Monday 27 February 2012

pencari eksistensi 2


Pagi di komplek sekolah
Pagi hari sebuah angkutan-angkutan umum mulai muncul dari lorong-lorong jalan. Ribuan siswa berbondong-bondong  mengayuh sepeda ontel, seperti kereta api yang mempunyai gerbong yang sangat panjang. Dengan mengenakan seragam atas putih dan bawahan biru dan juga atasan putih bawah abu-abu mewarnai sisih jalan menuju sekolah tercinta untuk menimba ilmu. gemuruh canda dan tawa seolah yel-yel yang menambah semangat dan spirit menuju kemenangan. Matahari ikut tersenyum di ufuk timur menandakan hari yang menyenangkan penuh cerita, dan hagatnya jiwa dan raga. Lirikan mata cinta, lirikan mata kagum, lirikan mata malu, lirikan mata perhatian, lirikan mata menarik perhatian dan juga lirikan mata kesedihan menambah warna gerbong kereta api yang tak ada habisnya, cantik, tampan, manis, imut, hitam, putih, coklat , sederhana, polang warna kulit adalah sebuah ciri khas dan ketentuan Tuhan, kaya, miskin, sederhana adalah sebuah venomena sosial yang menambah warna hidup di bumi ini. Semua itu tentang warna kehidupan yang tak menghalangi manusia untuk hidup bahagia, bahagia timbul dari dalam jiwa manusia, jika manusia tersenyum maka ia akan bahagia, jangan menunggu kebahagiaan lalu senyum tapi senyumlah maka akan kita akan bahagia sebuah pepatah yang di tulis di banyak buku.
Selama kurang lebih setengah jam seluruh jalanan dipenuhi oleh anak sekolah dari SD,SMP, dan SMA. Andi keluar dari dalam rumah dan berjalan menuju sebuah jalan untuk menunggu angkutan. Andi yang anak kelas tiga SLTP itu memilih angkutan karena ia bosan ngotel ia ingin mencoba dunia baru dalam sebuah perjalan menuju sekolah, yaitu dengan menggunakan angkutan. Banyak yang bilang naik angkuta itu penuh dengan rasa dari rasa panas, rasa sumpek, rasa cemas, rasa mual, dan rasa berdesak-desakan dengan para bidadari-bidadari yang turun dari angkutan. Memang itulah yang dirasakan andi  yang baru pertama kali naik angkutan, dalam perjalanan andi tidak mendapatkan tempat duduk ia terpaksa harus berdiri di dekat pintu. Bau rokok, bau trasi, bau ketek, bau parfum yang berlebihan bercampur menjadi satu dan mulai menghampiri indra penciuman andi. Perut andi mulai mual ia tak tahan. Andi pusing dan merapatkan diri ke dinding ankutan untuk berpegangan lebih erat.  sesampainya di depan sekolahan angkutan berhenti, andi turun dan langsung mengeluarkan segala sesuatu yang telah ada di dalam perutnya. Suara tawa dan ejekan pun menimpa andi dari dari teman teman sekelasnya yang juga satu angkutan dengannya.
Di komplek dekat sekolahan andi, yang bisa dibilang mungkin kota pelajar, karena memang di komplek itu terdapat sedikitnya 8 gedung sekolah dengan tingkatan dan jenis yang berbeda. Mulai SMPN, SMAN, MTsN, SMP PGRI, SMP Ma’arif, SMP Taman Siswa, SMK Taman Dewasa, dan SMK Ma’arif. Dari semua sekolah it berjarak paling jauh sekitar 300m. Jadi distu banyak sekali anak-anak sekolah yang berlalulalang. Kenakalan kenakala remaja yang terjadi juga terlihat jelas di pagi itu, ada yang ugal-ugalan dalam mengendarai sepeda motor, ada yang memasang kenalpot racing pada motornya. Sebagai seorang pelajar yang baik sebenarnya itu tak terjadi di komplek sekolah karena meraka anak yang terdidik bukan anak yang tidak makan bangku sekolah yang tidak punya tatakrama. Pemalakan pun sering terjadi di komplek itu, dari yang menggunakan kekerasan dan juga dengan menggunakan cara halus. Padahal komplek itu tidak jauh dengan kantor polisi sektor setempat.
Tiga teman yang tadi menertawakan andi adalah teman sekelasnya dia adalah udin, ali, dan obi. “ katrok banget rika naik angkot mabok” dengan nada sinis dan sedikit bercanda ali meledek andi. “ lihat tuh anak SMP PGRI” obi menyela,” mana “ ali menegaskan. “itu yang pake motor ninja, dia baru saja diskor karena memukuli anak SMPN”, “ kapan sih?” tanya andi. “Kemarin, saat sedang pelajaran olah raga di lapangan”. “itu kronologisnya bagaimana tanya udin?”, “ sebenarnya hal sepele, anak-anak dari SMP PGRI sedang melakukan loncat jauh tapi ada yang jatuh, lah anak SMPN menertawakannya, lansung saja, anak yang naik ninja itu memukul anak-anak PGRI yang tadi tertawa”. Obi menjelaska. “ ganas banget, padahal ada guru olah raganya lo”. saut udin. “ya iyalah, dia anak orang kaya jadi kalau di keluarkan, ya pindah sekolah “. Saut ali yang mengerti betul tentang anak PGRI yang naik ninja.
Andi dan teman-teman pergi menuju lingkungan sekolahnya sambil bercanda. Andi hanya diam karena kepalanya masih pusing gara-gara naik angkutan. Di pintu gerbang sekolah andi, terpampang jelas Madrasah Tsnawiyah Negeri, yang merupakan sekolah berbasis agama Islam yang bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang mempunyai kemampuan dan juga mempunyai akhlak Islami sesuai dengan tujuan pendidikan agama. Dalam halaman sekolah terlihat jelas para anak-anak laki-laki yang menggunakan celana panjang dan anak-anak perempuan yang menggunakan jilbab serta rok panjang. Dengan gedung yag bertingkat dan cat yang mencolok jelas terlihat bahwa sekolah ini adalah sekolah yang maju. Bel pun berbunyi tiga teman andi langsung masuk kekelas dan andi memutuskan untuk pergi ketoilet untuk menyegarkan mukanya dan mulutnya karena baru saja mabuk kendaraan.

No comments: