebagai pria perkasa lagi. Pekerjaan sehari-harinya memikirkan hal yang mungkin tak bisa dipikirkan oleh orang yang melihatnya. Dia adalah joko susilo, seorang mantan petinju kelas berat yang sudah pernah menjuarai tingkat profinsi.
Hari itu aku sedang berjalan jalan di ladang milik ayahku. Aku melihat sosok gagah itu berjalan merunduk sambil memegangi hidung macungnya. Ia seperti sedang mencari sebuah kebenaran yang benar-benar-benar. Ia sedang mencari kebenaran diatas kebenaran maksudnya. Ia melangkah hati-hati, matanya sangat tajam menelusuri setiap genangan air yang mengisi ladang. Tak lama ia mengambil sebuah benda mirip siput dan ternyata memang siput. Ia mengangkat siput itu dan mendakatkannya pada hidungnya dan kemudian memasukan siput itu kesebuah katong plastik yang terlah ia bawa dari rumah.
Ia kembali melanjutkan perjalananya dan masih dengan merundukan badannya, menelusuri ladang hijau dengan tanaman padi yang baru berumur sekitar 2 bulan. Ia menambah kecepatan berjalanya dan langsung menerbangkan tubuhnya kegenangan air. Air berterbangan tidak karuan, tanganya mengankat seperti memegang sabuk dalam pertandingan tinju. Tapi yang di pegang bukanlah sabuk emas milik sang juara, melaikan sebuah bangkai itik yang telah diselubungi oleh blatung. Dengan senyum lebarnya ia memasukan bangkai itu kedalam katong plastiknya. Ia kembali berjalan dan menemukan sesuatu yang kemudian ia masukan ke dalam kantong plastiknya. Telur busuk, pohon pisang yang telah busuk, bunga bungan, dan banyak yang lain.
Aku heran dengan apa yang telah ia lakukan. Aku penasaran dengan apa yang dia lakukan, kenapa dia mengumpulkan beberapa benda dan bangkai yang sudah busuk. Aku ikuti terus orang gagah itu hingga ia sampai di rumahnya. Rumahnya tidak layak huni, rumahnya merupakan rumah ayah dan ibunya yang telah di wariskan kepadanya setelah ayah dan ibunya meninggal dunia. Dia ternyata seorang bujangan, dia hanya tinggal sendirian di rumah itu. Aku mengendap-ngendap seperti pencuri. Ia masuk dalam rumahnya, begitu juga aku. Aku kagum melihat aksesoris yang ada di dalam rumahnya. Beberapa diantaranya puluhan piala yang semuanya terukir juara 1 di bagian depanya. Beberapa poster petinju dunia juga terpasang indah di setiap ruangan.
Hampir semua ruangan telah kujelajahi untuk mengetahui siapa dia sebenarnya. Tapi ada suatu ruangan yang belum aku jelajahi, yaitu ruangan di mana sang petinju itu masuk dengan membawa beberapa bangkai dan juga pohon busuk dan beberapa lainya yang memang berbau tidak sedap.  Aku penasararan, aku tempelan saja daun telingaku ke sebuah lubang kecil untuk mendengarkan apa yang sedang ia lakukan. Tadak terdengar apa dari kama itu, hanya suara desahan sang petinju yang terus mengisi ruangan itu.  Aku pun memtuskan untuk mengintipnya, lewat sebuah lubang kecil. Benar-benar gila petinju ini, ia mencium bangkai dan beberapa pohon busuk itu  secara bergantian. Dan tiada henti, sepertinya ia tidak puas dengan apa yang di katakan oleh otaknya setelah hidungnya memberikan snyal tentang apa yang sedang diciumnya.
Di kamar itu terdapat banyak sekali peralaatan tinju yang sangat lengkap, mulai dari alat ntuk latihan, dan juga alat untuk fitnes. Tapi ia juga tak ketinggalan zaman selain peralatan fitnes terdapat juga sepasang komputer model terbaru. Tapi aneh komputer itu sepertinya sedang memutar film yang hanya mempunyai durasi beberapa menit saja dan itu terus diulang-ulang. Di film, sosok yang mirip dengan dirinya sedang berdiri di antara para petiju lain. Dan di film itu terlihat sebuah kejadian yang memalukan yaitu seseorang petinju mengeluarkan kentut yang berbunyi keras dan di ikuti dengan bau yang tidak sedap. Hampir semua orang yang ada di film itu menutup hidungnya kecuali joko susilo. Joko susilo saat itu sedang di angkat karena di telah memenangkan pertandingan. Semua orang hera melihat joko susilo yang tidak mencium bau busuk yang ditimbulkan ketut. Sang pembawa acara heran dan mengatakan bahwa “ketika seseorang itu telah menjadi seorang juara pasti mereka memiliki suatu kasus yang kontrofersi, begitu juga dengan joko susilo, ia telah menjadi juara dan ia juga mempunyai sebuah kontrofersi, kontrofersi yang dimilikinya bukan karena ulahnya tapi karena dia tidak mencium bau kentut yang sangat sedap ini, ia telah memiliki hidung kontrofersi”
Dan  dari film itu aku menyimpulkan bahwa yang dilakukan petinju yang berada di hadapanku sekarang ini adalah membesar-besarkan masalah yang kecil. Dan sejak saat itu dia tak mau lagi bermain tinju karena ia mempunyai sebuah kekurangan dalam penciumanya. Dan sampai sekarang ia masih mencari kebenaran di balik kebenaran apakah hidungnya benar-benar kontrofersi. Ia terlalu mendramatisir apa yang dikatakan oleh pembawa acara saat itu.


