Saturday 3 March 2012

pencari eksistensi 3


Sekolah
Andi seorang pemalu, minder, tak punya banyak teman, kere, pendiam, yang sedang menjalani masa remaja di dunia sekolah, kini ia sedang berjalan di emperan kelas hampir tak ada satu ruang pun di sekolah yang sepi dengan sisiwa, semua ada penghuninya baik yang sedang membaca, bercanda, ngobrol dan masih bayak yang lainya. Hampir setiap anak seumuran andi merasakan indahnya kebersamaan dan rasa suka disekolah yang tak akan pernah kembali lagi. Tapi tidak dengan andi karena sifat pendiamnya juga karena keminderanya ia tak merasakan keindahan itu. Ia  berjalan denga kepala tertunduk dan sesekali ia memandang kedepan dan melirik kekanan dan kekiri. Untuk melihat skilas situasi di sekitarnya. Kadang juga ia menatapkan matanya lurus kedepan untuk mencoba menghilangkan rasa malu dan bertingkah seolah acuh tak acuh dengan orang disekitarnya.
Bagi andi berjalan di depan banyak orang adalah suatu hal yang sangat melelahkan karena ia harus menjaga seluruh tubuhnya agar sempurna agar tidak di ejek oleh orang yang melihatnya. Ia mepunyai pikiran bahwa ia mempunyai segala kekurangan yang seharusnya tidak ada dalam dirinya. Dalam setiap lagkahnya ia menyerap segala informasi melalui sekilas pandang dan melalui indra pendengaranya. Ruang kelas andi yang yang berada di ujung utara dekat dengan pintu gerbang utama sekolah. Menjadikan andi harus menempuh jalan yang panjang untuk menuju kantin, perpus, masjid sekolah, toilet dan beberapafasilitas sekolah yang berada diujung selatan. Sebagai orang pemalu andi hanya bisa menyerap kegiatan teman-teman sesekolahnya melalui indra pendengaran dan dan sedikir pengekihatan.
Dalam perjalanannya andi melihat segerombaolan anak laki-laki yang sedang asik bercanda dan menggoda gerombolan anak perempuan di pelataran sekolah. Gerombolan anak laki-laki tersebut bisaa di bilang adalah gerombolan anak-anak gaul dan juga anak orang-orang kaya yang datang kesekolah dengan menggunakan motor. Sebenarnya anak sekolah smp seperti andi dilarang kesekolah naik motor tapi mereka menitipkan motor-motornya di tempat penitipan motor dan sepeda yang berada disekitar sekolah yang memang ditujukan untuk penitipan sepeda untukpara anak sekolah yang yang naik angkutan tapi karena jarak natara jalan yag dilalui angkutan itu agak jauh maka para siswa menggunakan speda untuk mengurangi kecapean berjalan kaki. Tapi titipan sepeda tersebut dimanfaatkan oleh para anak sekolah untuk menitipkan sepeda dan motor. Anak-aak yang menitipkan sepeda tersebut biasanya karena malu karena sepedanya jelek, dan juga gengsi karena naik sepeda. Dan untuk motor mereka mnitipkanya karena memang karena belum cukup umur untuk memakai motor. Dalam hati andi berkata “mungkin kalau aku anak orang kaya aku bisa seperti mereka, yang mempunyai sebuah gang(kelompok), dan bisa ikut bercanda dengan para wanita, tapi aku adalah orang miskin”. 
Dalam perjalanan andi juga menemui sebuah kelompok dimana itu merupakan kumpulan orang-orang pinter dan aktif alam kegiatan sekolah, mereka adalah gerombolan anak pramuka yang ada di sekolahannya yang bernama “pasuska” pasukan khusus praamuka. Mereka sedang asik berjanda dan bercerita tentang pengalaman-pengalaman dalam kegiatan pramuka yang mereka jalani. Dilain sisi andi juga melihat grombolan anak-anak amburadul yang suka memalak mereka beranggotakan 5 orang yang terdiri dari siswa-siswa yang pernah tinggal kelas pada waktu di SD sehingga terlihat jelas dari wajahnya yang terlihat dewasa. Bagi andi sekolah itu adalah sebuah penyiksaan atas manusia-manusia seperti dia. Sesampainya di toilet andi melampiaskan semua dengan menendang sebuah tempat sampah dari plastik yang berada di depan pintu toilet. Andi merasa kalau dirinya  banyak sekali kekurangan sehingga ia tidak bisa bergaul dengan para anak-anak yang mempunyai nama diatas tadi.
Sebenarnya masih banyak anak-anak yang lain yang bukan termasuk anak ternama. Tapi andi ingin juga ternama sehingga ia ingin bergaul dengan orang-orang ternama. Saat andi berada di dalam toilet tiba-tiba dari luar terdengar suara gaduh, kedengaranya itu adalah anak-anak amburadul yang sedang memalak anak lainya. Andi hanya diam dan ketakutan soalnya ia tidak punya uang untuk ia kasih pada anak-anak amburadul tersebut.  Lama sudah ia didalam kamar mandi untuk menunggu para pemalak itu pergi. Suara ramai itu pun masih terjadi satu persatu siswa yang lewat dipalak dan akhirnya mereka pergi untuk membeli jajan, andi lega dan bergegas untuk menuju kelasnya.
Dalam perjalanan menuju kelas andi juga melihat beberapa tema sekelasnya yang sedang berjalan menuju kantin, andi pingin sekali bergaul dengan mereka walaupun sekedar jajan bersama, tapi andi tidak bisa karena beberapa sebab. Uang saku andi yang hanya seribu rupiah tiap hari membut andi tidak pernah sama sekali untuk pergi kekantin dan jajan seperti anak-anak yang lainya. Karena uang seribu hanya cukup untuk membeli satu jenis makanan dan satu gelas minuman plastik. Faktor uang saku yang selama ini selalu membebani andi untuk tidak berani bergaul dengan para teman-teman sekelasnya.
Andi bukanlah anak yang pandai dalam pelajaran, sekolah bagi andi adalah sebuah lembaga untuk mendewasakan diri, untuk bisa bergaul dengan semua orang, jadi andi tidak pernah berlajar untuk menguasai materi yang diberikan oleh bapak dan ibu gurunya, andi hanya berlajar bagai mana cara untuk mendekati seseorang agar mereka mau bergaul dengan dia. Setiap saat dia hanya memperhatikan para teman-teman sekelasnya maupun anak yang lain bagaimana mereka menjalin pertemanan. Setiap tingkah laku, perbuatan, dan juga cara berpakaaian semua andi perhatikan, apalagi kalau anak itu adalah anak yang beken yang mempunyai banyak teman.
Istirahat bagi andi merupakan sebuah masa yang sangat panjang, karena dalam istirahat andi harus berdiam diri-tanpa teman yang menemani. Istirahat yang ada dalam sekolah andi berlangsung selama 15 menit, itu sangat membosankan dan juga menyakitkan karena ia hanya bisa melihat tawa dan canda anak-anak lainya yang tidak bisa dirasakan andi. Bel masuk pun berdering, semua masuk siswa masuk kekelas, dan yang aneh lagi  ada sebuah kebudayaan yang sangat aneh dalam lingkungan sekolah itu, yaitu setiap bel berbunyi banyak sekali anak-anak yang masuk ke WC. Itu terjadi setiap saat bel berbunyi dan andi pun ikut larut dalam budaya tersebut. Sehingga kalau bapak ataupun ibu guru masuk ke kelas banku-bangku masih terlihat kosong terutama bangku untuk anak laki-laki.

  

No comments: