Monday 27 February 2012

pencari eksistensi


Malam yang penuh dengan kebohongan
Merangkak terinjak, berdiri tersungkur itulah beberapa kata yang menuliskan perjalanan hidup seorang anak umur 15 th. Usia yang masih sangat belia yang masih terombang-amabing akan siapa jati dirinya sebenarnya. Mengikuti kemana angin berhembus tersangkut ranting dan kembali terbawa hembusan angin, terbang tinggi menuju awan dimana tak ada kesadaran akan tanah yang di injak, dan akan dimana ruang logika tersimpan. Mencium aroma surga, berteriak , bermimpi berhayal, terjatuh diatas sping bad yang tercecer disetiap emperan kios, ditemani berbotol anggur-anggur dan kepulan asap yang menambah indahnya surga dunia.
Andi seorang anak kelas 2 SLTP tengah terdiam dan menghisap rokok yang tinggal separuh. Berharap akan pengakuan sebagai seorang laki-laki yang mempunyai keberanian dan pengakuan sebagai seorang anak gaul, menahan pusingnya kepala dan menahan panasnya anggur yang ada dalam perutnya. Diam dan hanya diam itulah yang terjadi padanya saat itu. Tertawa berteriak sepuasnya sambil membelai rambut kepala andi, karena mereka tahu apa sebenarnya tugasnya sebagai anak yang berumur 15 th. Mereka makin mengakak ketika salah satu dari mereka memberikan mie yang telah direbus dan di campur dengan air kencing yang kemudian diberikan kepada andi. Mereka adalah para sesepu anak jalanan yang tak lelah merekrut generasi-generasi muda untuk menjadi penerusnya.
Semakin malam tawa mereka semakin menjadi, satu, dua suap mei instan mulai masuk dalam mulut andi, gelas pun berputar sesuai giliranya, sang belandar terus menuangkan arak dalam botol sambil memegang perut karena tak tahan menahan tawa. Andi terus melahap mie yang merupakan sepesies baru tersebut. Salah satu dari mereka berkata dengan gaya orang yang mabut”andi...enak yah mienya” mendengar pertanyaan tersebut sebagaian dari mereka meningkatkan volume spekernya, “ ha...ha..ha..ha...ha.”hingga sampai spekernya jebol dan tak bisa mengeluarkan sura lagi. Andi yang setengah tidak sadar hanya diam dan memakan mie dengan lahapnya.
“kamu ini seharusnya belajar, biar pinter dan menjadi orang sukses, malah mabuk-mabukan, mabuk itu dosa, kita ini adalah orang-orang yang bejad yang sudah diampuni dosanya, kamu pingini seperti kita” kata seorang yang merupakan sesepuh dalam kelompok tersebut. “asuu...asuu....sekolah sekolah.....apa ada gunanya.....! yang penting mabuukkkk-mabuuukk” teriakan andi sambil menenggak arak yang telah tersedia di hadapanya. “ya...yang penting mabuukkkkkk” saut para teman-teman andi.
Ayam jago mulai berkokok suara yang tadinya gaduh pun berubah menjadi kesunyian yang mendalam. Andi mulai mengeluarkan minuman yang telah ia minum para teman teman andi pun mulai beranjak dari bascame satu demi satu pergi tanpa kata hingga hanya andi yang masih tak sadarkan diri. Detik demi detik, menit demi menit matahari mulai memancarkan sinar kehangatannya ribuan siwa mulai terdengar canda cerianya yang mengiringi perjalanan menuju sekolah tercinta dengan mengayuh sepeda. Krok-krok terdengar suara merdu dan berirama yang terdengar dari ratusan pasangkaki yang menggunakan sepatu berjalan dengan penuh semangat.
