Sudah seminggu yang lalu bahkan lebih atau bisa dibilang dua minggu
yang lalu. Iya dua minggu sudah tubuhku terasa lemas, letih, capek. Entah
kenapa aku sendiri tak tahu menahu tentang kejadian yang aku alami. Kejadian
ini sepertinya asing bagiku dan juga untuk tubuhku. Seperti sebuah pistol yang
kehilangan amunisinya atau juga seperti halnya siang hari yang kehilangan
mataharinya. Sungguh sulit di tebak penyakit apa yang sedang menimpa diriku.
Aku tak punya daya dan upaya walaupun aku bisa melakukan beberapa hal yang
membutuhan kekuatan fisik. Seprti mencangkul di ladang milik ayahku atau
sekedar memecahkan balok kayu untuk
menjadi kayu bakar.
Seminggu sebelumnya memang aku bisa menyadarkan diriku bahwa aku
itu kurang tidur karena latihan yang sampai larut malam di sebuah sanggar seni
teater di kampus tercintaku. Aku adalah seorang aktor yang sedang menjalani
sebuah proses latihan untuk sebuah pementasan. Dalam satu minggu tersebut
kuluangkan waktu tiga hari untuk istirahat di rumah. Agak mendingan sih, tubuhku
kembali bugar walupun tak sebugar seminggu sebelumnya. Akupun melanjutkan
latihanku dan juga sampai larut malam, walaupun tubuhku masih terlihat letih
dan juga pucat. Tapi aku tetap berlatih, dan kusimpulkan kalau aku istirahat
sejenak saja pasti semua keletihan itu akan segera berakhir.
Tapi sesuatu mengganggu pikiranku (beban psikologi). Entahlah
seperti sebuah pemikiran buruk yang muncul begitu saja dari pikiranku sendiri.
Sebuah pemikiran yang mungkin bisa dibilang naif, yang berlatar belakang bahwa
aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk diriku sendiri, apalagi melakukan sesuatu
untuk orang lain. Ya pemikiranku yang keluar dari pikiranku telah menjadikan
diriku muak dengan diriku sendiri yang selama ini dari tahun ke tahun yang lalu
tetap seperti ini, tetap stagnan. Tetap menjadi seorang pemalas yang tidak
melakukan sesuatu yang berguna dan juga menghasilkan uang.
Brengsek memang pemikiranku tentang diriku. Tapi itu kenyataannya,
aku tidak bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan bahkan dalam hal kecilpun.
Apa kalian bisa bayangkan seberapa hinanya diriku yang tak bisa melakukan
sesuatu untuk diriku sendiri. Aku pura-pura acuh dengan pemikiranku tersebut.
Aku baringkan saja tubuhku di atas tempat tidur. Tapi kalian tahu apa yang
terjadi, dia malah semakin menjadi, pemikiranku semakin mehina diriku,
pemikiranku semakin merendahkan diriku sendiri yang sedang mencoba untuk acuh
dan mencoba untuk sedikit bersantai dengan masalah-masalah yang sekirang belum bisa
aku lakuakan. Pemikiraku semakin liar, dia menggambarkan sosok idealis seorang
manusia yang pandai dalam segala hal, dia juga menggambarkan sosok manusia yang
suses kerena menekuni satu bidang ketrampilan, dia juga menggambarkan sosok
manusia yang penuh dengan wibawa karena dia memaggang satu prinsip dalam
kehidupanya. Semakin bayak yang dia (pikiranku) gambarkan tentang orang lain
yang seolah menyuruhku untuk meniru salah satu dari mereka.
Dan kalian tahu, semua sosok yang digambarkan oleh pikiranku semua
sudah aku lakukan dan aku coba. menjadi seorang yang pandai dalam segala hal,
aku sudah pernah mencoba dan juga berusaha untuk menjadi orang itu tapi
kenyataannya aku tak bisa menutupi jati diriku. Aku juga pernah berusaha
menjadi orang yang menekuni satu bidang ketrampilan, dan aku bisa! Walaupun
banyak pandangan negatif yang menimpaku. Aku juga pernah menjadi seorang yang
mempunyai satu prinsip, sebuah prinsip yang banyak orang menganggap benar,
prinsip itu adalah sebuah agama. Aku berusaha untuk memegang teguh nilai nilai
agama yang aku naut untuk menjadi prinsip hidupku, tapi sesuatu pemikiran buruk
minimpaku, sebuah pemikiran yang menakutiku bahwa aku tidak akan mendapatkan
kenikmatan dunia, walaupun sebenarnya hati kecilku berkata itu tidak benar tapi
anehnya tingkah lakuku membenarkan pemikiran itu. Aku pun kembali mejadi aku
yang tidak aku inginkan.
Kalian baca semua yang ada diataskan. Coba bayangkan saja siapa
dirku. Banyak orang bilang aku itu membingungkan, dan juga bingungan, bayak
orang bilang aku tidak punya karakter, tapi coba gunakan prinsip aktor dalam
teater yang siap memainkan segala karakter. Yang dibutuhkan. Maaf itu sedikit
yang kutahu dari, dan juga karena aku adalah anak teater.
Baiklah mungkin karena permasalahan permasalahan diatas yang
kembali terurai dalam pikiranku sehinga aku mengalami suatu situasi yang
membingungkan ini. Bayak jalan dan juga cara yang aku lakukan untuk
mengembalikan aku kedalam suatu zona di mana aku dapat kembali berkarya,
walaupun karya itu masih sebatas dalam proses pematangan untuk lebih matang.
Dalam kegelisahanku aku coba untuk kembali mengulang sejarah di mana aku dapat
berkarya, mulai dari membaca buku motifaasi, membaca novel, membaca surat kabar
dan juga membaca setiap gerak-geriku yang sedikit tidak punya tujuan.
Diteruskan dengan bermeditasi, mendengarkan musik, bernyanyi,
bahkan aku sempat mencoba untuk berkumpul dengan teman-temanku di sanggar
teater dengan maksud untuk menghilangkan beban psikologi yang sedang aku
rasakan, dan itu tidak cukup efektif. Asumsi demi asumsi yang terus hadir
membuatku menemukan ide-ide baru untuk memecahkan masalah psikologi yang aku
alami. Seperti asumsi bahwa aku kurang nonton film, asumsi bahwa aku rindu
dengan kehidupan rumah, asumsi bahwa aku merasa seperti sedang menjalani peran
yang di berikan tuhan untuk aku jalani sebagai pelajaran hidup. Semua asumsi
itu kucarikan solusinya dan ternyata hanya beberapa perubahan kecil dalam
psikologiku untuk lebih baik.
Dari puluhan asumsi yang telah aku pecahka dengan melakukan
perbaikan hanya satu yang belum aku lakukan. Sebuah pekerjaan yang sudah
sekitar satu tahun bahkan lebih aku telah jalani. Menulis, itu yang belum aku
coba untuk menghilangkan bebean psikologku yang tak bisa di sebut sebagai
gejala-gejala psikologi dalam mata kuliah psikologi umum.. ternyata benar
setelah kuloncat-loncatkan jari-jemariku diatas keyboard semua beban psikologi
itu hilang dan tercurahkan bersama tulisan tulisan ini. Dan aku mempunyai asumsi
yang baik, yaitu apakah aku adalah benar-benar seorang penulis sehingga semua
masalah akan menjadi sebuah........ apalah? setelah ditulis. Mungkin juga benar
mungkin juga salah. Salam seni, dan salam tulis menulis.
No comments:
Post a Comment