Monday 26 November 2012

20 HARI MENJELANG PEMENTASAN

Hujan sore itu deras. hingga dunia kampus malam itu adalah dunia hujan. Kilatan petir seperti memotret kegiatan kita malam itu. lampu tiba-tiba padam. Suara alat musik yang sedang dimainkan anak band di ruangan bawah sanggat gerak berhenti. Rica-rica yang telah dipersiapkan segera kami santap bersama kenyang memang, namu suasana tak mengenyangkan, sanggarpun penuh sesak nunung tidur karena kecapean. Akhifid mengambil  gitar, aji memukul jimbe dan kamipun bernyanyi, sejenak untuk menghangatkan suasana dan juga melawan hujan deras yang terus berdendang tak beraturan. 
Sosok hitam tak terlihat wajahnya mulai menaiki tangga, dia umi jajulah, salah satu anggota kami. aku terpana melihatnya, hujan deras tak menghalanginya untuk berangkat berlatih. dengan menggendong tas dan tangan sebelah kirinya meneteng helm yang telah basah. tak satupun kata terucap dari mulutnya "duar" helmnya jatuh di ikuti tubuh lemasnya menghatam tubuh hisyam yang sedang sayik tiduran. ia jatuh pingsan. suasana sanggar menjadi sangat hangat atas pingsannya umi.
benar-benar hangat ketika umi jatuh dan di ikuti beberapa teriakan yang menandakan mereka terkejut. dengan segera tubuh umi yang lunglai segera di amankan, diangakat ketempat yang kebih layak dan juga lebih hangat. mungkin karena dia kedinginan atau mungkin karena capek dan beberapa asumsi lainya. memang dia mudah sekali untuk pingsan ketika tubuhnya kecapekan. nunung segera bangun dan menggunakan seribu jurusnya untuk menyadarkan umi. 
hujanpun reda setelah sekitasr setengah jam berlangsung. umi mulai siuman lapu juga seakan berpihak pada umi, lamupu kembali menyala terang. hanif nafi juga datang membantu menyadarkan umi. suap demi suap nasi mulai mengisi perut umi. aktifitas segera kembali pulih senyum dan canda juga mulai menghiasi wajah mereka. hisaya memegang gitar dan meminta akfid untuk mengajarinya, suara musik juga kembali mengema, dan dalam sekejap canda dan tawa semakin menjadi, sutra dara segera mengondisikan para anggotanya untuk segera berlatih. raut wajah umi semakin memerah semangat berlatih walaupun susah tapi tetap berlatih. 
adengan demi adengan segra dimainkan, cu-cut dan juga beberapa komentar mulai menghiasi adegan yang menurut sutradara kurang mengena. backsoun cacian dan juga mendebarkan mengiringi setiap adegan membuat suasana semakin menegangkan, seperti sebuah sinema backsoun berganti-ganti menurus suasana yang sedang dimainkan. suasana kembali gempar ketika umi kembali jatuh pingsan. suasana latihan menjadi tak kondusif tapi tetap berlatih. latihan-latihan dan latihan untuk sebuah keindahan dalam pentas. 
supri, hisyam, akhifid, aji, faozi sang sutradara, hanif, nafi, uni yang jatuh pingsan, saeful yang tidak sempat berlatih karena ketiduran, nunung, mufty, nurudin . 
Tetap semangat
BY . Nano (sang penulis)
FOR REMEMBER
FOR ESTETIKA
FOR TEATER
FROM HEART

Saturday 24 November 2012

TERBAWA ROMANTISME DRAMA PERCINTAAN

TERBAWA ROMANTISME DRAMA PERCINTAAN
Suasana hening, rintik-rintik air mata membasahi helaian kain baju. Adegan tangis seorang gadis yang merintih lantaran ditinggal mati oleh suaminya sangat menyentuh. Sang gadis larut dalam kesedihan, linangan air mata menggambarkan aktingnya sangat patutu untuk di acungi jempol. Dalam cerita itu sang gadis berada diruang tamu memakai baju hitam dan pas di depanya terdapat mayat yang telah terbungkus kainputih bersih dan baunya sangat harum dengan bau kematian.
Semua penonton hilang, merasuk dalam emosi sag gadis. “suamiku kenapa harus secepat ini kau pergi, sudah sekian lama kita mengarungi bakhtera kehidupan, susah, sedih, suka, bahagia telah kita jalani, bahkan hampir satu detik pun kita tak pernah berpisah, hingga orang-orang yang memandang kita menganggap kita adalah pasangan yag sangat serasi dan cinta kita tak pernah akan terpisahkan dan tidak ada yang bisa memisahkan sekalipun tuhan” duduk tersungkur di samping tubuh yang tak bernyawa lagi.
“suamiku apakah semua ini kau lakukan agar cintamu padaku itu benar-benar cinta!, cinta yang sampai akhir hayatmu, apakah ini hanya sandiwaramu yang kau buat untuk melebur kesalahan tempo hari saat kau tertangkap basah sedang bercumbu dengan wanita lain, lalu kau minta maaf kepadaku dan menusuk dadamu dengan sebelah pisau hingga kau mati, pecundang !, jangan bilang kalao cintamu kepadaku selama ini palsu, atau kau tak tahan dengan godaan wanita lain karena keseksian dan kecantikanya”
“sudahlah surti,..jangan kau sia-sia kn air matamu untuk laki-laki itu, kau sudah cukup berbakti kepadanya, dengan mengurus jenazahnya” seorang aktor laki-laki mendekapnya dari belakang dan mencoba menenagkan sang gadis. “bukan aku mencari kesempatan untuk memeluk, tapi jika kau tak keberatan aku siap menjadi tiang sandaran sebagai tempat untuk mencurahkan segala kerisauan dan kesedihanmu” merekapun berpelukan, para penonton menerikan beberapa siulan da juga jeritan, sang aktor terlihat sangat menghayati begitu juga dengan sang aktris.
“Kenapa kau begitu sabar menghadapi diriku ini yang telah mencapakanmu, sudah beratus kali kau menytakan cinta, dan juga sudah beratus kali pula kau kucampakan, tapi kenapa kau tetap saja dapat menerimaku sebagai teman” kata sang gadis sambil terisak isak.
“tak akan pernah aku berhenti untuk menyatakan cinta kepadamu, walau seribu acuhmu kau lemparkan kepadaku, acuhmu adalah pupuk bagi tanaman cinta yang telah tumbuh sejak pertama kali aku melihatmu”
“apakah saat ini juga kau masih dapat menerimaku”
“dengan segala jiwa dan ragaku, dan akan ku jadika kau ratu dalam hatiku” serentak seluruh penonton tersenyum dan air mata bahagia yang bercampur dengan kesedihan terus mengalir di pipi semua orang yang ada di ruangan tersebut. Drama romantis itu telah menyebarkan aroma kemesraan dan keharuan di seluruh isi ruangan. Suara gemuruh tepuk tangan mengahiri pementasan, beberapa pasang mata berlari lari mencari kesamaan rasa yang mereka rasakan. begitu juga dengan pujo. Seperti menemukan apa yang ia cari, pujo bergegas menegakan badan dan berlari menuju kepada seorang gadis yang tak jau darinya, dengan suara lantang ia berucap”maukah kamu jadi pacarku, karena aku adalah sosok laki-laki yang seti seperti laki-laki dalam drama tersebut”. Sambil bertekuk lutut. Serentak penghuni ruangan memusatkan perhatianya kepada pujo dan gadis itu. Sang gadis tersenyum sambil bergesa meninggalkan pojo.