Di sebuah pos jaga andi mulai sadar ia mulai merangkak tapi tubuhnya masih lemas dan kemudian menjatuhkan tubuhnya lagi kelantai, ia mulai sadar bahwa ia harus pulang karena hari sudar terang. Tapi apa daya ia hanya bisa merasa dan melihat ribuan mata memandang sinis dirinya, ia merintih menagis dan dan dua matanya lari kesana kemari mencari dimana teman-temannya berada. Air matanya pun menetes ketika tak ada satupun teman disampingnya. Tangannya pun mengepal ketika ia ingat bahwa uang untuk bayar spp disakunya telah habis dan tak sisa sedikitpun. Dan satu kata terucap dari mulutnya........cu.!
Matahari semakin meninggi, canda dan tawa anak sekolah mulai tak terdengar lagi, hanya beberapa anak yang sedang mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi berharap mereka tidak terlambat mengikuti pelajaran pagi itu. Kini andi telah duduk dengan pandangan mata yang kosong tanganya menggaruk-garuk kepala dan kakinya meraba-raba mencari sandal jepit bawaanya. Kedua tangan yang tadi di letakan di kepala kini berubah posisi menuju saku celana panjang dan jaketnya. Dalam sakunya ia menemuka sebatang rokok sisa tadi malam. Dengan rokok menyala yang menempel dibibirnya mulai ia hisap dengan pelan dan mengeluarkanya. Ia mulai berpikir bagaimana ia pulang kerumah sementara uang yang ada di kantongnya telah habis tadi malam.
Sepi, sunyi ia rasakan walaupun beberapa angkutan kota lewat dan puluhan motor roda dua melaju. Tanpa teman tanpa lawan, diam dan hanya diam, tak ada canda dan tak ada cerita. Dalam kesepianya ia mulai teringat taman-teman di sekolah, ia teringat ketika ia dan temannya sedang berada di perpus dan dimarahi petugas perpus karena berisik. Ia teringat ketika mereka sedang berkejar-kejaran di halaman sekolah karena berebut kapur untuk menggambar dipapan tulis. Ia juga teringat saat-saat dimana ia tidak bisa menahan rasa malu ketika ia sedang bercerita dengan temanya di dalam kelas.
Waktu itu ia dan teman-teman sedang ansik ngobrol tentang segenap rasa yang terpendam baik itu tentang kemarahan, kekaguman, kebosana, maupun juga tetang perasaan suka dengan sesama jenis. Lima dari teman teman andi sudah menceritakan apa yang dialaminya, kini tinggal giliran andi. Ia bercerita tetag perasaan kagum yang teramat sangat mengganjal dihatinya dan sangat sulit diucapkan. Ia terkagum-kagum kepada sesosok wanita teman sekelasnya yang bernama tuti. Tuti yang mempunyai nama panjang Tuti kurniawati, merupakan seorang anak yag pandai, cantik, lembut, tenang dan juga menawan hati. Dengan tahi lalat yang ada diatas bibirnya yang menambah manis setiap senyuman dan setiap perkataan yang muncul dari bibirnya. Dalam ceritanya ia menceritakan perasaan yang sangat aneh ketika ia berhadapan dengan tuti bagi andi tuti adalah sesosok bidadari yang selalu mandi tiga hari sekali yang menimbulkan pelangi-pelangi dalam hidup andi.  Saat ia menceritakan semua kelebihan dan kekagumanya tentang tuti dan saat itu pula ia membacakan sebuah puisi tentang kekagumaya pada tuti. Puisi itu berbunyi
“Kini hari telah berganti
Kehidupan monoton yang dulu kujalan, kan ku tinggal pergi
Dulu hanya hitam dan putih
Tapi Kini engakau hadir
Dengan sejuata warna pelangi
Yang selalu timbul tiap tiga hari sekali
Setiap hari ingin kunikmati
Warna indah sang pelangi
Kini hari telah berganti
Dulu hanya canda dan benci
Kini kau bawakan cinta
Cinta dengan segala rasa yang beda
Tercampur menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara
Tuti .....
Titik manis di atas bibirmu yang mengalahkan madu
Tuti....
