Aku tak mengerti kenapa semua orang terlihat asyik dengan kehidupan
yang bebas. Aku juga tak mengerti kenapa semua orang yang aku lihat sepertinya
tidak memiliki beban yang aku miliki. Hari-hariku terasa sepi seperti biasanya.
Belajar-belajar dan belajar, setiap hari-hariku aku isi dengan membaca buku,
aku muak dengan semua itu, ayah da ibuku tak memperbolehka aku untuk malam
seperti teman-tema lainya. Aku seorang gadis berusia 16 tahun, sedang
bersekolah di sebuah SMA dan duduk di bangku kelas dua.
Aku mempunyai seorang pacar yang pasti dia laki-laki. Malaam ini
dia mau mengajaku jalan-jalan kesebuah taman kota yang berada di pusat kota
kami yang memang selalu ramai dikunjungi oleh para pasangan muda untuk memadu
cinta. jika ini terjadi maka aku akan bahagia merasakan apa yang selama ini aku
rasakan. Aku terbayang bayang denga apa yang akan aku lakukan di sana
bersamanya. Aku akan............sama dia, aku akan berkata
..............padanya. aku akan duduk di depanya, kusandarkan tubuhku pada
dadanya, dan aku akan mesra-mesraan dengan dia. Wah pasti aku akan bahagia dan
kejadian itu tak akan pernah aku lupakan sama sekali.
Kalian dengar sesuatu di luar sana? Itu suara motor pacar aku, yang
khas dengan dengan kenalpot racingnya. Aku segera mempersiapkan diri, dandan
yang cantik, pakai celana pendek diatas lutut dengan atasan thisirt warna putih
dengan balutan gambar mata di kedua dadaku. Yah aku segera membukakan pintu
untuk kasihku tercinta. Aku sedikit degdegan, aku grogi, kakiku bergetar
kencang, nafasku tak beraturan. Aku mencoba untuk menenangkan diri dengan
menarik nafasku dalam dalam Haaaaaaahhh...!. ia terlihat maco dengan jaket
levis hitam dengan kaos putih yang terlihat kalem dan maco.
Senyum lebar segeraku lemparkan kepandanganya berserta raut wajah berseri-seri
yang kumiliki. Aku tak tahan melihat keanggunannya dan senyum coolnya yang
telah berubah menjadi kehagatan yang masuk dalam hati dan pikiranku. Ia belum
mengucapkan satu katapun, sama denganku. Segera saja aku persilahkan dia duduk,
akupun menemaninya duduk, ahhh,,aku benar benar nerfes.
“ada teman kamu rupanya ti” suara itu menggelagar dari dalam rumahku, memecahkan rasa grogi yang
aku alami. Dia adalah ayahku, dia memposisikan dirinya diantara kami berdua. “ Adek
ini satu sekoalah dengan anak om? Adek tinggal dimana? “ ayahku menanyakan
hal-hal yang memang tidak terlalu penting untuk ditanyakan. “aku mempunyai
sebuah cerita menarik yang mungkin, akan membuatmu terinspirasi, Adek mau
mendengarkanya cerita Om bukan?”. Pacarku hanya mengangguk anggukan
kepalanya walaupun terlihat sangat berat.
“ceritanya begini,! Waktu itu Om sedang berkunjung kerumah pacar Om
yang sekarang adalah istri OM dan juga mamah dari Gusti ini. Waktu itu malam
minggu, Om berencana untuk pergi kesebuah taman kota di pusat kota saat itu, Om
berdandan rapi sekali dengan gaya funky saat itu, begitu juga dengan mamah
gusty, ia berdandan rapi, veminim denga celana pendek di atas lutut, malam itu
ia terlihat seksi, cantik, dan Om sangat ingin sekali memeluknya. Om sedikit
pemalu malam itu, saat pertama kali masuk rumah, rasanya itu seperti ada sebuah
energi yang mendorong Om untuk keluar dari rumah itu, namun itu tidak Om
lakukan, Om tetap nekad demi gadis Om yang cantik itu. Waktu itu Om seusia
kalian, Om masuk dan kemudian duduk berjejeran dengan pacar OM. Tapi naas sosok
yang begitu gagah mengikuti kami dan duduk di antara kami berdua. Dia adalah
ayah dari pacar Om. Om tak bisa berbuat apa-apa, Om hanya bisa pasrah, karena
ayah dari pacar Om itu terus berbicara tanpa memberikan kesempatan kepada Om
untuk menanggapinya. Om sebal dengan apa yang ayah dari pacar OM itu bicaraka,
Dan lebih fatal lagi ketika ayahdari pacar Om itu selesai bercerita yang tidak
karuan waktu sudah menunjukan pukul 10.00 malam. Om bingung bagaimana caranya
untuk dapat bisa mengajak pacar Om pergi jalan-jalan. Om berfikir lama hingga
waktu berfikir Om habis. Ayah dari pacar Om masuk kedalam dan mengeluarkan
sebuah motor warna merah. Om bingung dengan apa yang dilakukan oleh ayah dari
pacar Om itu. Lalu ia berkata pada Om dan juga pacar Om”.
“ sekarang sudah malam,
sebaiknya kalau kalian mau jalan-jalan maka ayah ikut, karena jarum jam sudah
menunjukan pukul 10.00 malam, dan itu sudah sehat lagi untuk keluar malam bagi
sepasang kekasih yang masih remaja, untuk itu ayah harus ikut menemani kalian“.
Ayahku tersenyum sinis pada kami setelah menceritakan semua itu dan
melihat bahwa jarum jam sudah menunjukan pukul 10.00 malam. Ayahku masuk dengan
cepat kedalam rumah dan kembali dengan motor warna merahnya. Sebuah sepeda
motor kesayangan yang langsung ia parkir di halaman rumah.
“Adik yang ganteng
bagaimana cerita OM menarik bukan?, kamu pasti terispirasi dengan cerita Om
tadi, dan itu merupakan pengalaman yang paling istimewa dan tidak akan pernah
Om lupakan, dan sudah seharusnya kamu ter ispirasi dengan cerita OM itu dan
sekarang kamu pasti ingin mengalami seperti apa ang Om alami waktu itu, dan
oleh karena itu sekarang kamu dan gusti pergi jalan jalan dan Om mengikuti di
belakang, waktu sudah seperti kejadian dimana Om dan mamah gusti itu melakukannya
waktu itu”.
Aku heran dengan apa yang dikatakan oleh ayahku, ia sepertinya
semangat sekali dengan ceritanya yang menurut dia itu inspiratif, dan wajib di
tiru oleh pacarku dan diriku. Aku dan pacarku akhirnya melakukan apa yang ayah
inginkan walaupun dengan berat hati. Kami bertiga langsung jalan, perjalanan
yang sungguh sangat membosankan, dan tak seindah yang aku telah bayangkan.
Sesampainya di taman kota, kami pun jalan-jalan. Motor merah ayahku di parkir
di tengah lapangan yang terlihat karena sorot lampu taman yang terang. Aku dan
pacarku seperti halnya anak kambing yang sedang di gembalaka oleh majikanya.
No comments:
Post a Comment