Tukang tipu yang membutakan hati
Tuti.....
Kini aku menemukan apa yang kau cari”
Saat puisi itu selesai di bacakan ia sangat terkejut ketika mendengar suara teriakan dan tepuk tangan yang sangat banyak dari arah belakang dimana ia duduk. Tubuhnya bergetar dan seluruh darahnya seolah mengalit ke kepala sehingga memerahkan mukanya. Dan saat ia menegok kebelakang tanpa sadar ia melihat sosok yang sangat membuatnya malu dan gemetar tubuhnya dia adalah tuti, tukang tipu yang membutakan hati. Dengan seribu ketenangan dan sedikit kekaguman atas puisis yang telah ia dengar ia melemparkan senyuman mautnya dan masih dengan tahi lalat di atas bibirnya. Dan selama hari itu ia hidup dalam dunia kemaluan dan seribu senyuman yang selalu mengampirinya.
Senyuman kecil mulai terlihat pada diri andi yang masih di pos ronda sendiri dan masih sendiri. . Entah apa yang terjadi dengan hayalanya. Tiba-tiba senyuman lebarnya keluar ketika mengingat kejadian tadi dan kembali menutup senyuman karena ia sadar ia akan disangka orang gila kalau terus tersenyum, kini ia betul-betul sadar dan ia tahu apa yang akan dilakukanya. Ia bergegas menuju sebuah kamar mandi yang terletak dibelakang pos ronda dimana ia nongkrong. Malam yang penuh dengan kebohongan yang akan menjadi sebuah sebuah duri yang menusuk jatung dan hati jikan andi mengetahui segala rahasia yang ada pada setiap ucapan, tawa, dan juga terikan yang terjadi tadi malam. Andi sosok baik hati pendiam dan juga penurut, dia merupakan anak seorang pengusaha kayu yang terkenal dengan produk-produk yang yang tahan lama. Andi pulang dari pos ronda yang tidak jauh dari rumahnya yang hanya berkisar 500m dengan nebeng dengan seseorang yang sedang lewat.
Saat itu rumah sepi ayah dan ibu andi sedang pergi kepasar untuk membeli beberapa keperluan dapur. Adiknya yang masih berumur 4th ikut bersama mereka kepasar. Hari ini andi tidak masuk sekolah karena libur satuhari setelah mengikuti latiha ujian nasional yang diadakan disekolahnya. Karena begadang tadi malam badanya terasa kaku, lemas dan juga lengket. Ia memutuskan untuk mandi dalam setiap air yangg mengalir di tubuhya ia mulai teringat dengan apa yang telah ia lakukan tadi malam. Satu timba air pertama mengingatkan ia saat bertemu dengan para sesepuh anak jalanan. Satu timba air kedua mengingatkan ia meneguk minuma keras, satu timba ketiga ia teringat akan aksi akting yang pura-pura mabuk padahal ia tidak mabuk sama sekali ia hanya pura-pura tidak sadarkan diri. Dalam hati ia tertawa menganggap remeh orang yang minum dan pura-pura mabuk untuk mendapatkan predikat sebagai seorang yang...dan juga mendapakan sebuah cerita yang akan di ceritakan kepada teman-temanya yang suka mabuk pada saat di tempat nongkrong. Dan itu semua tentang pengakuan karena setiap mereka mabuk itu hanya kalau bersama dengan teman-teman mereka kalau sendiri dia tidak akan mabuk. Kalaupun ia mabuk (sedang minum minuman keras) ia akan jalan jalan dan mengunjungi temanya agar mereka tahu bahwa ia sedang mabuk dengan bau yang has dari minuman yang keluar dari muutnya. Itu adalh salah satu pengetahuan yang andi dapat dari semalam tentang pengakuan, tentang segala sesuatu yang dilakukan yang dilakukan untuk mendapatkan perhatian dan tepuk tangan dari semua teman.



No comments: